Cinta dalam Genggaman AI: Takdir atau Pilihan?

Dipublikasikan pada: 27 May 2025 - 00:57:43 wib
Dibaca: 160 kali
Jemari Aira menari di atas layar sentuh, menciptakan simfoni ketukan yang familiar. Aplikasi kencan "SoulMate AI" memancarkan cahaya biru lembut di wajahnya. Sudah enam bulan sejak ia memutuskan untuk menyerahkan urusan percintaannya pada algoritma. Enam bulan penuh dengan kencan aneh, obrolan canggung, dan harapan yang perlahan memudar.

"Mungkin aku memang ditakdirkan untuk sendiri," gumamnya, nyaris tak terdengar.

SoulMate AI menjanjikan kecocokan sempurna berdasarkan jutaan data, mulai dari preferensi film hingga level dopamin saat mendengar musik klasik. Tapi, kecocokan di layar dan realita seringkali jauh panggang dari api. Ada David yang terlalu terobsesi dengan Star Trek, Sarah yang alergi terhadap kucing (padahal Aira memelihara tiga), dan Kevin yang percaya bumi itu datar (dan dengan gigih mencoba meyakinkan Aira).

Malam ini, SoulMate AI menjodohkannya dengan seorang pria bernama Aris. Profilnya sederhana: menyukai fotografi, mendengarkan jazz, dan benci drama. Foto profilnya menampilkan siluet dirinya di depan matahari terbenam, misterius namun menarik.

"Aris... semoga kali ini berhasil," bisik Aira sebelum menekan tombol "terima undangan kencan".

Mereka bertemu di sebuah kedai kopi kecil yang tersembunyi di gang sempit. Aris ternyata lebih menarik dari fotonya. Sorot matanya teduh namun penuh rasa ingin tahu. Pembicaraan mengalir dengan lancar, dari film indie favorit hingga mimpi-mimpi masa kecil yang belum terwujud. Aira merasa nyaman, sebuah perasaan langka setelah rentetan kencan yang mengecewakan.

Aris bekerja sebagai programmer, membuat Aira merasa semakin terhubung dengannya. Ia bercerita tentang tantangan menciptakan algoritma yang bisa memprediksi emosi manusia, sebuah ironi mengingat Aira mempercayakan urusan hatinya pada algoritma serupa.

"Menurutmu, AI bisa menemukan cinta sejati?" tanya Aira, matanya menatap lekat mata Aris.

Aris terdiam sejenak, menyesap kopinya. "AI bisa mengidentifikasi pola dan kecocokan. Tapi cinta... cinta itu lebih dari sekadar data. Cinta itu tentang kebetulan, risiko, dan pilihan. AI bisa membantumu menemukan seseorang, tapi AI tidak bisa memaksamu untuk mencintai."

Kata-kata Aris membuat Aira tertegun. Ia menyadari bahwa selama ini ia terlalu pasif, menyerahkan kendali pada algoritma tanpa benar-benar membuka hatinya. Ia terpaku pada kesamaan yang dijanjikan AI, melupakan pentingnya perbedaan dan kejutan dalam sebuah hubungan.

Kencan mereka berlanjut selama beberapa jam. Mereka tertawa, berbagi cerita, dan menemukan lebih banyak kesamaan daripada yang diprediksi SoulMate AI. Aira merasa ada sesuatu yang istimewa, sebuah koneksi yang sulit dijelaskan dengan logika.

Setelah mengantarkan Aira pulang, Aris berhenti di depan pintu apartemennya. "Aku sangat menikmati malam ini, Aira," ucapnya dengan senyum tulus. "Aku harap kita bisa bertemu lagi."

"Aku juga," balas Aira, jantungnya berdebar kencang.

Seminggu berikutnya, Aira dan Aris menghabiskan waktu bersama. Mereka menjelajahi galeri seni, menonton film di bioskop indie, dan menikmati piknik di taman. Aira merasa semakin dekat dengan Aris, bukan karena algoritma, tapi karena ia memilih untuk membuka hatinya.

Suatu malam, saat mereka duduk di balkon apartemen Aira, Aris menatap Aira dengan tatapan serius. "Aira, ada sesuatu yang ingin kukatakan."

Jantung Aira berdegup kencang. Ia merasa takut dan bersemangat sekaligus.

"Aku... aku menyukaimu, Aira. Bukan karena SoulMate AI menjodohkan kita. Tapi karena aku menyukai dirimu apa adanya."

Aira merasa air mata menggenang di pelupuk matanya. Ia tidak pernah menyangka akan mendengar kata-kata itu, apalagi dari seseorang yang ia temui melalui aplikasi kencan.

"Aku juga menyukaimu, Aris," jawab Aira, suaranya bergetar.

Aris tersenyum, lalu meraih tangan Aira. Genggamannya hangat dan meyakinkan. Malam itu, di bawah cahaya bulan, Aira menyadari bahwa cinta tidak bisa diprediksi oleh algoritma. Cinta adalah tentang pilihan, tentang keberanian untuk membuka hati, dan tentang menerima kebetulan yang tak terduga.

Beberapa bulan kemudian, Aira dan Aris menghadiri pesta pernikahan seorang teman. Di tengah keramaian, Aira menerima notifikasi dari SoulMate AI. Aplikasi itu memberitahunya bahwa Aris adalah "pasangan sempurna" baginya, dengan tingkat kecocokan 99%.

Aira tersenyum sinis. Ia menonaktifkan notifikasi itu. Ia tidak membutuhkan algoritma untuk memberitahunya apa yang sudah ia ketahui. Ia telah menemukan cinta, bukan karena takdir yang diprediksi AI, tapi karena pilihan yang ia buat sendiri.

Saat Aris menghampirinya, Aira menggenggam tangannya erat. Ia menatap mata Aris, melihat pantulan kebahagiaan di sana. Ia tahu, perjalanan mereka baru saja dimulai. Dan ia siap untuk menghadapi semua tantangan dan kejutan yang akan datang, bersama dengan pria yang dipilih hatinya, bukan algoritmanya. Cinta, ternyata, memang tentang pilihan. Dan ia telah membuat pilihan yang tepat.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI