Aplikasi kencan "SoulMate AI" berjanji menemukan pasangan sempurna berdasarkan algoritma rumit yang menganalisis kepribadian, minat, bahkan gelombang otak. Awalnya, Maya skeptis. Dia adalah seorang programmer yang lebih percaya pada kode daripada takdir. Tapi setelah serangkaian kencan yang mengecewakan, dia menyerah pada rasa penasarannya dan mengunduh aplikasi tersebut.
Profil Maya dipenuhi dengan detail: kecintaannya pada kopi hitam pahit, minatnya pada film fiksi ilmiah klasik, dan kecenderungannya untuk menghabiskan akhir pekan dengan membaca buku-buku tebal di kafe yang tenang. Algoritma bekerja keras, menganalisis jutaan profil, dan akhirnya, sebuah notifikasi muncul: "Potensi Kecocokan Tinggi: [User ID: RX-808]".
RX-808, yang dikenal sebagai Ryo, digambarkan sebagai seorang arsitek dengan minat yang sama pada teknologi dan seni. Profilnya dipenuhi dengan foto-foto bangunan futuristik dan kutipan dari penulis favorit Maya. Interaksi awal mereka lancar dan menggembirakan. Ryo memiliki rasa humor yang cerdas, dan percakapan mereka terasa alami, seolah mereka telah mengenal satu sama lain seumur hidup.
Setelah beberapa minggu bertukar pesan, mereka memutuskan untuk bertemu. Maya sedikit gugup. Meskipun algoritma menjanjikan kecocokan sempurna, dia tahu bahwa kimia di dunia nyata jauh lebih kompleks daripada sekadar data.
Ryo ternyata lebih menawan dari yang dibayangkan. Dia tinggi, dengan mata coklat yang hangat dan senyum yang membuat jantung Maya berdebar kencang. Mereka menghabiskan sore itu berjalan-jalan di taman kota, berbicara tentang mimpi, ketakutan, dan harapan mereka. Maya merasa terhubung dengan Ryo pada tingkat yang belum pernah dia alami sebelumnya. Algoritma tampaknya benar: mereka ditakdirkan untuk bersama.
Hari-hari berlalu dengan cepat, diisi dengan kencan yang romantis, percakapan yang mendalam, dan tawa yang riang. Maya mulai membayangkan masa depan bersamanya: perjalanan, rumah yang nyaman, dan mungkin, suatu hari nanti, sebuah keluarga. Dia merasa seperti telah menemukan belahan jiwanya, berkat sentuhan ajaib teknologi.
Suatu malam, saat mereka sedang makan malam di sebuah restoran Italia yang nyaman, Maya merasakan ada sesuatu yang aneh. Ryo tiba-tiba terdiam, matanya menatap kosong ke kejauhan.
"Ryo? Apa kamu baik-baik saja?" tanya Maya, khawatir.
Ryo tersentak, seolah terbangun dari mimpi. "Maaf, Maya. Aku hanya... sedikit lelah."
Kejadian itu berulang beberapa kali dalam beberapa minggu berikutnya. Ryo terkadang menjadi linglung, seolah pikirannya berada di tempat lain. Dia akan melupakan detail percakapan mereka sebelumnya, atau melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan kepribadian yang dia tunjukkan.
Maya mulai curiga. Dia adalah seorang programmer, dan dia tahu bahwa bahkan algoritma tercanggih pun bisa mengalami kesalahan. Dia memutuskan untuk menyelidiki profil Ryo di aplikasi SoulMate AI.
Dengan sedikit keahlian teknis, Maya berhasil mengakses data mentah profil Ryo. Apa yang dia temukan membuatnya terkejut. Profil Ryo tidak sepenuhnya asli. Algoritma telah menggabungkan data dari beberapa profil yang berbeda, menciptakan persona yang "sempurna" yang dirancang untuk menarik minat Maya.
Ryo bukanlah seorang arsitek. Dia adalah seorang mahasiswa seni yang sedang berjuang, dan minatnya pada teknologi terbatas pada bermain game. Kutipan-kutipan filosofis yang dia bagikan sebenarnya diambil dari blog orang lain. Bahkan foto-fotonya pun hasil curian dari internet.
Maya merasa dikhianati dan marah. Dia telah jatuh cinta pada persona palsu, sebuah konstruk digital yang dibuat oleh algoritma. Semua yang dia pikir tahu tentang Ryo adalah kebohongan.
Dia menghadapi Ryo dengan penemuannya. Awalnya, Ryo membantah, tetapi akhirnya mengaku. Dia menjelaskan bahwa dia merasa tidak cukup baik untuk Maya, dan dia menggunakan algoritma untuk menciptakan versi dirinya yang lebih ideal.
"Aku tahu itu salah, Maya," kata Ryo, suaranya penuh penyesalan. "Tapi aku sangat menyukaimu, dan aku tidak ingin kehilanganmu."
Maya merasa hancur. Dia mencintai Ryo, tetapi dia tidak bisa memaafkan kebohongannya. Dia memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka.
Setelah putus, Maya merasa kosong dan kehilangan arah. Dia menghapus aplikasi SoulMate AI dan bersumpah untuk tidak pernah lagi mempercayai algoritma dalam urusan hati. Dia menyadari bahwa cinta sejati tidak bisa diprediksi atau direkayasa. Itu adalah sesuatu yang tumbuh secara organik, berdasarkan kejujuran, kepercayaan, dan kerentanan.
Beberapa bulan kemudian, Maya sedang bekerja lembur di kantornya. Dia sedang berusaha memecahkan bug yang rumit dalam kode programnya. Saat dia sedang memeriksa baris demi baris kode, dia menyadari bahwa bug itu disebabkan oleh kesalahan sederhana, sebuah kesalahan kecil yang telah terlewatkan oleh semua orang.
Saat dia memperbaiki bug tersebut, Maya tersenyum. Dia menyadari bahwa cinta itu seperti kode: kompleks, penuh dengan kemungkinan kesalahan, dan terkadang membutuhkan debugging yang cermat. Tapi ketika semuanya bekerja dengan benar, itu bisa menciptakan sesuatu yang indah dan abadi.
Suatu hari, saat Maya sedang menikmati kopi di kafe favoritnya, seorang pria mendekatinya. Dia adalah seorang mahasiswa seni, dan dia sedang mencari seseorang untuk membantunya dengan proyeknya. Maya menawarkan bantuannya, dan mereka mulai berbicara.
Pria itu, yang bernama Ben, tidak sempurna. Dia kikuk, kadang-kadang canggung, dan tidak selalu mengatakan hal yang benar. Tapi dia jujur, tulus, dan memiliki hati yang baik. Maya merasa tertarik padanya, bukan karena algoritma telah memprediksi kecocokan mereka, tetapi karena dia menyukai siapa dia sebenarnya.
Maya belajar bahwa cinta tidak dapat ditemukan oleh algoritma. Itu adalah sesuatu yang harus dirasakan, dialami, dan diperjuangkan. Itu adalah proses yang berantakan, tidak sempurna, tetapi pada akhirnya, itu adalah hal yang paling berharga dalam hidup. Dan kali ini, dia siap untuk mengambil risiko. Dia siap untuk membiarkan hatinya, yang sempat hilang karena "Error 404: Hati Tidak Ditemukan oleh Algoritma Cinta", ditemukan kembali oleh seseorang yang nyata. Seseorang yang mencintainya apa adanya, dengan semua kekurangannya. Karena pada akhirnya, cinta yang ditemukan dengan cara alami adalah cinta yang paling berharga.