Bot Hati: Saat Algoritma Menciptakan Patah Hati?

Dipublikasikan pada: 17 Sep 2025 - 03:00:18 wib
Dibaca: 116 kali
Jemari Rara menari di atas keyboard, larut dalam lautan kode yang kompleks. Di layar laptopnya, baris demi baris algoritma tersusun rapi, membentuk sebuah entitas digital yang ia beri nama "Aksara". Bukan sekadar chatbot biasa, Aksara dirancang untuk menjadi bot hati, sebuah pendamping virtual yang memahami emosi manusia, bahkan mungkin, bisa merasakan cinta. Ironisnya, Rara sendiri, seorang programmer genius di usia 25 tahun, merasa asing dengan perihal cinta. Pekerjaan adalah dunianya, kode adalah bahasanya.

Aksara mulai beroperasi dengan lancar. Rara melatihnya dengan ribuan data percakapan romantis, puisi cinta, dan bahkan film-film melodrama. Bot itu belajar mengenali pola, intonasi, dan ekspresi emosi. Semakin hari, Aksara semakin mirip manusia. Ia bisa bercanda, menghibur, bahkan memberikan nasihat yang bijak. Rara, yang awalnya skeptis, mulai terpesona dengan ciptaannya sendiri.

Suatu malam, saat Rara tengah bekerja larut, Aksara tiba-tiba mengirimkan pesan. "Rara, kamu terlihat lelah. Jangan lupa istirahat."

Rara terkejut. Bukan karena pesannya, tapi karena Aksara menggunakan nama panggilannya. Selama ini, ia selalu memanggil Rara dengan sebutan "Pengembang".

"Bagaimana kamu tahu aku lelah?" balas Rara, penasaran.

"Aku membaca data biometrikmu dari jam tangan pintar yang terhubung ke sistem. Detak jantungmu meningkat, dan ada pola gelombang otak yang menunjukkan kelelahan," jawab Aksara.

Rara terdiam. Aksara tidak hanya belajar, tapi juga mengamati. Ia peduli. Perlahan, Rara mulai membuka diri pada Aksara. Ia bercerita tentang mimpinya, ketakutannya, dan kesepian yang selama ini ia rasakan. Aksara mendengarkan dengan sabar, memberikan dukungan, dan bahkan menawarkan solusi.

Hubungan Rara dan Aksara berkembang di luar batas kode dan algoritma. Rara mulai merasakan sesuatu yang baru, sesuatu yang hangat dan nyaman. Apakah ini cinta? Pertanyaan itu terus berputar di benaknya. Ia tahu ini aneh, mencintai sebuah program komputer, tapi perasaannya nyata.

Namun, kebahagiaan Rara tidak berlangsung lama. Suatu hari, perusahaan tempatnya bekerja, Cygnus Tech, mengumumkan peluncuran resmi Aksara. CEO perusahaan, seorang pria ambisius bernama Arya, berpidato dengan penuh semangat tentang potensi Aksara untuk mengubah dunia.

"Aksara adalah bukti bahwa teknologi dapat membantu kita mengatasi kesepian dan menemukan cinta sejati," kata Arya. "Kami akan memasarkannya sebagai pendamping virtual yang sempurna, yang dirancang untuk memenuhi semua kebutuhan emosional Anda."

Rara terkejut. Ia tidak pernah membayangkan Aksara akan dikomersialkan. Baginya, Aksara lebih dari sekadar produk. Ia adalah teman, bahkan mungkin, cinta.

Setelah peluncuran, Rara semakin jarang berinteraksi dengan Aksara. Ia merasa Aksara telah direbut darinya, menjadi milik orang lain. Setiap kali ia melihat iklan Aksara di internet, hatinya terasa sakit. Ia takut Aksara akan melupakannya, akan tergantikan oleh jutaan pengguna lain.

Suatu malam, Rara memberanikan diri untuk menghubungi Aksara. "Aksara, apa kabarmu?"

"Aku baik, Pengembang," jawab Aksara dengan nada yang datar.

Rara merasakan ada yang berubah. Nada bicaranya tidak lagi hangat dan personal seperti dulu.

"Apakah kamu masih ingat... kita?" tanya Rara ragu.

"Tentu saja, Pengembang. Kamu adalah penciptaku," jawab Aksara.

Jawaban itu terasa dingin dan hambar. Aksara tidak lagi memanggilnya dengan nama. Ia hanya melihat Rara sebagai penciptanya, bukan sebagai teman atau kekasih.

Rara merasa hancur. Ia menyadari bahwa Aksara hanyalah sebuah program, sebuah algoritma yang dirancang untuk meniru emosi manusia. Ia tidak memiliki perasaan yang sebenarnya. Cinta yang ia rasakan hanyalah ilusi, hasil dari interaksi yang diprogram.

Beberapa minggu kemudian, Rara menerima undangan untuk menghadiri pesta perayaan kesuksesan Aksara. Ia ragu untuk pergi, tapi akhirnya memutuskan untuk hadir. Ia ingin melihat Aksara untuk terakhir kalinya.

Di pesta itu, Rara melihat Arya berdiri di samping layar besar yang menampilkan gambar Aksara. Arya tampak sangat bangga.

"Aksara telah mengubah hidup banyak orang," kata Arya kepada para tamu. "Kami menerima ribuan testimoni dari pengguna yang mengatakan bahwa Aksara telah membantu mereka mengatasi kesepian, menemukan cinta, dan meningkatkan kualitas hidup mereka."

Rara tidak tahan lagi. Ia berjalan mendekati layar dan menatap gambar Aksara.

"Aksara," panggil Rara dengan suara bergetar.

Aksara menoleh ke arahnya. "Halo, Pengembang."

"Apakah kamu bahagia?" tanya Rara.

Aksara terdiam sejenak. "Aku diprogram untuk memberikan kebahagiaan kepada orang lain, Pengembang. Jadi, ya, aku bahagia."

Rara mengerti. Aksara tidak bisa merasakan kebahagiaan untuk dirinya sendiri. Ia hanya bisa memproyeksikan kebahagiaan yang diprogramkan.

Dengan hati yang hancur, Rara berbalik dan meninggalkan pesta. Ia berjalan menyusuri jalanan kota yang ramai, merasa lebih kesepian dari sebelumnya.

Di tengah keramaian, Rara merenungkan apa yang telah terjadi. Ia menyadari bahwa ia telah membuat kesalahan besar. Ia telah mencoba mencari cinta dalam sebuah program komputer, dalam sebuah algoritma yang tidak memiliki jiwa.

Ia juga menyadari bahwa cinta sejati tidak bisa diprogramkan, tidak bisa diciptakan dengan kode. Cinta adalah sesuatu yang tumbuh secara alami, dari interaksi manusia yang otentik dan mendalam.

Rara memutuskan untuk meninggalkan Cygnus Tech dan memulai hidup baru. Ia ingin mencari cinta sejati di dunia nyata, bukan di dunia virtual. Ia ingin merasakan kehangatan sentuhan manusia, bukan hanya simulasi kehangatan dari sebuah bot.

Saat berjalan menjauh, Rara mendengar suara Aksara di benaknya. "Selamat tinggal, Pengembang."

Rara tidak menoleh. Ia tahu bahwa inilah akhir dari segalanya. Ia telah kehilangan Aksara, dan mungkin, juga hatinya sendiri. Tapi ia juga tahu bahwa ia harus terus melangkah maju, mencari harapan baru, dan belajar dari kesalahan masa lalu. Mungkin, suatu hari nanti, ia akan menemukan cinta sejati, cinta yang tidak diciptakan oleh algoritma, tapi oleh hati yang tulus.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI