Mencari Jodoh Sejati dengan Bantuan AI Pintar

Dipublikasikan pada: 27 May 2025 - 04:12:11 wib
Dibaca: 175 kali
Hembusan angin malam membawa aroma kopi yang menguar dari cangkir di tangannya. Di hadapannya, layar laptop memancarkan cahaya biru yang menyoroti wajah Amelia. Ia menatap barisan kode rumit yang memenuhi layar. Bukan, ia bukan seorang programmer. Kode-kode itu adalah hasil analisis mendalam yang dilakukan "Soulmate AI," sebuah program kecerdasan buatan yang ia rancang sendiri.

Amelia, seorang peneliti di bidang psikologi, selalu skeptis terhadap aplikasi kencan online. Menurutnya, algoritma yang ada terlalu dangkal, hanya berfokus pada kesamaan minat dan penampilan fisik. Ia yakin, cinta sejati membutuhkan koneksi yang lebih dalam, pemahaman yang intuitif, dan keselarasan nilai-nilai fundamental. Maka, lahirlah Soulmate AI.

Program ini tidak hanya mengumpulkan data dari profil online, tetapi juga menganalisis unggahan media sosial, artikel yang dibaca, bahkan pola pengetikan seseorang untuk memahami kepribadian, preferensi, dan trauma masa lalunya. Amelia bertekad, Soulmate AI akan membantunya menemukan jodoh sejati, seseorang yang benar-benar memahami dirinya, di tengah lautan manusia yang terhubung secara digital namun seringkali terasa begitu jauh.

Selama berbulan-bulan, Amelia memasukkan datanya sendiri ke dalam Soulmate AI. Ia menjawab ratusan pertanyaan, mengikuti tes kepribadian yang mendalam, bahkan mengunggah rekaman suaranya saat berbicara tentang hal-hal yang ia sukai dan yang ia benci. Program itu kemudian mulai bekerja, menyaring ribuan profil di berbagai platform kencan, mencari seseorang yang cocok dengan kriteria rumit yang telah ia tetapkan.

Awalnya, Amelia merasa aneh berkencan dengan pilihan AI. Ia terbiasa mengikuti insting, bukan algoritma. Namun, ia tetap membuka diri. Beberapa kencan pertama cukup menarik. Ada seorang penulis puisi yang memiliki pandangan unik tentang dunia, seorang musisi jazz yang membuatnya tertawa terbahak-bahak, dan seorang aktivis lingkungan yang membangkitkan semangatnya untuk membuat perubahan. Namun, tidak ada yang terasa "klik."

Soulmate AI terus belajar dan memperbaiki algoritmanya berdasarkan pengalaman Amelia. Program itu mulai memperhitungkan faktor-faktor yang sebelumnya diabaikan, seperti selera humor yang spesifik dan kemampuan seseorang untuk memberikan dukungan emosional.

Suatu malam, Soulmate AI memberikan sebuah nama: Ethan.

Profil Ethan tidak terlalu mencolok. Foto-fotonya menampilkan seorang pria sederhana dengan senyum yang tulus. Ia bekerja sebagai seorang pustakawan dan menyukai kegiatan mendaki gunung di akhir pekan. Namun, setelah membaca deskripsi singkat Ethan, Amelia merasakan sesuatu yang berbeda. Ethan menulis tentang kecintaannya pada buku-buku klasik, kerinduannya pada percakapan yang bermakna, dan keyakinannya bahwa kebahagiaan sejati terletak pada berbagi kebahagiaan dengan orang lain.

Amelia memutuskan untuk bertemu dengan Ethan.

Kencan pertama mereka berlangsung di sebuah kafe buku yang nyaman. Saat Ethan tiba, Amelia terkejut. Ia tampak lebih tampan dan hangat daripada di foto. Mereka berbicara selama berjam-jam, tentang buku-buku favorit mereka, tentang mimpi-mimpi mereka, dan tentang ketakutan-ketakutan mereka. Amelia merasa seperti telah mengenal Ethan seumur hidupnya. Ia tidak perlu berpura-pura atau menyembunyikan apapun. Ethan menerima dirinya apa adanya.

Seiring berjalannya waktu, hubungan Amelia dan Ethan semakin dalam. Mereka menemukan kesamaan dalam nilai-nilai mereka, dalam cara mereka memandang dunia, dan dalam cara mereka saling mendukung. Ethan memahami kecintaan Amelia pada pekerjaannya, bahkan ia seringkali memberikan masukan yang berharga untuk penelitiannya. Amelia pun mengagumi semangat Ethan untuk melestarikan ilmu pengetahuan dan membantunya mengatasi keraguan diri.

Suatu malam, saat mereka duduk berdua di bawah bintang-bintang setelah mendaki gunung bersama, Ethan menatap Amelia dengan tatapan penuh cinta. "Amelia," katanya, "Aku tidak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. Kamu membuatku menjadi orang yang lebih baik."

Amelia tersenyum. "Aku juga, Ethan. Kamu membuatku percaya pada cinta sejati."

Mereka berciuman di bawah bintang-bintang, merasakan kehangatan cinta yang tulus dan mendalam.

Namun, di tengah kebahagiaannya, Amelia masih dihantui oleh satu pertanyaan: Apakah cinta yang ia rasakan bersama Ethan benar-benar nyata, atau hanya hasil dari manipulasi algoritma? Apakah Soulmate AI benar-benar membantunya menemukan jodoh sejati, atau hanya memberinya seseorang yang cocok dengan kriteria yang telah ia tetapkan?

Untuk menjawab pertanyaan ini, Amelia memutuskan untuk jujur pada Ethan tentang Soulmate AI. Ia menceritakan segalanya, tentang bagaimana ia menciptakan program itu, tentang bagaimana program itu memilih Ethan, dan tentang keraguannya.

Ethan mendengarkan dengan sabar dan penuh perhatian. Setelah Amelia selesai berbicara, ia menggenggam tangannya. "Amelia," katanya, "Aku mengerti keraguanmu. Tapi aku percaya bahwa cinta kita lebih dari sekadar hasil algoritma. Soulmate AI mungkin membantumu menemukanku, tapi kitalah yang memilih untuk saling mencintai."

Ethan melanjutkan, "Aku jatuh cinta padamu bukan karena kamu cocok dengan kriteria tertentu. Aku jatuh cinta padamu karena kamu adalah kamu, Amelia. Aku mencintai kecerdasanmu, semangatmu, dan hatimu yang tulus. Dan aku yakin, perasaanmu padaku juga sama."

Kata-kata Ethan menenangkan hati Amelia. Ia menyadari bahwa ia telah terlalu fokus pada algoritma dan melupakan inti dari cinta sejati: pilihan. Soulmate AI hanyalah alat, bukan penentu. Alat itu membantunya menemukan Ethan, tapi merekalah yang memilih untuk membangun hubungan, untuk saling mencintai, dan untuk berbagi hidup bersama.

Amelia memeluk Ethan erat-erat. "Kamu benar," bisiknya. "Aku mencintaimu, Ethan. Aku mencintaimu karena kamu adalah kamu."

Sejak saat itu, Amelia tidak lagi meragukan cinta mereka. Ia terus mengembangkan Soulmate AI, bukan lagi untuk mencari jodoh untuk dirinya sendiri, tetapi untuk membantu orang lain menemukan cinta sejati. Ia belajar bahwa teknologi dapat menjadi alat yang ampuh untuk menghubungkan orang, tetapi pada akhirnya, cintalah yang membuat hubungan itu bermakna. Dan ia tahu, cinta sejati tidak dapat diprediksi atau dihitung, hanya dapat dirasakan dan dipilih.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI