Sentuhan Algoritma: Ketika Hati Bertemu Kode, Cinta Dimulai?

Dipublikasikan pada: 21 Nov 2025 - 02:40:14 wib
Dibaca: 125 kali
Jari-jarinya lincah menari di atas keyboard, mengetik baris demi baris kode Python. Cahaya monitor memantul di wajah Anya, menciptakan siluet misterius di ruang kerjanya yang remang. Jam dinding menunjukkan pukul 2 pagi, tapi ia terlalu tenggelam dalam proyek personalnya untuk peduli. Sebuah algoritma pencari jodoh berbasis kecerdasan buatan, yang ia namakan "SoulMate AI".

Anya, seorang programmer andal dengan otak cemerlang, ironisnya, payah dalam urusan percintaan. Semua kencan daring yang ia coba berakhir dengan kekecewaan, laki-laki yang ternyata tidak sesuai dengan profilnya, atau obrolan membosankan tentang investasi kripto. Ia berpikir, jika ia bisa membuat program yang memprediksi perilaku pasar saham, kenapa ia tidak bisa membuat program yang menemukan pasangan ideal?

SoulMate AI bukan sekadar aplikasi pencocokan profil biasa. Anya melengkapinya dengan algoritma pembelajaran mesin yang menganalisis data dari berbagai sumber: riwayat media sosial, preferensi buku dan film, bahkan pola tidur dan kebiasaan makan. Semakin banyak data yang diunggah pengguna, semakin akurat prediksi yang dihasilkan.

Setelah berbulan-bulan bekerja keras, akhirnya tiba saatnya untuk uji coba. Dengan gugup, Anya mengunggah datanya sendiri ke SoulMate AI. Ia mencantumkan semua yang ia ketahui tentang dirinya: kecintaannya pada astronomi, kegemarannya pada film-film klasik, dan kebenciannya pada aroma durian. Lalu, ia menekan tombol "Cari".

Algoritma bekerja, memindai jutaan profil di dunia maya. Anya menggigit bibirnya, jantungnya berdebar kencang. Detik terasa seperti jam. Akhirnya, layar menampilkan satu nama: "Arjuna Prasetya".

Arjuna adalah seorang arsitek lanskap yang menyukai fotografi dan puisi. Profilnya dipenuhi dengan foto-foto taman yang indah dan kutipan-kutipan dari Rumi. Anya terkejut. Profilnya sangat berbeda dengan tipe laki-laki yang biasanya ia kencani, tetapi entah kenapa, ada sesuatu yang menariknya.

Ia memberanikan diri untuk mengirim pesan. "Halo, Arjuna. SoulMate AI merekomendasikan kita berdua. Menarik, bukan?"

Balasan datang hampir seketika. "Halo, Anya. Saya juga terkejut, tapi penasaran. Algoritma mungkin tahu lebih banyak tentang kita daripada yang kita kira."

Obrolan mereka mengalir lancar, membahas tentang desain perkotaan, efek rumah kaca, dan kesamaan pandangan mereka tentang pentingnya ruang hijau di kota. Anya merasa nyaman dan santai, tidak seperti kencan-kencan daring sebelumnya yang penuh kepura-puraan.

Setelah beberapa hari, Arjuna mengajak Anya untuk bertemu di taman botani. Anya setuju, meski sedikit gugup. Ia bertanya-tanya, apakah koneksi virtual mereka akan sama kuatnya di dunia nyata?

Saat Anya tiba di taman, Arjuna sudah menunggunya di dekat air mancur. Ia mengenakan kemeja linen berwarna biru muda dan celana panjang khaki. Senyumnya ramah dan matanya berbinar. Anya merasa hatinya berdesir.

"Anya?" sapa Arjuna.

"Arjuna?" balas Anya, jantungnya berdebar kencang.

Mereka berjalan-jalan di taman, dikelilingi oleh keindahan alam. Arjuna menjelaskan tentang berbagai jenis tanaman, menceritakan kisah-kisah menarik tentang asal-usulnya. Anya mendengarkan dengan penuh perhatian, terpesona oleh pengetahuannya dan semangatnya.

Saat matahari mulai terbenam, mereka duduk di bangku taman, menikmati keheningan yang nyaman. Arjuna mengeluarkan kamera dari tasnya.

"Saya ingin mengambil foto kamu," katanya. "Cahaya matahari sore ini sangat indah."

Anya tersipu, tapi ia setuju. Arjuna mengambil beberapa foto, sesekali mengarahkan Anya dengan lembut. Saat ia selesai, ia menunjukkan hasilnya pada Anya.

"Kamu terlihat sangat cantik," ujarnya tulus.

Anya tersenyum. "Terima kasih."

Mereka saling bertukar pandang. Ada sesuatu di mata Arjuna yang membuat Anya merasa gugup sekaligus bahagia. Ia merasa seolah-olah ia mengenalnya seumur hidup.

"Anya," kata Arjuna, suaranya lembut. "Saya tahu ini mungkin terlalu cepat, tapi saya merasa ada koneksi yang kuat di antara kita. Apakah kamu merasakannya juga?"

Anya mengangguk. "Ya, Arjuna. Saya merasakannya."

Arjuna meraih tangan Anya. Sentuhannya hangat dan lembut. Anya membalas genggamannya.

"Saya tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan," kata Arjuna. "Tapi saya ingin mengenal kamu lebih jauh."

"Saya juga," jawab Anya.

Mereka duduk berpegangan tangan, menyaksikan matahari terbenam. Di kejauhan, suara burung-burung berkicau. Anya merasa damai dan bahagia. Mungkin, algoritma memang bisa menemukan cinta. Mungkin, SoulMate AI telah berhasil menemukan belahan jiwanya.

Namun, di balik kebahagiaan itu, muncul pertanyaan di benak Anya. Apakah cinta sejati bisa ditemukan melalui algoritma? Apakah keintiman dan koneksi emosional yang mendalam bisa diprediksi oleh kode? Atau, apakah semua ini hanyalah ilusi, hasil dari perhitungan matematika yang canggih?

Anya tahu bahwa ia harus mencari tahu jawabannya sendiri. Ia harus membuka hatinya, melepaskan keraguannya, dan membiarkan cinta membimbingnya. Karena, pada akhirnya, cinta adalah tentang mengambil risiko, tentang mempercayai intuisi, dan tentang menerima ketidaksempurnaan.

Malam itu, Anya kembali ke ruang kerjanya. Ia memandang layar komputernya, tempat SoulMate AI berada. Ia tersenyum. Algoritma mungkin telah mempertemukannya dengan Arjuna, tetapi yang akan menentukan masa depan hubungan mereka adalah mereka sendiri.

Ia menutup laptopnya dan keluar dari ruangan. Ia ingin menelepon Arjuna, mendengar suaranya, dan merencanakan kencan berikutnya. Ia ingin merasakan sentuhan kebahagiaan itu, dan melihat apakah cinta yang dimulai dari kode bisa berkembang menjadi sesuatu yang lebih nyata dan abadi. Sentuhan algoritma telah menjadi awal dari sebuah cerita cinta, dan kini Anya siap untuk menulis bab-bab berikutnya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI