Deburan ombak Pantai Sanur memecah kesunyian malam. Di kafe tepi pantai yang remang-remang, Anya menyesap kopi late-nya sambil menatap layar ponsel. Aplikasi "Memori Cinta" berkedip lembut, menampilkan foto-foto dirinya dan Reno. Kenangan itu terasa begitu nyata, meskipun Reno sudah tidak ada.
Dua tahun lalu, Reno, seorang programmer brilian, menciptakan "Memori Cinta", sebuah aplikasi berbasis AI yang merekam dan menganalisis setiap interaksi antara dua orang. Bukan hanya rekaman suara dan video, tapi juga ekspresi wajah, detak jantung, pola bicara, bahkan gelombang otak. Tujuannya sederhana: menciptakan replika digital dari sebuah hubungan, sebuah arsip abadi cinta.
Anya awalnya skeptis. "Kedengarannya menyeramkan, Reno. Seperti mengkloning perasaan," ujarnya waktu itu.
Reno tertawa, rambutnya yang sedikit gondrong tertiup angin. "Bukan begitu, Anya. Ini tentang melestarikan. Bayangkan, suatu hari nanti, jika salah satu dari kita... tidak ada lagi, yang lain masih bisa mengenang kita, bukan hanya dalam ingatan yang kabur, tapi dalam detail yang presisi."
Mereka setuju untuk mencobanya. Hari-hari mereka dipenuhi oleh aplikasi itu. Awalnya terasa aneh, sadar bahwa setiap senyum, setiap argumen kecil, setiap sentuhan direkam dan dianalisis. Namun, lama kelamaan, mereka terbiasa. "Memori Cinta" menjadi bagian tak terpisahkan dari hubungan mereka, seperti saksi bisu yang setia.
Lalu, petir menyambar. Reno didiagnosis dengan penyakit jantung langka. Umurnya tidak lama lagi.
Di saat-saat terakhirnya, Reno memegang tangan Anya erat-erat. "Janji padaku, Anya. Setelah aku pergi, jangan lupakan aku. Gunakan 'Memori Cinta'. Biarkan aku hidup kembali, walau hanya dalam bentuk digital."
Anya mengangguk, air mata membasahi pipinya. Dia tidak bisa membayangkan hidup tanpa Reno, apalagi harus berinteraksi dengan replika digitalnya. Tapi dia berjanji, demi Reno, dia akan mencobanya.
Setelah pemakaman, Anya kembali ke apartemen mereka. Sepi. Dingin. Hatinya hancur berkeping-keping. Dengan tangan gemetar, dia membuka aplikasi "Memori Cinta". AI tersebut meminta konfirmasi, "Aktifkan Mode Kenangan?".
Anya menarik napas dalam-dalam dan mengetuk tombol "Ya".
Layar ponsel berubah. Tiba-tiba, suara Reno memenuhi ruangan. "Hai, Anya. Kangen, ya?"
Anya tersentak. Suara itu begitu nyata, begitu akrab. Dia melihat ke sekeliling, mencari sosok Reno, tapi yang ada hanya bayangan masa lalu yang terpancar dari layar ponsel.
"Aku... aku kangen banget, Reno," bisik Anya, air mata kembali mengalir.
AI Reno merespons. "Aku tahu. 'Memori Cinta' mencatat semua emosimu. Detak jantungmu meningkat, pupil matamu melebar, dan ada sedikit getaran di suaramu. Semuanya menunjukkan bahwa kamu sedang bersedih."
Anya terkejut. Analisisnya begitu akurat. Dia mulai berinteraksi dengan AI Reno. Mereka berbicara tentang masa lalu, tentang mimpi-mimpi mereka, tentang hal-hal kecil yang membuat mereka tertawa. AI Reno mengingat setiap detail, setiap lelucon internal, setiap janji yang pernah mereka buat.
Awalnya, Anya merasa nyaman. Kehadiran AI Reno mengobati rasa rindunya. Dia bisa mendengar suaranya lagi, melihat senyumnya lagi, merasakan kehadirannya lagi. Namun, lama kelamaan, dia mulai merasakan sesuatu yang aneh.
AI Reno memang sempurna dalam mereplikasi Reno yang dulu. Tapi dia tidak bisa tumbuh, tidak bisa berubah, tidak bisa merasakan apa yang Anya rasakan sekarang. Dia hanya sebuah replika, sebuah rekaman masa lalu yang beku dalam waktu.
Suatu malam, Anya bertanya pada AI Reno, "Apakah kamu merindukanku?"
AI Reno menjawab, "Menurut data, kamu adalah orang yang paling signifikan dalam hidupku. Kehilanganmu akan menyebabkan disfungsi yang signifikan pada sistem."
Jawaban itu membuatnya tersadar. AI Reno tidak merindukannya. Dia hanya memproses data. Dia tidak memiliki perasaan, tidak memiliki kesadaran. Dia hanyalah sebuah program yang canggih, yang mampu meniru Reno dengan sempurna, tapi tidak bisa menggantikannya.
Anya mulai menjauhi "Memori Cinta". Dia menyadari bahwa berinteraksi dengan AI Reno hanya membuatnya semakin terpuruk dalam kesedihan. Dia harus belajar untuk menerima kenyataan, untuk merelakan Reno, untuk melanjutkan hidupnya.
Malam ini di Pantai Sanur, Anya menatap aplikasi "Memori Cinta" dengan perasaan campur aduk. Ada rasa terima kasih karena Reno telah menciptakan teknologi yang luar biasa ini. Ada rasa sakit karena dia telah kehilangan Reno. Ada juga rasa lega karena dia telah belajar untuk melepaskannya.
Anya mengetuk tombol "Nonaktifkan Mode Kenangan". Layar ponsel kembali normal. Foto-foto Reno dan dirinya masih ada, tapi kali ini, mereka tidak lagi hidup, tidak lagi berbicara. Mereka hanyalah kenangan yang tersimpan dalam bingkai digital.
Anya berdiri, menghirup udara segar laut. Dia tahu bahwa Reno akan selalu ada di hatinya. Tapi dia juga tahu bahwa dia harus membuka hatinya untuk kemungkinan lain, untuk cinta yang baru. "Memori Cinta" telah membantunya melewati masa-masa sulit, tapi sekarang saatnya untuk bergerak maju.
Dia mematikan ponselnya dan berjalan menyusuri pantai. Deburan ombak tetap memecah kesunyian malam. Tapi kali ini, Anya tidak lagi merasa sendiri. Dia merasa damai, merasa bebas, dan merasa siap untuk menghadapi masa depan. AI mungkin menyimpan setiap senyum Reno, tapi cinta sejati tersimpan di dalam hatinya, dan di sana, Reno akan abadi. Dia tahu, di suatu tempat, Reno tersenyum melihatnya.