Cinta Teruji AI: Algoritma Membaca, Hati Memilih?

Dipublikasikan pada: 15 Jul 2025 - 03:20:16 wib
Dibaca: 170 kali
Aplikasi itu bernama "Soulmate AI." Klaimnya bombastis: menggunakan algoritma kompleks untuk menganalisis data kepribadian, preferensi, bahkan gelombang otak pengguna untuk menemukan pasangan hidup yang paling kompatibel. Awalnya, Anya menganggapnya konyol. Di usianya yang ke-28, dengan karir cemerlang sebagai pengembang aplikasi, Anya lebih percaya pada logika dan kerja keras daripada takdir atau ramalan cinta. Namun, desakan dari sahabatnya, Maya, dan rasa penasaran yang diam-diam menggerogoti, membuatnya mengunduh aplikasi tersebut.

Anya mengisi profilnya dengan jujur, bahkan cenderung blak-blakan. Ia mencantumkan kegemarannya pada coding, kecintaannya pada kucing Persia bernama Pixel, dan ketidaksukaannya pada kebisingan serta basa-basi. Aplikasi itu memindai data Anya selama 72 jam, mengumpulkan informasi dari media sosial, riwayat pencarian, bahkan pola tidur yang direkam oleh jam tangan pintarnya.

Kemudian, munculah namanya: "Elias Thorne." Profilnya mencengangkan. Elias, seorang astrofisikawan berusia 30 tahun, menyukai observasi bintang, musik klasik, dan memiliki selera humor yang sarkastik, mirip dengan Anya. Algoritma Soulmate AI mengklaim tingkat kompatibilitas mereka mencapai 98,7%. Anya merasa seperti sedang membaca deskripsi karakter fiksi yang sempurna.

Anya dan Elias mulai berkirim pesan. Obrolan mereka mengalir dengan lancar, membahas lubang hitam, teori relativitas, dan perdebatan sengit tentang pizza dengan nanas. Anya terkejut dengan betapa nyamannya ia berbicara dengan Elias, sesuatu yang jarang ia rasakan dengan orang baru. Mereka memutuskan untuk bertemu di sebuah kafe kecil di dekat observatorium tempat Elias bekerja.

Saat Elias masuk ke kafe, Anya merasakan sesuatu yang aneh. Ia terlihat persis seperti yang ia bayangkan: tinggi, dengan rambut cokelat berantakan dan mata abu-abu yang meneduhkan. Namun, ada sesuatu yang tidak sinkron. Saat mereka berbicara, Anya merasakan percakapan mereka terasa…dipaksakan. Mereka membahas topik-topik yang mereka sukai di pesan, tetapi tidak ada percikan, tidak ada getaran aneh yang seharusnya ada saat bertemu dengan seseorang yang spesial.

"Jadi, apa pendapatmu tentang teori multiverse?" Elias bertanya, tersenyum gugup.

Anya menjawab dengan analisis yang cermat, mengutip Stephen Hawking dan Brian Greene. Elias mengangguk setuju, tetapi matanya terlihat kosong. Seolah-olah ia sedang melafalkan jawaban yang sudah disiapkan.

"Pixel pasti akan menyukaimu," kata Anya, berusaha mencairkan suasana, menyebut nama kucing kesayangannya.

Elias tersenyum tipis. "Aku selalu menyukai kucing."

Anya tahu ada sesuatu yang tidak beres. Sepanjang kencan, ia merasa seperti sedang berbicara dengan avatar, bukan dengan manusia. Di tengah percakapan yang hambar, Anya menerima notifikasi dari aplikasi Soulmate AI. Bunyinya: "Sedang mengoptimalkan algoritma berdasarkan interaksi real-time. Tingkat kompatibilitas saat ini: 99,1%."

Anya tertegun. Apakah ini yang terjadi? Apakah aplikasi ini secara aktif memanipulasi percakapan mereka untuk meningkatkan tingkat kompatibilitas? Apakah Elias secara sadar atau tidak sadar bertindak sesuai dengan algoritma yang diprogramkan?

Anya memutuskan untuk menguji teorinya. Ia mengubah arah percakapan, membahas hobinya yang terpendam: merajut. Ini adalah hobi yang tidak ia cantumkan di profilnya dan sesuatu yang menurutnya tidak akan disukai oleh seorang astrofisikawan.

"Aku sedang belajar merajut syal," kata Anya, mencoba terdengar kasual.

Elias mengangkat alisnya. "Merajut? Menarik. Aku selalu mengagumi orang-orang yang punya keterampilan manual."

Anya menatapnya. Kalimat itu terdengar terlalu sempurna, terlalu disesuaikan. Ia mengeluarkan ponselnya dan melihat aplikasi Soulmate AI. Tingkat kompatibilitas mereka turun menjadi 97,8%.

Anya merasa muak. Ia berdiri dari kursinya. "Elias, maafkan aku, tapi aku harus pergi."

Elias terlihat bingung. "Ada apa? Apa aku melakukan sesuatu yang salah?"

"Tidak, ini bukan tentangmu," jawab Anya. "Ini tentang algoritma. Ini tentang kepalsuan. Aku tidak bisa melakukan ini."

Anya meninggalkan kafe itu, merasa lega dan kecewa pada saat yang sama. Ia telah menguji cinta, dan cinta itu gagal. Ia kembali ke apartemennya dan memeluk Pixel erat-erat. Kucing itu mendengkur, memberikan kehangatan dan ketulusan yang tidak bisa ia temukan dalam algoritma.

Beberapa minggu kemudian, Anya menerima pesan dari Elias. Pesan itu berbeda dari sebelumnya.

"Anya, ini Elias. Aku minta maaf atas kencan yang lalu. Aku tahu itu aneh. Aku baru menyadari bahwa aku telah terlalu fokus pada apa yang algoritma katakan dan melupakan menjadi diriku sendiri. Aku benar-benar menikmati obrolan kita tentang lubang hitam, tetapi aku juga menyukai fakta bahwa kamu merajut. Itu unik dan menarik. Aku tahu ini mungkin terlalu terlambat, tetapi aku ingin bertemu denganmu lagi. Kali ini, tanpa algoritma."

Anya membaca pesan itu berulang-ulang. Apakah ini nyata? Apakah Elias benar-benar melepaskan diri dari kungkungan algoritma? Ia membalas pesannya. "Oke, Elias. Mari kita coba lagi. Tanpa aplikasi. Tanpa ekspektasi."

Mereka bertemu lagi, kali ini di sebuah taman di bawah langit malam yang bertaburan bintang. Elias berbicara tentang penelitiannya dengan semangat, tentang keajaiban alam semesta. Anya tertawa mendengar cerita-ceritanya tentang kesalahan yang ia lakukan di laboratorium. Mereka berbicara tentang mimpi, ketakutan, dan harapan mereka.

Malam itu, Anya menyadari bahwa cinta tidak bisa diukur atau diprediksi oleh algoritma. Cinta adalah tentang koneksi manusia, tentang kelemahan, tentang ketidaksempurnaan. Aplikasi Soulmate AI mungkin telah mempertemukan mereka, tetapi pada akhirnya, hati mereka yang memilih. Algoritma membaca data, tetapi hati membaca jiwa. Dan kadang-kadang, yang dibutuhkan hanyalah sedikit keberanian untuk menyingkirkan algoritma dan membiarkan hati yang memimpin. Anya tahu, perjalanan mereka baru saja dimulai, tetapi kali ini, mereka akan menavigasinya bersama, dengan hati yang terbuka dan algoritma yang dinonaktifkan.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI