Hati yang Diperbarui: Versi Cinta 30

Dipublikasikan pada: 02 Jul 2025 - 01:20:12 wib
Dibaca: 173 kali
Kursor itu berkedip-kedip mengejek di layar laptop. Maya menghela napas, membenamkan wajah di telapak tangan. Versi Cinta 3.0. Itu tugas akhirnya di kelas penulisan kreatif. Ironis. Dia, seorang programmer handal yang kode-kodenya bisa menghidupkan aplikasi kencan paling populer, justru buntu ide ketika harus menulis tentang cinta.

Semuanya terasa seperti barisan kode yang rumit dan tak bisa di-debug. Dulu, dia percaya cinta bisa dianalisis, diprediksi, bahkan dioptimalkan. Aplikasi buatannya, "SoulmateSync," membuktikan itu. Algoritmanya begitu canggih, mampu mencocokkan kepribadian, minat, dan tujuan hidup dengan akurasi nyaris sempurna. Orang-orang menemukan pasangan hidup mereka lewat SoulmateSync. Kecuali dirinya sendiri.

Maya tertawa pahit. Ironi macam apa ini? Dia menciptakan algoritma cinta, tapi cintanya sendiri macet di versi beta.

Dia ingat pertemuan pertamanya dengan Adam. Seorang fotografer yang terdaftar di SoulmateSync. Profilnya memunculkan skor kecocokan 98% dengan Maya. Sempurna di atas kertas. Mereka makan malam, membicarakan film indie, debat tentang fotografi analog vs. digital, dan tertawa pada lelucon-lelucon garing. Segalanya terasa… tepat. Terlalu tepat, mungkin.

Hubungan mereka berjalan sesuai algoritma. Kencan kedua, kencan ketiga, perkenalan dengan teman-teman, liburan bersama. Semuanya terencana, terukur, dan tanpa kejutan. Tapi di suatu malam, di tengah keheningan apartemen Adam, Maya menyadari ada sesuatu yang hilang. Sesuatu yang tak bisa diprediksi oleh algoritma.

"Adam," katanya pelan, "aku rasa… aku rasa ini tidak berhasil."

Adam menatapnya bingung. "Tapi, Maya, kita sangat cocok. Secara statistik, kita adalah pasangan ideal."

Dan di situlah letak masalahnya. Mereka adalah pasangan ideal secara statistik. Tapi hatinya tidak berdebar, tidak ada kupu-kupu di perut, tidak ada rasa takut dan kegembiraan yang mendebarkan. Hanya kekosongan yang dipenuhi dengan data dan angka.

Setelah perpisahan yang berjalan mulus (karena bahkan perpisahan mereka pun dianalisis dan dioptimalkan), Maya menarik diri dari SoulmateSync. Dia menutup akunnya dan menghabiskan malam-malamnya dengan menatap kode-kode program, mencoba mencari jawaban di antara baris-baris algoritma.

Sekarang, di depan layar laptop yang berkedip, dia merasa seperti seorang hacker yang mencoba menembus firewall hatinya sendiri. Versi Cinta 3.0. Apa yang harus dia tulis?

Maya memutuskan untuk jujur. Dia mulai mengetik.

"Versi Cinta 3.0 bukan tentang algoritma atau statistik. Ini tentang menerima ketidaksempurnaan. Ini tentang membiarkan hati memimpin, meskipun jalannya tidak logis. Ini tentang membiarkan kejutan dan ketidakpastian mengambil alih, meskipun itu menakutkan."

Dia melanjutkan, menceritakan pengalamannya dengan Adam, tentang bagaimana dia mencoba mengendalikan cinta dengan logika, dan bagaimana dia gagal.

"Saya pikir saya bisa memprogram cinta. Saya salah. Cinta bukan program. Ini adalah emosi yang kacau, tidak terduga, dan seringkali menyakitkan. Tapi justru dalam kekacauan itulah keindahan itu berada."

Dia berhenti sejenak, memandang keluar jendela. Hujan mulai turun. Sebuah taksi melaju melewati jalanan yang basah, lampunya memantulkan warna-warni di aspal. Tiba-tiba, sebuah ide melintas di benaknya.

"Versi Cinta 3.0 adalah tentang hati yang diperbarui. Bukan tentang menghapus kesalahan masa lalu, tetapi tentang belajar darinya. Ini tentang membuka diri untuk kemungkinan baru, meskipun kita pernah terluka. Ini tentang memaafkan diri sendiri dan orang lain. Dan yang terpenting, ini tentang keberanian untuk mencintai lagi."

Maya tersenyum. Kata-kata itu mengalir begitu saja, seolah hatinya akhirnya menemukan suaranya.

Dia menyelesaikan cerpennya, menambahkan sentuhan akhir dengan kisah seorang wanita yang menemukan cinta sejati bukan melalui aplikasi kencan, tetapi melalui pertemuan yang tak terduga di sebuah kedai kopi saat hujan. Kisah tentang dua orang yang awalnya tidak cocok di atas kertas, tetapi menemukan koneksi yang dalam dan bermakna.

Setelah selesai, Maya merasa lega. Bukan karena tugasnya selesai, tetapi karena dia akhirnya memahami sesuatu tentang dirinya sendiri. Dia menghapus beberapa baris kode di SoulmateSync yang menurutnya terlalu kaku dan menambahkan beberapa elemen yang lebih manusiawi. Dia menyadari bahwa aplikasi itu seharusnya menjadi alat bantu, bukan pengganti hati.

Keesokan harinya, dia pergi ke kedai kopi favoritnya. Hujan masih turun. Dia memesan kopi dan duduk di dekat jendela. Dia membuka laptopnya dan memeriksa email.

Sebuah pesan dari seorang programmer bernama Ben. Dia membaca cerpen Maya di blog kelas penulisan kreatif dan terkesan. Dia juga seorang programmer, dan dia mengaku pernah merasakan hal yang sama seperti Maya.

"Cerpenmu sangat menyentuh," tulis Ben. "Saya pikir kamu benar. Cinta tidak bisa diprogram. Tapi mungkin, kita bisa belajar bagaimana menerimanya."

Di akhir pesannya, Ben mengajaknya untuk minum kopi.

Maya tersenyum. Dia membalas pesannya, menyetujui untuk bertemu. Mungkin ini adalah awal dari sesuatu yang baru. Sesuatu yang tidak terduga, tidak terencana, dan mungkin, sesuatu yang indah.

Dia menutup laptopnya dan menatap hujan. Kali ini, dia tidak melihatnya sebagai gangguan, tetapi sebagai kesempatan. Kesempatan untuk membuka hatinya untuk Versi Cinta 3.0. Versi yang tidak sempurna, tetapi nyata. Versi yang tidak terprediksi, tetapi penuh harapan. Versi yang diperbarui.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI