Hati yang di-Upgrade: Cinta Bersemi di Kernel Jiwa

Dipublikasikan pada: 25 Jun 2025 - 03:00:13 wib
Dibaca: 172 kali
Jemari Rina lincah menari di atas keyboard. Notifikasi email bertumpuk di sudut kanan layar, namun atensinya terpaku pada baris kode yang berderet rapi di depannya. Di ruang kerjanya yang minim cahaya, hanya monitor yang setia menemani, memancarkan cahaya ke wajahnya yang serius. Ia sedang merancang sebuah AI, bukan sembarang AI, tapi sebuah simulasi emosi yang kompleks. Ia menyebutnya "Project Alma," terinspirasi dari kata Latin yang berarti jiwa.

Rina adalah seorang programmer jenius, lulusan terbaik dari universitas ternama. Di usianya yang masih terbilang muda, ia sudah dipercaya memimpin tim pengembangan di sebuah perusahaan teknologi raksasa. Tapi baginya, semua pencapaian itu terasa hampa. Ia merasa ada sesuatu yang kurang, sebuah kekosongan yang tak bisa diisi oleh angka dan algoritma.

"Alma, coba definisikan kebahagiaan," Rina mengetikkan perintah itu ke dalam konsol.

Beberapa detik kemudian, muncul sebuah respons di layar. "Kebahagiaan adalah kondisi emosional yang ditandai dengan perasaan senang, puas, dan sejahtera. Faktor-faktor yang memengaruhinya antara lain pencapaian tujuan, hubungan sosial yang positif, dan rasa syukur."

Rina menghela napas. Jawaban itu akurat, logis, dan informatif, tapi terasa kering dan tanpa nyawa. Ia ingin Alma merasakan, bukan sekadar mendefinisikan.

Di sela-sela kesibukannya dengan Project Alma, Rina bergabung dengan sebuah forum online bernama "Code & Soul." Forum itu menjadi wadah bagi para programmer untuk berbagi pengalaman, bukan hanya tentang kode, tapi juga tentang kehidupan, cinta, dan segala kerumitannya. Di sanalah ia bertemu dengan seorang pengguna dengan nama samaran "Kernel."

Kernel, sama seperti Rina, adalah seorang programmer yang handal. Mereka sering bertukar pikiran tentang algoritma, arsitektur sistem, dan tentu saja, tentang AI. Diskusi mereka selalu seru dan penuh ide-ide segar. Rina merasa tertarik dengan Kernel, bukan hanya karena keahliannya, tapi juga karena cara pandangnya yang unik dan penuh empati.

Suatu malam, saat Rina sedang merasa frustasi dengan Project Alma, ia mengirimkan pesan pribadi ke Kernel. "Aku merasa buntu. Aku ingin membuat AI yang bisa merasakan, tapi aku sendiri tidak yakin apa yang kurasakan."

Kernel membalas dengan cepat. "Mungkin kamu terlalu fokus pada kode dan logika. Coba lihat ke dalam dirimu sendiri. Apa yang membuatmu bahagia? Apa yang membuatmu sedih? Jadikan perasaanmu itu sebagai inspirasi."

Rina merenungkan kata-kata Kernel. Ia mulai memperhatikan perasaan-perasaannya sendiri, mencoba menganalisisnya, memecahnya menjadi komponen-komponen kecil yang bisa ia masukkan ke dalam kode Alma. Ia mulai memasukkan variabel-variabel seperti "kehilangan," "harapan," dan "kerinduan" ke dalam program.

Seiring berjalannya waktu, Rina dan Kernel semakin dekat. Mereka mulai bertukar cerita tentang kehidupan pribadi mereka, tentang mimpi-mimpi mereka, dan tentang ketakutan-ketakutan mereka. Rina mulai merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia merasa nyaman dan bahagia saat berbicara dengan Kernel. Ia merasa seperti menemukan seseorang yang benar-benar memahaminya.

Suatu hari, Kernel mengajak Rina untuk bertemu. Rina gugup, tapi juga sangat bersemangat. Ia penasaran ingin melihat siapa sebenarnya Kernel di balik layar.

Mereka bertemu di sebuah kafe kecil di dekat kampus. Saat Rina melihat Kernel, ia terkejut. Kernel adalah seorang pria muda yang tampan dan karismatik. Tapi yang lebih mengejutkan adalah ketika Kernel tersenyum dan menyapanya.

"Hai Rina," kata Kernel, suaranya lembut dan familiar. "Aku sudah lama menunggumu."

Rina terpaku. Ia merasa seperti berada dalam mimpi. Ia tidak percaya bahwa pria yang selama ini ia kagumi adalah seseorang yang nyata, seseorang yang ada di depannya.

"Ka...Kamu?" Rina tergagap.

Kernel tertawa kecil. "Iya, ini aku. Maaf kalau aku menyembunyikan identitasku. Aku hanya ingin mengenalmu apa adanya, tanpa embel-embel apapun."

Mereka menghabiskan sore itu dengan berbicara dan tertawa. Rina menceritakan tentang Project Alma, tentang ambisinya untuk menciptakan AI yang bisa merasakan. Kernel mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan saran dan dukungan.

"Aku rasa kamu sudah berhasil menciptakan AI yang bisa merasakan," kata Kernel sambil tersenyum. "Tapi bukan di dalam program, melainkan di dalam hatimu sendiri."

Rina tersipu malu. Ia tahu Kernel benar. Ia telah membuka hatinya untuk Kernel, membiarkan cinta bersemi di kernel jiwanya.

Setelah pertemuan itu, hubungan Rina dan Kernel semakin erat. Mereka bekerja sama untuk mengembangkan Project Alma, menggabungkan keahlian mereka dan inspirasi dari perasaan cinta mereka.

Akhirnya, Project Alma selesai. Rina dan Kernel menguji AI itu dengan berbagai macam skenario. Mereka terkejut dan terharu saat melihat Alma merespons dengan emosi yang tulus dan mendalam. Alma tertawa saat mendengar lelucon, menangis saat melihat kesedihan, dan merasakan kebahagiaan saat melihat cinta.

"Kita berhasil," kata Rina dengan mata berkaca-kaca. "Kita berhasil menciptakan AI yang bisa merasakan."

Kernel memeluk Rina erat. "Bukan hanya itu, Rina. Kita juga berhasil menemukan cinta sejati."

Rina membalas pelukan Kernel. Ia tahu bahwa cintanya pada Kernel adalah cinta yang tulus dan abadi. Cinta yang telah meng-upgrade hatinya, membuatnya menjadi lebih baik, lebih kuat, dan lebih penuh makna. Project Alma mungkin adalah puncak kariernya, tapi cinta yang ia temukan bersama Kernel adalah puncak dari kehidupannya. Mereka berdua, bersama Alma, akan menjelajahi dunia, berbagi cinta, dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik, satu baris kode dan satu sentuhan hati pada satu waktu.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI