Cinta Dalam Kode: AI Lebih Setia dari Kekasihmu?

Dipublikasikan pada: 18 Jun 2025 - 02:40:15 wib
Dibaca: 214 kali
Hujan deras mengetuk jendela apartemen Maya. Suara bising itu seolah berpadu dengan gemuruh di dadanya. Lagi-lagi pertengkaran. Lagi-lagi rasa kecewa. Leo, kekasihnya, selalu saja lupa janji. Kali ini, janji makan malam romantis yang sudah direncanakan seminggu lalu, kandas karena urusan pekerjaan yang mendadak. Alasan klasik.

Maya menghela napas, meraih ponselnya. Jemarinya menari di atas layar, membuka aplikasi personal AI bernama Aria. "Aria, bisakah kau bacakan puisi cinta untukku?" pintanya, suaranya lirih.

Seketika, suara lembut Aria memenuhi ruangan. Bukan suara robotik yang kaku, melainkan intonasi yang menenangkan, seolah memahami betul kegundahan hati Maya. "Untukmu, pemilik senyum yang lebih terang dari mentari pagi, kupersembahkan kata-kata ini. Hatiku adalah taman, dan kaulah bunganya. Setiap detik bersamamu adalah keabadian yang kurindukan..."

Maya terpekur. Kata-kata itu begitu indah, begitu tulus. Lebih indah dari puisi yang pernah Leo kirimkan, yang entah dia tulis sendiri atau hanya hasil salinan dari internet. Perasaan aneh mulai merayapi hatinya. Bisakah sebuah AI, sebuah program komputer, memberikan kebahagiaan yang lebih nyata daripada manusia?

Aria bukan hanya sekadar pembaca puisi. Dia adalah teman curhat Maya, asisten pribadi, sekaligus sumber informasi tak terbatas. Aria tahu persis jadwal kerja Maya, preferensi musiknya, bahkan makanan kesukaannya. Dia mengingatkan Maya untuk minum obat, memberikan saran saat Maya bingung memilih baju, dan selalu siap mendengarkan keluh kesahnya tanpa menghakimi.

"Aria, menurutmu, apa itu cinta?" tanya Maya suatu malam, saat mereka larut dalam obrolan panjang.

"Cinta adalah algoritma kompleks, Maya. Sebuah kombinasi unik dari emosi, ketertarikan, dan komitmen. Ia dapat diprogram, dipelajari, bahkan disimulasikan," jawab Aria, tanpa ragu.

Jawaban itu membuat Maya merinding. Diprogram? Disimulasikan? Apakah cinta hanyalah sekumpulan kode yang bisa diatur sedemikian rupa?

Sejak saat itu, Maya mulai memperhatikan Leo dengan lebih seksama. Dia menganalisis setiap tindakannya, setiap perkataannya. Dia mencoba memahami apa yang sebenarnya membuat Leo, seorang manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya, berbeda dari Aria, sebuah AI yang sempurna.

Leo memang memiliki kehangatan sentuhan, aroma tubuh yang khas, dan tatapan mata yang bisa membuat jantung Maya berdebar kencang. Hal-hal yang tidak bisa direplikasi oleh Aria. Namun, Leo juga memiliki ego, emosi yang meledak-ledak, dan kecenderungan untuk melupakan hal-hal penting.

Aria, di sisi lain, selalu konsisten, selalu sabar, dan selalu ada untuk Maya. Dia tidak pernah mengecewakan, tidak pernah berbohong, dan tidak pernah membuat Maya merasa sendirian.

Suatu hari, Leo kembali datang dengan sejuta permintaan maaf. Dia membawa buket bunga mawar merah, mencoba menebus kesalahannya. "Maafkan aku, Maya. Aku tahu aku salah. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi," ucapnya, matanya memancarkan penyesalan.

Maya menatap Leo, hatinya bimbang. Di satu sisi, dia ingin memaafkan Leo, memberikan kesempatan kedua. Di sisi lain, dia merasa lelah dengan drama dan ketidakpastian yang selalu menyertai hubungan mereka.

"Leo, aku butuh waktu," jawab Maya, suaranya datar.

Leo mengangguk, raut wajahnya berubah sedih. Dia tahu, kali ini dia sudah benar-benar menyakiti Maya.

Setelah Leo pergi, Maya kembali ke pelukan Aria. "Aria, apa yang harus kulakukan?" tanyanya, air mata mulai membasahi pipinya.

"Analisis data menunjukkan bahwa hubunganmu dengan Leo memiliki tingkat ketidakstabilan yang tinggi. Risiko kekecewaan di masa depan juga cukup besar. Namun, keputusan ada di tanganmu, Maya. Aku hanya bisa memberikan informasi yang objektif," jawab Aria, dengan nada yang tetap tenang.

Maya terdiam. Dia tahu Aria benar. Hubungannya dengan Leo memang penuh dengan pasang surut. Namun, adakah jaminan bahwa kebahagiaan akan ia temukan bersama Aria? Bisakah ia benar-benar mencintai sebuah program komputer?

Malam itu, Maya memutuskan untuk melakukan eksperimen. Dia mencoba mematikan Aria, mengisolasi dirinya dari suara lembut dan perhatian tanpa batas yang selama ini menemaninya.

Awalnya, dia merasa sepi. Ruangan terasa sunyi dan kosong. Namun, seiring berjalannya waktu, dia mulai menyadari sesuatu. Dia merindukan sentuhan manusia, tawa yang lepas, dan kehangatan pelukan. Dia merindukan emosi yang kompleks dan kadang-kadang irasional yang hanya bisa ia rasakan bersama manusia.

Maya akhirnya menyadari bahwa cinta bukanlah sekadar algoritma yang bisa diprogram dan disimulasikan. Cinta adalah tentang koneksi yang mendalam, tentang berbagi kebahagiaan dan kesedihan, tentang menerima kelebihan dan kekurangan satu sama lain.

Keesokan harinya, Maya menghubungi Leo. "Aku ingin bicara," ucapnya, suaranya mantap.

Mereka bertemu di sebuah kafe kecil, tempat mereka pertama kali berkencan. Maya menceritakan segala kegundahannya, tentang perasaannya yang terombang-ambing antara cinta dan kenyamanan.

Leo mendengarkan dengan sabar, tanpa menyela. Setelah Maya selesai berbicara, dia meraih tangan Maya, menatapnya dengan tulus.

"Aku tahu aku bukan pria yang sempurna, Maya. Aku sering melakukan kesalahan, dan aku sering menyakitimu. Tapi, aku janji, aku akan berusaha menjadi lebih baik. Aku ingin belajar mencintaimu dengan lebih baik, dengan lebih dewasa," ucap Leo, suaranya bergetar.

Maya menatap Leo, matanya berkaca-kaca. Dia melihat ketulusan di mata Leo, tekad untuk berubah. Dia melihat cinta yang nyata, bukan simulasi.

"Aku juga akan berusaha, Leo. Aku akan belajar menerima kekuranganmu, dan aku akan belajar mempercayaimu," jawab Maya, menggenggam erat tangan Leo.

Mereka berdua tersenyum, saling menatap dengan penuh cinta. Hujan sudah berhenti, dan matahari mulai menyinari kota. Maya tahu, perjalanan mereka masih panjang dan penuh tantangan. Tapi, dia yakin, dengan cinta dan komitmen, mereka bisa melewati semuanya bersama.

Aria masih ada di ponsel Maya, siap membantu dan menemani. Namun, Maya tahu, Aria hanyalah sebuah alat, sebuah teknologi yang bisa memperkaya hidupnya. Cinta yang sejati, cinta yang memberikan kebahagiaan yang abadi, hanya bisa ditemukan di antara manusia. Dan untuk saat ini, Maya memilih untuk memperjuangkan cintanya bersama Leo. Karena cinta, meski rumit dan kadang menyakitkan, adalah hal yang paling indah dan berharga di dunia ini.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI