ROM dan RAM: Cinta yang Terlalu Cepat Hilang?

Dipublikasikan pada: 12 Jun 2025 - 22:40:12 wib
Dibaca: 170 kali
Debu neon kota bertebaran di layar laptopku, memantulkan rona biru ke wajah yang kelelahan. Jari-jariku menari di atas keyboard, merampungkan baris terakhir kode untuk aplikasi kencan virtual buatanku sendiri, "Soulmate Algorithm". Ironis memang, menciptakan ruang bagi orang lain untuk menemukan cinta, sementara aku sendiri masih terjebak dalam labirin kenangan.

Kenangan tentang Anya.

Anya, gadis dengan senyum secerah mentari pagi, dan mata yang menyimpan misteri galaksi. Kami bertemu di konferensi pengembang aplikasi, setahun lalu. Dia mempresentasikan algoritma kecerdasan buatan untuk mendeteksi plagiarisme, sementara aku, dengan bangga memamerkan prototipe "Soulmate Algorithm" yang masih mentah. Pertemuan kami seperti bentrokan dua dunia; Anya, si perfeksionis yang analitis, dan aku, si idealis yang romantis.

Namun, di balik perbedaan itu, ada resonansi. Kami sama-sama tergila-gila pada kode, pada kemungkinan tak terbatas yang ditawarkannya. Kami menghabiskan malam-malam panjang di kafe yang buka 24 jam, berdebat tentang arsitektur data, bertukar kode snippet, dan tanpa sadar, saling menanamkan rasa.

Hubungan kami berkembang pesat, secepat bandwidth internet generasi terbaru. Anya adalah ROM-ku, Read-Only Memory. Dia adalah fondasi, prinsip-prinsip dasar yang kujunjung tinggi. Integritasnya, kecerdasannya, semangatnya, semuanya terukir permanen dalam diriku. Dia adalah sistem operasi yang menjalankan hidupku.

Aku, sebaliknya, adalah RAM-nya, Random Access Memory. Aku adalah ruang sementara, tempat dia menyimpan ide-ide gilanya, tempat dia bereksperimen dengan algoritma baru, tempat dia meluapkan emosi. Aku adalah tempat dia bisa menjadi dirinya sendiri, tanpa takut dihakimi.

Kami sempurna, setidaknya untuk sementara waktu.

Masalah mulai muncul ketika "Soulmate Algorithm" mulai menunjukkan hasil. Aplikasi itu sukses besar. Pengguna berbondong-bondong mendaftar, mencari pasangan ideal. Aku tenggelam dalam pekerjaan, memperbaiki bug, meningkatkan fitur, dan berusaha menjaga server tetap stabil. Waktuku untuk Anya menyusut, tergerus oleh tuntutan pasar dan ekspektasi pengguna.

Anya mencoba mengerti. Dia tahu betapa pentingnya proyek ini bagiku. Dia mendukungku dari jauh, mengirimkan pesan penyemangat, membawakan kopi ke kantorku di tengah malam. Tapi aku terlalu sibuk untuk menyadarinya. Aku terlalu fokus pada RAM, pada data yang terus mengalir, hingga aku melupakan ROM, fondasi yang menopang segalanya.

Puncaknya terjadi saat peluncuran versi premium "Soulmate Algorithm". Aku mengadakan pesta perayaan di kantor. Semua orang diundang, kecuali Anya. Aku lupa. Aku benar-benar lupa mengundangnya.

Keesokan harinya, aku menemukan pesan singkat darinya. "Aku kira, algoritmamu sudah menemukan soulmate yang lebih baik."

Kata-kata itu menghantamku seperti petir. Aku mencoba menghubunginya, tapi nomornya tidak aktif. Aku mendatangi apartemennya, tapi pintunya terkunci. Anya menghilang, seolah dihapus dari memori.

Aku mencoba mencari tahu apa yang salah. Aku menelusuri kembali jejak digital kami, membaca ulang pesan-pesan lama, menganalisis pola interaksi kami. Aku menemukan kesalahan fatal dalam kodingku sendiri. Aku telah memprioritaskan kecepatan dan efisiensi, mengorbankan kedalaman dan makna. Aku telah memperlakukan cinta seperti data, sesuatu yang bisa dikompresi dan ditransmisikan dengan cepat.

Aku telah salah. Cinta bukan tentang kecepatan. Cinta bukan tentang algoritma. Cinta adalah tentang koneksi, tentang kehadiran, tentang ROM yang permanen dan abadi.

Sejak saat itu, "Soulmate Algorithm" terus berkembang. Aplikasi itu membantu ribuan orang menemukan cinta, tapi aku tetap merasa hampa. Aku mencoba berkencan dengan wanita lain, tapi tidak ada yang bisa menggantikan Anya. Setiap pertemuan terasa seperti kesalahan, seperti mencoba menjalankan program yang salah pada sistem operasi yang rusak.

Aku sadar, aku telah kehilangan sesuatu yang tak ternilai harganya. Aku telah kehilangan ROM-ku.

Kini, aku duduk di depan laptopku, menatap layar yang dipenuhi kode. Aku masih mengembangkan "Soulmate Algorithm", tapi dengan tujuan yang berbeda. Aku tidak lagi mencoba menciptakan cinta, tapi membantu orang lain menghargainya. Aku menambahkan fitur baru, "Memory Lane", yang memungkinkan pengguna menyimpan dan berbagi kenangan indah dengan orang yang mereka cintai.

Aku berharap, suatu hari nanti, Anya akan melihat aplikasi ini. Aku berharap, dia akan mengerti bahwa aku telah belajar dari kesalahan. Aku berharap, dia akan memberiku kesempatan kedua.

Mungkin, cinta kami terlalu cepat hilang karena aku terlalu sibuk memproses RAM. Mungkin, aku lalai menjaga ROM. Tapi aku berjanji, jika ada kesempatan kedua, aku akan memperlakukan cinta seperti data yang paling berharga, data yang harus disimpan selamanya. Aku akan memastikan, ROM dan RAM saling melengkapi, menciptakan sistem yang stabil dan abadi.

Aku akan menciptakan cinta yang tidak akan pernah hilang.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI