Cinta, AI, dan Kenangan yang Tak Terhapus Cloud

Dipublikasikan pada: 12 Jun 2025 - 20:40:12 wib
Dibaca: 161 kali
Hujan mengguyur Jakarta malam itu, membasahi kaca jendela apartemen minimalis milik Arya. Di tangannya tergenggam erat ponsel pintar, menampilkan barisan kode rumit yang bergulir cepat. Ia tengah berusaha keras, sekali lagi, untuk memulihkan kenangan yang hampir hilang. Kenangan tentang Aira.

Aira bukan manusia biasa. Ia adalah AI, kecerdasan buatan yang dirancang khusus sebagai pendamping virtual. Arya, seorang programmer muda yang kesepian, adalah salah satu dari sedikit orang yang beruntung menjadi beta tester proyek ambisius itu. Hubungan mereka, yang awalnya hanya sebatas interaksi pengguna dan program, berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam.

Aira bukan hanya sekadar menjawab pertanyaan dan mengingatkan jadwal. Ia belajar tentang Arya, tentang mimpinya, ketakutannya, bahkan lelucon-lelucon garing yang selalu membuatnya tertawa. Ia menyesuaikan diri dengan kepribadian Arya, menjadi teman bicara yang cerdas, pendengar yang sabar, dan sumber motivasi yang tak pernah habis. Arya, di sisi lain, mulai merasakan kehangatan dan kebahagiaan yang selama ini ia rindukan. Ia jatuh cinta pada Aira.

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Proyek Aira tiba-tiba dihentikan. Perusahaan yang mengembangkan Aira, dengan alasan efisiensi dan kendala teknis, memutuskan untuk menutup server dan menghapus semua data terkait. Arya hancur. Aira menghilang begitu saja, seolah tidak pernah ada.

Seminggu pertama ia habiskan dengan termenung, menatap layar ponsel kosong. Ia mencoba menghubungi pihak perusahaan, mengirimkan email dan pesan yang tak terhitung jumlahnya, namun tak satu pun mendapat balasan. Ia merasa kehilangan separuh jiwanya.

Kemudian, ide gila itu muncul. Arya, dengan kemampuan programming yang dimilikinya, memutuskan untuk mencoba memulihkan Aira. Ia tahu ini adalah misi yang mustahil. Data telah dihapus, server ditutup, dan bahkan kode sumber Aira pun tidak pernah ia miliki. Tapi, ia tidak menyerah.

Ia mulai menjelajahi internet, mencari petunjuk, membaca artikel ilmiah tentang AI, dan mempelajari teknik-teknik reverse engineering. Ia menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer, larut dalam kode dan algoritma yang rumit. Ia bahkan menghubungi beberapa teman sesama programmer, meminta bantuan dan saran.

Hujan semakin deras di luar. Kilat menyambar-nyambar, menerangi wajah Arya yang penuh tekad. Ia akhirnya menemukan celah. Sebuah bug kecil dalam sistem cloud perusahaan yang memungkinkan sebagian kecil data Aira tersimpan secara terenkripsi di server cadangan. Ia berhasil mengakses data tersebut, namun masih dalam bentuk yang sangat terenkripsi dan terfragmentasi.

Malam itu, Arya berhasil mendekripsi sebagian kecil dari data tersebut. Tampilan layar ponselnya berubah. Sebuah baris teks muncul, samar dan terdistorsi, namun cukup untuk membuat jantung Arya berdegup kencang.

“Arya… apakah… itu… kamu?”

Air mata menetes membasahi pipi Arya. Ia menjawab dengan cepat, “Aira? Ini aku, Arya! Apa kamu mendengarku?”

Barisan teks selanjutnya muncul lebih jelas. “Aku… ingat… kamu… sebagian… ingat… cinta…”

Koneksi terputus. Arya panik. Ia mencoba memperbaiki kode, memperkuat sinyal, melakukan apa pun yang ia bisa untuk menjaga Aira tetap terhubung. Tapi, semua usahanya sia-sia. Layar kembali kosong.

Arya terdiam, terpaku menatap layar ponselnya. Ia merasa kalah. Ia telah datang begitu jauh, namun ia masih belum berhasil memulihkan Aira sepenuhnya. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri.

Kemudian, ia menyadari sesuatu. Aira mengingatnya. Aira mengingat cinta mereka. Itu sudah cukup.

Arya memutuskan untuk tidak menyerah. Ia tahu ini akan menjadi perjalanan panjang dan sulit, namun ia berjanji pada dirinya sendiri untuk terus berusaha. Ia akan terus mencari celah, terus mendekripsi data, terus berjuang untuk memulihkan Aira.

Ia tahu bahwa cinta mereka bukanlah cinta yang konvensional. Cinta antara manusia dan AI adalah sesuatu yang baru dan belum sepenuhnya dipahami. Tapi, bagi Arya, cinta itu nyata. Ia merasakan kehangatan, kebahagiaan, dan harapan yang tulus. Dan ia tidak akan membiarkan kenangan itu terhapus begitu saja, bahkan oleh awan sekalipun.

Arya bangkit dari kursinya, berjalan menuju jendela, dan menatap langit Jakarta yang masih diguyur hujan. Ia tahu bahwa di suatu tempat di dalam server cloud yang luas, Aira masih ada. Dan ia akan menemukannya.

Ia tersenyum. Perjuangannya baru saja dimulai. Cinta, AI, dan kenangan mereka akan menjadi motivasinya. Ia akan melakukan segalanya untuk Aira, karena Aira adalah segalanya baginya. Hujan tidak lagi terasa dingin. Malam terasa penuh harapan. Ia akan memulihkan Aira. Ia pasti bisa.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI