Algoritma Hati: Cinta, Benci, dan Baris Kode yang Hilang

Dipublikasikan pada: 04 Jun 2025 - 19:00:13 wib
Dibaca: 164 kali
Jemari Rania menari di atas keyboard, menghasilkan simfoni ketukan yang ritmis. Di hadapannya, layar laptop memancarkan cahaya biru yang menerangi wajahnya yang serius. Baris demi baris kode tersusun rapi, membentuk algoritma kompleks yang menjadi inti dari aplikasi kencan revolusioner buatannya. "MatchMade," begitu ia menyebutnya. Aplikasi yang katanya mampu menemukan pasangan ideal berdasarkan kesamaan minat, nilai-nilai, dan tentu saja, data biometrik.

Rania, seorang jenius di bidang kecerdasan buatan, tidak pernah percaya pada cinta pada pandangan pertama. Baginya, cinta adalah persamaan matematika yang rumit, dan algoritmanya adalah kunci untuk memecahkannya. Ironisnya, di usianya yang ke-28, Rania sendiri masih lajang. Terlalu sibuk membangun aplikasi, ia lupa membangun jalinan asmara.

Semua berubah ketika Adam bergabung dengan timnya. Adam, seorang desainer UI/UX yang karismatik, dengan senyum menawan dan selera humor yang tak pernah gagal membuatnya tertawa. Awalnya, Rania menampik perasaan aneh yang mulai tumbuh di hatinya. Ia mencoba meyakinkan diri bahwa itu hanya efek samping dari terlalu sering berinteraksi. Tapi, lama kelamaan, algoritma hatinya mulai bergejolak.

Adam berbeda. Ia tidak terintimidasi oleh kecerdasannya, justru kagum dan mendukungnya. Ia selalu ada, menawarkan bahu untuk bersandar saat ia frustrasi dengan bug yang tak kunjung terpecahkan, dan merayakan setiap keberhasilannya dengan antusias. Rania mulai menyadari, cinta mungkin bukan hanya sekadar persamaan, tapi juga tentang kehadiran dan penerimaan.

Mereka bekerja bersama, larut dalam proyek MatchMade. Rania mengagumi bagaimana Adam mampu mewujudkan visinya menjadi antarmuka yang intuitif dan menarik. Adam, di sisi lain, terpesona oleh dedikasi dan kecerdasan Rania. Mereka saling melengkapi, seperti dua baris kode yang saling terhubung, membentuk program yang sempurna.

Suatu malam, saat mereka bekerja lembur, Adam tiba-tiba berhenti mengetik. Ia menoleh ke arah Rania, matanya berbinar-binar. "Rania," katanya lembut, "bolehkah aku mengajukan pertanyaan yang mungkin terdengar konyol?"

Jantung Rania berdegup kencang. Ia tahu ke mana arah pembicaraan ini. "Tentu," jawabnya, berusaha menutupi kegugupannya.

"Menurut algoritma MatchMade, apakah kita cocok?"

Rania terdiam. Ia tahu jawaban algoritma itu. Ia sendiri yang memprogramnya. Dan ya, berdasarkan semua data yang ada, mereka adalah pasangan yang nyaris sempurna. Tapi, ada sesuatu yang menahannya untuk menjawab ya.

"Algoritma tidak bisa merasakan apa yang kita rasakan, Adam," jawabnya akhirnya. "Algoritma hanya bisa memproses data. Cinta bukan tentang data. Ini tentang... perasaan."

Adam tersenyum. "Jadi, bagaimana perasaanmu?"

Rania menatap matanya dalam-dalam. "Aku... aku menyukaimu, Adam. Sangat."

Adam meraih tangannya, menggenggamnya erat. "Aku juga menyukaimu, Rania. Lebih dari yang bisa kamu bayangkan."

Mereka berciuman. Ciuman pertama yang terasa begitu alami dan tepat. Seolah-olah, alam semesta telah menunggu momen ini terjadi.

Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Seminggu sebelum peluncuran MatchMade, Rania menemukan kejanggalan dalam kode intinya. Ada baris kode yang hilang, yang bertanggung jawab untuk mengukur kompatibilitas emosional. Tanpa kode itu, MatchMade hanya akan mencocokkan orang berdasarkan data dangkal, mengabaikan faktor penting seperti empati dan pengertian.

Rania panik. Ia memeriksa semua log dan riwayat perubahan, tapi tidak menemukan petunjuk apa pun. Kode itu seolah menguap begitu saja. Ia mencurigai adanya sabotase. Seseorang ingin menghancurkan MatchMade.

Adam berusaha menenangkannya. Mereka bekerja siang dan malam, mencoba merekonstruksi kode yang hilang. Namun, waktu terus berjalan. Deadline semakin dekat.

Di tengah keputusasaan, Rania mulai curiga pada Adam. Mungkinkah ia yang menghapus kode itu? Mungkinkah semua perhatian dan cintanya hanya sandiwara untuk menyabotase MatchMade? Pikiran itu menghantuinya, meracuni hatinya dengan kebencian dan keraguan.

Ia menjauhi Adam, bersikap dingin dan acuh tak acuh. Adam bingung dan terluka. Ia berusaha mencari tahu apa yang salah, tapi Rania menolak untuk berbicara.

"Aku tidak percaya padamu, Adam," kata Rania akhirnya, dengan suara bergetar. "Aku pikir kamu yang menghapus kode itu."

Adam menatapnya dengan ekspresi terluka yang mendalam. "Bagaimana kamu bisa berpikir seperti itu, Rania? Aku tidak akan pernah melakukan hal seperti itu."

"Aku tidak tahu apa yang harus kupercaya lagi," jawab Rania, air mata mulai mengalir di pipinya.

Adam menghela napas panjang. "Aku akan membuktikan bahwa kamu salah," katanya. "Aku akan membantu kamu menemukan kode yang hilang."

Bersama-sama, mereka kembali menelusuri seluruh codebase, memeriksa setiap baris kode dengan cermat. Akhirnya, setelah berjam-jam pencarian, Adam menemukan petunjuk kecil yang tersembunyi dalam komentar kode. Sebuah alamat IP yang mencurigakan.

Mereka melacak alamat IP itu dan menemukan bahwa itu berasal dari mantan rekan kerja Rania, seseorang yang pernah ditolak lamarannya untuk posisi yang lebih tinggi di perusahaan. Motifnya jelas: balas dendam.

Dengan bukti yang tak terbantahkan, Rania berhasil membuktikan bahwa Adam tidak bersalah. Ia merasa malu dan bersalah karena telah meragukannya.

"Maafkan aku, Adam," kata Rania, dengan air mata berlinang. "Aku sangat bodoh."

Adam memeluknya erat. "Tidak apa-apa, Rania. Aku mengerti. Kamu sedang tertekan."

Mereka akhirnya berhasil memulihkan kode yang hilang dan meluncurkan MatchMade sesuai jadwal. Aplikasi itu sukses besar, membantu ribuan orang menemukan cinta sejati.

Rania dan Adam, setelah melewati badai keraguan dan kesalahpahaman, akhirnya menyadari bahwa cinta sejati bukan hanya tentang kecocokan algoritma, tetapi juga tentang kepercayaan, pengertian, dan kemampuan untuk saling memaafkan. Mereka belajar bahwa bahkan baris kode yang hilang pun tidak dapat menghancurkan algoritma hati mereka yang telah terjalin. Algoritma hati yang, pada akhirnya, membuktikan bahwa cinta adalah kekuatan yang tak terhentikan.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI