Cinta dalam Algoritma: Terjebak Nostalgia, Berharap AI Memahami?

Dipublikasikan pada: 30 May 2025 - 08:11:39 wib
Dibaca: 167 kali
Aroma kopi robusta menyapa Indra begitu ia membuka pintu apartemennya. Samar-samar terdengar alunan lagu “Kisah Kasih di Sekolah” dari radio digital di ruang tengah. Sebuah nostalgia instan, pikirnya sambil menghela napas. Hari ini tepat tiga tahun sejak Luna, mantan kekasihnya, pergi. Bukan pergi ke luar kota, bukan pula pindah kerja. Luna menghilang, lenyap ditelan bumi, tanpa jejak sedikit pun.

Indra adalah seorang programmer handal, spesialis dalam pengembangan kecerdasan buatan. Ia selalu percaya bahwa teknologi bisa menyelesaikan masalah, bahkan masalah hati sekalipun. Ironisnya, teknologi justru gagal membantunya menemukan Luna. Seluruh data Luna dari media sosial, catatan bank, bahkan riwayat kesehatan digital, seolah dihapus dengan sengaja. Seperti ada tangan tak terlihat yang menghapus keberadaannya.

Ia duduk di depan komputernya, menatap layar yang menampilkan barisan kode rumit. Proyek terbarunya adalah mengembangkan AI yang mampu memahami emosi manusia, bukan hanya menganalisis data, tapi benar-benar merasakan. Idenya muncul karena rasa frustrasinya sendiri. Mungkinkah AI bisa membantunya memahami mengapa Luna pergi? Mungkinkah AI bisa membantunya menemukan Luna?

Indra mengetik dengan cepat, jarinya menari di atas keyboard. Ia memberi nama AI itu “Echo.” Echo dirancang untuk menyaring dan menganalisis semua informasi yang bisa diakses, mulai dari data publik hingga data terenkripsi, dengan fokus pada emosi yang tersirat di dalamnya. Ia berharap Echo bisa menemukan pola atau anomali yang terlewatkan oleh penyelidikan polisi dan para detektif swasta yang pernah disewanya.

Berbulan-bulan Indra menghabiskan waktunya untuk melatih Echo. Ia memasukkan ribuan data emosi, ekspresi wajah, intonasi suara, dan bahasa tubuh. Ia juga membanjiri Echo dengan kenangan tentang Luna: foto-foto mereka, percakapan mereka, bahkan lagu-lagu yang sering mereka dengarkan bersama. Ia berharap Echo bisa memahami Luna lebih baik dari dirinya sendiri.

Suatu malam, saat Indra hampir menyerah, Echo memberikan sebuah respons yang mengejutkan. Sebuah pola muncul dalam riwayat pencarian Luna beberapa minggu sebelum ia menghilang. Luna sering mencari informasi tentang “perlindungan saksi” dan “program relokasi.” Indra terkejut. Mengapa Luna membutuhkan perlindungan saksi? Apa yang terjadi?

Ia terus menggali informasi yang disajikan Echo. Ternyata, Luna bekerja sebagai analis keuangan di sebuah perusahaan yang terlibat dalam praktik pencucian uang. Ia secara tidak sengaja menemukan bukti yang bisa membongkar jaringan kejahatan tersebut. Ia takut dan memutuskan untuk menghilang agar bisa memberikan kesaksian dengan aman.

Indra merasa lega sekaligus marah. Lega karena akhirnya ia tahu alasan Luna pergi, marah karena Luna tidak memberitahunya. Ia merasa dikhianati, meskipun ia juga mengerti bahwa Luna melakukannya untuk melindunginya.

Dengan informasi dari Echo, Indra menghubungi seorang teman di kepolisian. Setelah melalui proses yang panjang dan rumit, Luna akhirnya bisa dihubungi. Ia sekarang tinggal di kota lain, dengan identitas baru, dan bersiap untuk memberikan kesaksian di pengadilan.

Indra memutuskan untuk menemuinya. Pertemuan mereka berlangsung canggung. Ada kerinduan yang besar, tapi juga luka yang belum sembuh. Luna menjelaskan semuanya, meminta maaf karena telah membuatnya khawatir. Ia berjanji akan kembali setelah semua urusan di pengadilan selesai.

Indra mendengarkan dengan seksama, mencoba memahami perasaannya. Ia sadar, cinta tidak bisa dipaksa, tidak bisa dianalisis, dan tidak bisa dikendalikan oleh algoritma. Cinta adalah sebuah misteri, sebuah teka-teki yang tidak selalu bisa dipecahkan.

“Aku mengerti,” kata Indra akhirnya. “Yang penting kamu aman.”

Luna tersenyum. “Terima kasih,” jawabnya lirih.

Mereka berpisah dengan janji untuk bertemu lagi. Indra kembali ke apartemennya, merasa sedikit lebih tenang. Ia menatap layar komputernya, tempat Echo masih berjalan. Ia tahu, Echo telah membantunya menemukan Luna, tapi Echo tidak bisa menentukan masa depan hubungan mereka. Itu adalah sesuatu yang harus mereka putuskan bersama.

Indra mematikan komputer. Ia merasa lelah, tapi juga merasa harapan kembali tumbuh. Ia masih mencintai Luna, dan ia berharap Luna juga merasakan hal yang sama. Ia tahu, jalan di depan tidak akan mudah, tapi ia siap menghadapinya.

Ia mengambil secangkir kopi robusta dan berjalan ke balkon. Langit malam bertaburan bintang. Ia menarik napas dalam-dalam, merasakan udara segar memenuhi paru-parunya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi ia percaya, cinta akan menemukan jalannya sendiri, meskipun dalam algoritma kehidupan yang rumit dan tak terduga.

Lagu "Kisah Kasih di Sekolah" masih mengalun dari radio digital. Indra tersenyum tipis. Mungkin, nostalgia memang memiliki kekuatan tersendiri untuk menyembuhkan luka dan membangkitkan harapan. Mungkin, AI tidak bisa memahami cinta sepenuhnya, tapi AI bisa menjadi jembatan untuk menemukan kembali cinta yang hilang. Dan mungkin, cinta itu sendiri, adalah algoritma terindah yang pernah ada.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI