Rumus Cinta Terenkripsi: Algoritma Membuka Hati?

Dipublikasikan pada: 30 May 2025 - 08:07:31 wib
Dibaca: 158 kali
Jemari Aira menari lincah di atas keyboard. Cahaya monitor memantul di kacamata bingkai kotaknya, menerangi wajahnya yang serius. Larut malam, tapi matanya berbinar, fokus penuh pada barisan kode rumit yang memenuhi layar. Di hadapannya, sebuah tantangan: menciptakan algoritma cinta. Kedengarannya konyol, mungkin gila, tapi Aira, seorang programmer jenius dengan hati yang belum pernah disentuh asmara, melihatnya sebagai proyek menarik.

Tujuannya sederhana: memprediksi kecocokan antar individu berdasarkan data. Bukan astrologi atau tes kepribadian klise, melainkan analisis mendalam tentang preferensi, kebiasaan, nilai-nilai, bahkan ekspresi wajah dan pola komunikasi non-verbal. Aira percaya, cinta, seperti segala sesuatu di dunia ini, memiliki pola. Pola itu bisa ditemukan, dianalisis, dan akhirnya, diprediksi.

Inspirasinya datang dari kegagalan cintanya sendiri. Atau lebih tepatnya, ketiadaan cinta. Teman-temannya sibuk berkencan, menikah, membangun keluarga, sementara Aira tenggelam dalam dunia kode dan algoritma. Ia merasa tertinggal, bukan karena iri, tapi karena penasaran. Apa yang mereka rasakan? Apa yang membuat dua orang yang awalnya asing bisa saling terikat begitu kuat?

“Mungkin, kalau aku bisa memahami rumusnya, aku juga bisa merasakannya,” gumam Aira pada dirinya sendiri.

Beberapa bulan kemudian, algoritma itu hampir selesai. Aira menamakannya "AmorMatrix". Ia telah mengumpulkan data dari ratusan pasangan, menganalisis jutaan interaksi, dan menyempurnakan model prediksinya. AmorMatrix mampu memberikan skor kecocokan dengan akurasi yang mencengangkan. Teman-temannya, yang awalnya skeptis, mulai tertarik dan meminta Aira untuk mencoba AmorMatrix pada diri mereka sendiri. Hasilnya beragam, tapi sebagian besar akurat.

Suatu hari, seorang pria baru bergabung dengan tim pengembang Aira. Namanya, Aris. Ia seorang programmer senior yang berpengalaman dan sangat karismatik. Aira, yang biasanya cuek terhadap penampilan, mendapati dirinya sedikit lebih peduli tentang bagaimana ia terlihat di dekat Aris. Ia mulai memperhatikannya lebih detail: senyumnya yang tulus, caranya menjelaskan kode yang rumit dengan sabar, bahkan aroma kopi yang selalu dibawanya.

Aira, dengan sedikit rasa malu, memasukkan data dirinya dan Aris ke dalam AmorMatrix. Jantungnya berdebar kencang saat menunggu hasilnya. Angka itu muncul: 92%. Skor yang sangat tinggi. AmorMatrix memprediksi mereka sangat cocok.

Aira seharusnya senang. Ia telah menciptakan alat yang bisa memprediksi cinta, dan alat itu mengatakan bahwa ia memiliki peluang besar dengan pria yang ia sukai. Tapi, alih-alih kebahagiaan, ia merasa bingung. Apakah cinta sesederhana angka? Apakah perasaan yang ia rasakan terhadap Aris hanya hasil dari algoritma yang rumit?

Ia memutuskan untuk mengabaikan hasil AmorMatrix. Ia ingin mengenal Aris secara alami, tanpa prasangka, tanpa terpengaruh oleh prediksi algoritma. Ia mulai berbicara dengannya lebih sering, membahas proyek-proyek yang mereka kerjakan, bertukar pikiran tentang teknologi, bahkan bercerita tentang masa kecil mereka.

Ia menemukan bahwa Aris adalah orang yang cerdas, lucu, dan sangat perhatian. Ia kagum dengan pengetahuannya yang luas dan terinspirasi oleh semangatnya yang tak pernah padam. Ia juga melihat bahwa Aris sering memperhatikannya, menanyakan kabarnya, dan bahkan membawakannya kopi di pagi hari.

Suatu sore, saat mereka sedang bekerja lembur, Aris tiba-tiba berkata, “Aira, aku ingin jujur padamu.”

Jantung Aira berdegup kencang. Ia menahan napas.

“Aku… aku sangat menikmati bekerja denganmu. Kamu sangat cerdas, kreatif, dan menyenangkan. Aku… aku menyukaimu.”

Aira terdiam. Kata-kata Aris membuatnya terkejut, tapi juga sangat bahagia. Ia tidak tahu harus berkata apa.

Aris melanjutkan, “Aku tahu ini mungkin aneh, tapi aku merasa ada sesuatu yang istimewa di antara kita. Aku tidak tahu apa itu, tapi aku ingin menjelajahinya lebih jauh.”

Aira tersenyum. Ia akhirnya menemukan jawaban atas pertanyaannya. Cinta bukan hanya tentang angka dan algoritma. Cinta adalah tentang koneksi, tentang rasa saling memahami, tentang keberanian untuk membuka hati.

“Aku juga menyukaimu, Aris,” jawab Aira. “Dan aku juga ingin menjelajahinya lebih jauh.”

Mereka berdua tertawa. Suasana di ruangan itu berubah. Tiba-tiba, barisan kode rumit di layar monitor terasa tidak begitu penting. Yang penting adalah perasaan yang tumbuh di antara mereka, perasaan yang tidak bisa dijelaskan oleh algoritma mana pun.

Aira menyadari bahwa ia telah menciptakan AmorMatrix untuk menemukan cinta, tapi pada akhirnya, ia menemukan cinta dengan cara yang paling sederhana: dengan menjadi dirinya sendiri, dengan membuka hatinya, dan dengan berani mengambil risiko. Ia masih menggunakan AmorMatrix, tapi ia tidak lagi mengandalkannya sebagai penentu utama dalam hubungan. Ia belajar bahwa algoritma hanyalah alat, dan cinta adalah seni. Seni yang membutuhkan keberanian, kejujuran, dan yang terpenting, hati yang terbuka.

Malam itu, Aira mengubah satu baris kode di dalam AmorMatrix. Ia menambahkan parameter baru: "Intuisi". Ia percaya, meskipun algoritma bisa memprediksi kecocokan, intuisi adalah kunci untuk membuka hati yang sebenarnya. Dan intuisi, tidak bisa dienkripsi.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI