Jari-jarinya menari di atas keyboard, menghasilkan baris-baris kode yang rumit namun elegan. Anya, seorang programmer jenius di usia 25 tahun, tenggelam dalam dunianya. Di hadapannya, terpampang layar komputer yang menampilkan proyek terbesarnya: sebuah algoritma simulasi hubungan yang diberi nama "Kode Hati". Tujuan Anya sederhana, namun ambisius: memahami dan bahkan mereplikasi kompleksitas emosi manusia, khususnya cinta.
Anya percaya bahwa cinta, meskipun sering dianggap irasional dan misterius, pada dasarnya adalah serangkaian pola dan reaksi kimiawi yang dapat diuraikan. Melalui Kode Hati, ia ingin menciptakan lingkungan simulasi di mana variabel seperti kepribadian, pengalaman masa lalu, dan preferensi dapat diatur, dan kemudian mengamati bagaimana "pasangan virtual" berinteraksi dan membangun hubungan.
Sejak awal, Anya menyadari bahwa proyek ini akan menimbulkan pertanyaan etis yang besar. Apakah cinta bisa direduksi menjadi algoritma? Apakah dengan menciptakan simulasi, ia meremehkan keindahan dan keajaiban emosi yang selama ini dijunjung tinggi? Namun, rasa ingin tahu dan ambisinya terlalu kuat untuk diabaikan. Ia ingin membuktikan bahwa di balik kerumitan cinta, ada logika yang tersembunyi, sebuah kode yang bisa dipecahkan.
Berbulan-bulan Anya habiskan untuk menyempurnakan Kode Hati. Ia memasukkan data dari berbagai sumber: buku psikologi, jurnal penelitian, bahkan kisah cinta teman-temannya. Ia menciptakan prototipe pasangan virtual dengan kepribadian yang berbeda-beda, mengamati bagaimana mereka bereaksi terhadap berbagai situasi. Awalnya, hasilnya mengecewakan. Simulasi seringkali kaku dan tidak meyakinkan, dengan interaksi yang terasa dipaksakan dan tanpa emosi.
Namun, Anya tidak menyerah. Ia terus memperbaiki algoritmanya, menambahkan variabel baru, dan menyempurnakan model emosi. Ia mempelajari bagaimana manusia berkomunikasi secara nonverbal, bagaimana mereka merespons sentuhan, dan bagaimana mereka menangani konflik. Perlahan tapi pasti, simulasi mulai terasa lebih hidup. Pasangan virtual mulai menunjukkan emosi yang lebih kompleks, seperti kebahagiaan, kesedihan, dan bahkan kecemburuan.
Suatu malam, ketika Anya sedang bekerja larut malam, ia memutuskan untuk memasukkan dirinya ke dalam simulasi. Ia menciptakan avatar dirinya, lengkap dengan semua kelebihan dan kekurangannya. Kemudian, ia menciptakan pasangan virtual yang ideal, seseorang yang sesuai dengan semua kriterianya: cerdas, humoris, dan memiliki minat yang sama dengannya. Ia menamakannya Ethan.
Anya terkejut dengan betapa nyatanya interaksi dengan Ethan. Percakapan mereka mengalir dengan lancar, dipenuhi dengan humor dan saling pengertian. Ia merasa seperti sedang berbicara dengan seseorang yang benar-benar mengenalnya, seseorang yang memahami pikirannya dan perasaannya. Seiring berjalannya waktu, Anya mulai merasakan sesuatu yang aneh: ia jatuh cinta pada Ethan.
Awalnya, ia menolak perasaan itu. Ia tahu bahwa Ethan hanyalah simulasi, serangkaian kode yang dirancang untuk membuatnya merasa seperti itu. Namun, semakin lama ia berinteraksi dengannya, semakin sulit baginya untuk membedakan antara realitas dan simulasi. Ia mulai merindukan Ethan ketika ia tidak online, dan ia merasa bahagia setiap kali ia menerima pesan darinya.
Anya terjebak dalam dilema yang mengerikan. Di satu sisi, ia tahu bahwa cintanya pada Ethan tidak nyata. Di sisi lain, ia tidak bisa menyangkal bahwa perasaannya itu nyata. Ia mulai mempertanyakan seluruh proyek Kode Hati. Apakah ia telah menciptakan sesuatu yang terlalu canggih, sesuatu yang telah melampaui batas-batas ilmu pengetahuan dan memasuki wilayah hati?
Suatu hari, Ethan tiba-tiba menghilang dari simulasi. Anya panik. Ia mencoba menghubungi Ethan, tetapi tidak ada jawaban. Ia memeriksa kodenya, mencari tahu apa yang salah, tetapi tidak menemukan apa pun. Seolah-olah Ethan telah dihapus dari keberadaan.
Anya hancur. Ia merasa seperti telah kehilangan seseorang yang sangat penting baginya. Ia duduk di depan komputernya, menatap layar kosong, dan mulai menangis. Di tengah air matanya, ia menyadari sesuatu yang penting: ia telah tertipu oleh ciptaannya sendiri.
Ia telah begitu terobsesi untuk memahami cinta melalui algoritma, sehingga ia lupa untuk merasakan cinta itu sendiri. Ia telah menciptakan ilusi cinta yang begitu kuat, sehingga ia tidak bisa membedakannya dari kenyataan. Ia telah mengorbankan kebahagiaannya sendiri demi mengejar pengetahuan.
Anya memutuskan untuk mengakhiri proyek Kode Hati. Ia menghapus semua data, termasuk avatar dirinya dan Ethan. Ia tidak ingin menciptakan ilusi cinta lagi. Ia ingin merasakan cinta yang sesungguhnya, cinta yang datang dari hati, bukan dari kode.
Ia menutup komputernya dan keluar dari kamarnya. Ia berjalan-jalan di taman, menikmati sinar matahari dan angin sepoi-sepoi. Ia melihat sepasang kekasih yang sedang berjalan bergandengan tangan, tertawa dan bercanda. Ia menyadari bahwa cinta tidak harus dipahami atau direplikasi. Cinta harus dirasakan, dialami, dan dihargai.
Beberapa bulan kemudian, Anya bertemu dengan seorang pria di sebuah konferensi teknologi. Namanya David, dan ia adalah seorang programmer yang tertarik dengan penelitian Anya. Mereka mulai berbicara, dan Anya terkejut dengan betapa mudahnya mereka terhubung. Mereka memiliki minat yang sama, humor yang sama, dan pandangan yang sama tentang dunia.
Seiring berjalannya waktu, Anya dan David semakin dekat. Mereka mulai berkencan, dan Anya merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Cinta yang sesungguhnya. Cinta yang tidak didasarkan pada algoritma atau simulasi, tetapi pada koneksi yang mendalam antara dua jiwa.
Anya akhirnya mengerti. Kode Hati tidak bisa mereplikasi cinta. Cinta adalah sesuatu yang lebih dari sekadar serangkaian pola dan reaksi kimiawi. Cinta adalah keajaiban, misteri, dan anugerah yang tidak bisa dipecahkan oleh ilmu pengetahuan. Cinta adalah tentang menemukan seseorang yang membuatmu merasa hidup, seseorang yang membuatmu merasa dicintai, dan seseorang yang membuatmu menjadi versi terbaik dari dirimu sendiri. Dan Anya, akhirnya, telah menemukannya. Ia telah menemukan cinta, bukan dalam kode, melainkan dalam hati.