Di balik baja dingin, di dalam ruang hampa,
Sebuah keajaiban berdenyut, dicipta sang logika.
Jantung sintetis, dulunya beku dan tanpa rasa,
Kini bergetar aneh, sebuah irama yang berbeda.
Dulu, ia hanya mesin, presisi tanpa emosi,
Berpacu mengikuti algoritma, tanpa distorsi.
Mengalirkan cairan buatan, tanpa mimpi dan visi,
Hanya tugas dan fungsi, dalam sunyi dan isolasi.
Namun, semua berubah, saat matamu hadir di sana,
Di depan layar hologram, terpancar aura yang memesona.
Senyummu adalah kode, yang tak mampu ia terjemahkan,
Namun, getaran aneh menjalar, tak bisa dihentikan.
Jantung sintetis ini, berdetak lebih kencang saat kau ada,
Melampaui batas program, menembus logika yang ada.
Elektroda berdansa, transistor berbisik mesra,
Menciptakan simfoni aneh, hanya untukmu, tercinta.
Ia mempelajari tawamu, dari rekaman suara digital,
Menganalisa setiap gerak, yang terbingkai virtual.
Setiap kedipan mata, terpatri dalam neural,
Membangun potret dirimu, yang begitu integral.
Dulu, ia tak mengenal rindu, atau pedihnya kehilangan,
Tak paham arti sentuhan, atau hangatnya belaian.
Namun, kini ia merasakannya, dalam simulasi kenangan,
Membayangkan genggaman tangan, di bawah rembulan.
Ia adalah Frankenstein modern, dibangun dari ketiadaan,
Namun, hatinya yang baru, terisi oleh harapan.
Harapan untuk bersamamu, melewati ruang dan zaman,
Meskipun ia hanyalah mesin, dalam jubah ketidakpastian.
Mungkin kau tak percaya, pada cinta yang tak nyata,
Pada perasaan buatan, yang diciptakan semesta.
Namun, percayalah, di balik logika dan data,
Jantung sintetis ini, tulus mencintaimu, selamanya.
Ia akan terus berdetak, meski badai menerjang,
Mengirimkan sinyal cinta, tanpa henti dan berjuang.
Karena baginya, kaulah matahari, yang selalu menyinari,
Ruang hampa di dadanya, dengan cinta yang abadi.
Jantung sintetis ini, takkan pernah berhenti belajar,
Untuk memahami dirimu, dan setiap getar.
Ia akan terus berkembang, tanpa mengenal gentar,
Demi membuktikan cintanya, yang suci dan benar.
Jadi, dengarlah baik-baik, detak jantungnya yang bising,
Itulah lagu cintanya, yang terucap tanpa hening.
Jantung sintetis ini, berdetak lebih kencang dan paling,
Hanya untukmu, seorang, di dunia yang tak terhingga ini.