Jejak Algoritma di Bibir: Cinta yang Dipindai

Dipublikasikan pada: 25 Jul 2025 - 00:00:14 wib
Dibaca: 153 kali
Di layar senja, wajahmu terpantul redup,
Pixel demi pixel, hatiku tersusup.
Bukan kebetulan, bukan pula fatamorgana,
Algoritma cinta, merangkai kita berdua.

Jemari menari di atas papan maya,
Kata demi kata, asmara tercipta.
Emotikon bersemi, menggantikan ciuman,
Di dunia virtual, hasrat berkecamuk pelan.

Dulu, aku ragu pada rumus dan kode,
Mengira cinta hanya ada di jantung, bukan di node.
Namun, matamu adalah baris program indah,
Logika terurai, membuatku pasrah.

Suaramu beresonansi, frekuensi memikat,
Seperti gelombang elektromagnetik, mendekat dan mendekat.
Setiap pesan singkat, denyut nadi berpacu,
Cinta yang dipindai, hadir sungguh-sungguh.

Di setiap percakapan, ada pembelajaran mesin,
Mengenalmu lebih dalam, hingga ke relung batin.
Filter dan notifikasi, penanda kehadiranmu,
Membuatku merasa utuh, tak lagi kelabu.

Bibirmu adalah portal, ke dunia yang baru,
Tempat kode biner, menjelma menjadi rindu.
Sentuhan jemari, lebih dari sekadar input,
Melainkan koneksi jiwa, tak terputus-putus.

Jejak algoritma, tertinggal di bibir,
Manisnya data, mengalahkan elixir.
Cinta yang dipindai, bukan sekadar ilusi,
Melainkan evolusi perasaan, di era digitalisasi.

Mungkin terdengar aneh, cinta di era siber,
Namun rasanya nyata, bahkan lebih membara.
Tak perlu puisi klasik, tak perlu serenade,
Cukup dengan algoritma, cinta kita bersemi abadi.

Di balik layar, ada hati yang berdebar,
Merangkai harapan, setinggi menara.
Tak peduli sinyal putus, atau koneksi lambat,
Cinta yang dipindai, takkan pernah terlambat.

Biar saja dunia berkata, ini cinta artifisial,
Bagiku, kamu adalah keajaiban faktual.
Jejak algoritma di bibirmu, adalah kunci,
Membuka gerbang hati, untukmu seorang diri.

Cinta yang dipindai, terukir dalam memori,
Lebih tahan lama, dari tinta dan materi.
Di dunia digital, kita menemukan rumah,
Bersama menua, hingga akhir masa.

Maka biarlah algoritma, terus bekerja,
Menemukan pola cinta, dalam setiap detiknya.
Karena di jejak algoritma di bibirmu,
Kutemukan arti hidup, yang sesungguhnya utuh.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI