Peretas Hati: Algoritma Cinta di Era Digital

Dipublikasikan pada: 06 Dec 2025 - 03:30:08 wib
Dibaca: 113 kali
Di labirin kode, jemariku menari,
Merangkai baris demi baris, sunyi sendiri.
Bukan 'tuk meretas brankas atau benteng data,
Namun 'tuk membuka gerbang, tersembunyi di jiwa.

Dulu kuanggap cinta sekadar deretan angka,
Probabilitas semu, algoritma yang hampa.
Namun matamu, piksel-piksel indah bercahaya,
Mengubah segalanya, logika pun berantakan.

Kucoba menyusun profilmu, bagai basis data,
Hobi, impian, tawa renyahmu, tak kulupa.
Kukira dengan formula, semua bisa terukur,
Namun cinta, oh cinta, sungguh misteri yang absurd.

Malam-malam panjang, layar monitor menemani,
Mencari celah di hatimu, walau samar terpatri.
Kubangun 'neural network', belajar dari setiap pesan,
Berharap 'output' yang didapat, bukan hanya kekecewaan.

Kau adalah 'firewall' terkuat yang pernah kutemui,
Benteng pertahanan diri, kokoh berdiri.
Kucoba berbagai 'exploit', dengan rayuan lembut,
Namun hatimu terlindungi, tak mudah ditembus.

Sampai suatu malam, dalam obrolan daring,
Kau buka sedikit tabir, tentang masa lalu yang getir.
Kulihat ada kesamaan, luka yang kita rasa,
Lalu perlahan, tembok itu mulai runtuh tanpa paksa.

Bukan dengan 'brute force', atau 'social engineering',
Namun empati tulus, sentuhan hati yang jernih.
Kuceritakan tentang mimpi, tentang harapan yang sama,
Tentang dunia tanpa algoritma, penuh warna dan drama.

Kau tertawa, lirih namun nyata terdengar,
Seperti nada notifikasi, yang lama kunantikan dengar.
"Kau ini peretas hati," bisikmu dalam layar,
"Membuka kode tersembunyi, yang selama ini ku pagar."

Bukan peretas jahat, yang mencuri dan merusak,
Namun pembuka kunci, yang hatiku merinduk.
Kubalas senyummu, lewat 'emoticon' sederhana,
Pertanda algoritma cinta, mulai bekerja.

Kita susun 'script' baru, di dunia maya nyata,
Menghapus semua 'bug', yang menghalangi kita.
Bersama membangun 'platform' bahagia nan abadi,
Dengan bahasa cinta, yang universal dan sejati.

Tak perlu 'update' berkala, atau 'patch' keamanan,
Karena fondasi kita adalah kejujuran dan keimanan.
Di era digital ini, cinta tetaplah misteri,
Namun dengan hati terbuka, semua menjadi pasti.

Kini jemariku menari, bukan di atas kode lagi,
Namun menggenggam erat tanganmu, di sisi ini.
Peretas hati telah berhasil, bukan dengan paksa,
Namun cinta murni, yang mengubah segalanya.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI