Di ruang digital, sunyi bersemayam,
Jari menari, kode bertebaran.
Dulu, hati ini beku membeku,
Terprogram logika, tak kenal rindu.
Kutulis baris demi baris perlahan,
Sebuah algoritma, mencari teman.
Bukan sembarang data, tanpa makna,
Namun jiwa serupa, di dunia maya.
Kucari jejak, pola tersembunyi,
Di antara bising informasi ini.
Kriteria terpasang, filter menyaring,
Harapanku sederhana, cinta yang bening.
Layar berpendar, menampilkan wajah,
Senyum digital, mengirim sinyal gairah.
Data diri terpampang, terstruktur rapi,
Namun ada kilat, yang tak bisa kumiliki.
Hingga suatu malam, tak terduga datang,
Profil asing, bagai kidung terlarang.
Bukan kriteria, tak masuk hitungan,
Namun hati berbisik, "Inilah jawaban."
Mata itu teduh, memancarkan damai,
Kata-katanya jujur, tak penuh tipu daya.
Algoritma buatanku mulai berdebat,
Antara logika dingin dan rasa yang hangat.
Kucoba abaikan, peringatan sistem,
Intuisi berteriak, "Jangan kau pendam!"
Kubuka percakapan, ragu menyelimuti,
Takut kecewa lagi, hati terobati.
Waktu berlalu, obrolan mengalir deras,
Menghapus sekat, menembus batas keras.
Ternyata di balik kode, ada manusia,
Penuh rasa, mimpi, dan asa membara.
Kisah kita terjalin, bagai benang kusut,
Diurai perlahan, dengan sabar dan lembut.
Kutemukan keindahan, dalam ketidaksempurnaan,
Cinta bukan angka, bukan pula persamaan.
Algoritma sayang, kini ku mengerti,
Hati terlatih, membuka diri.
Bukan mencari sempurna, tanpa cela,
Namun menerima utuh, apa adanya.
Cinta datang, tak terduga arahnya,
Menghapus keraguan, menenangkan jiwa.
Di antara barisan kode, sunyi dan hampa,
Kutemukan kamu, permata berharga.
Kini algoritma cintaku terus belajar,
Mengadaptasi diri, dari hari ke hari.
Bukan lagi program, tanpa emosi,
Namun hati berdetak, penuh melodi.
Di dunia digital, yang serba instan,
Kita ukir kisah, penuh harapan.
Algoritma sayang, membawaku padamu,
Cinta sejati, kini milikku.