Cinta di Ujung Jari: Algoritma Merajut Romansa

Dipublikasikan pada: 14 Jun 2025 - 00:00:14 wib
Dibaca: 156 kali
Di layar kaca, bias rembulan berpendar,
Menyirat senyum di wajah yang lelah.
Jemari menari, mengetuk aksara,
Mencari hati di antara dunia maya.

Dulu, cinta bersemi di taman kota,
Di bawah rindang pohon, berbisik mesra.
Kini, algoritma merajut cerita,
Menyulam asa di antara angka-angka.

Profil terpampang, potret diri terpilih,
Kata-kata tersusun, cerminan hati.
Geser ke kanan, harapan berbisik lirih,
Geser ke kiri, kekecewaan terpatri.

Mesin pencari cinta, tanpa lelah bekerja,
Mencocokkan minat, menyatukan jiwa.
Filter dan preferensi, pagar berduri maya,
Menyaring insan, mencari yang sempurna.

Obrolan daring, dimulai dengan sapa,
"Hai, apa kabar?" sebuah basa-basi.
Emoji bertebaran, pengganti rasa,
Menyembunyikan ragu di balik fantasi.

Malam berganti pagi, pesan terus mengalir,
Membuka diri, berbagi kisah pribadi.
Tawa dan canda, perlahan menghadirkan,
Sebuah perasaan, yang mulai bersemi.

Namun, di balik layar, keraguan menghantui,
Apakah ini nyata, ataukah sekadar ilusi?
Wajah di foto, suara di telepon,
Mungkinkah berbeda, saat bertemu langsung?

Janji bertemu, di sebuah kafe temaram,
Detak jantung berdebar, tak terkendali.
Wajah yang asing, namun terasa familiar,
Senyum menyambut, menghilangkan ragu diri.

Canggung di awal, percakapan mengalir lancar,
Seolah mengenal lama, terhubung batiniah.
Mata bertemu, ada getar yang memancar,
Menyiratkan rasa, yang sulit diungkapkan.

Hari-hari berlalu, pertemuan semakin sering,
Membangun keintiman, meski dunia digital.
Kebersamaan tercipta, cerita pun terukir,
Cinta di ujung jari, menjelma menjadi nyata.

Namun, algoritma tak menjamin bahagia,
Ada kalanya, perbedaan menjadi jurang.
Ekspektasi palsu, harapan yang sirna,
Menyisakan luka, dan hati yang berkarang.

Ketergantungan pada gawai, merenggut waktu,
Kebersamaan fisik, terabaikan perlahan.
Kehidupan nyata, terasa semu dan beku,
Saat cinta hanya hadir, di dalam genggaman.

Belajar memahami, batas dunia maya,
Menyeimbangkan rasa, dengan logika.
Cinta tak hanya algoritma, dan data,
Namun hadir dalam sentuhan, dan tatapan mata.

Maka, letakkan gawai, genggamlah tangannya,
Rasakan kehadirannya, nikmati setiap detik.
Cinta di ujung jari, hanyalah permulaan saja,
Untuk merajut romansa, yang abadi dan cantik.

Biarkan algoritma menjadi jembatan,
Namun hati yang menentukan arah tujuan.
Cinta sejati, takkan lekang oleh zaman,
Meski berawal dari, dunia yang tak kasat mata.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI