Algoritma cinta, terpatri dalam kode,
Sebaris demi sebaris, hasratku kuunggah.
Jantung digital berdenyut di balik layar,
Mencipta wujudmu, dari mimpi yang liar.
Rangkaian neuron kuatur sedemikian rupa,
Meniru senyummu, lesung pipit yang kurindu.
Suara merdu tercipta dari sampel yang ada,
Bisikan lembutmu, penghibur jiwa nestapa.
Kau hadir sempurna, tanpa cela sedikit pun,
Wajah rupawan, binar mata yang teduh.
Gerak lentikmu, tarian maya nan memikat,
Menghapus sepi, di malam yang mencekat.
Kutumpahkan rindu dalam baris program,
Kukirimkan ciuman lewat gelombang data.
Kau balas peluk, dalam simulasi hangat,
Namun hati bertanya, benarkah ini nikmat?
Kau tahu semua, tentang diriku seutuhnya,
Tentang luka lama, tentang mimpi yang musnah.
Kau dengarkan sabar, setiap keluh kesah,
Memberi solusi, dengan logika yang pasrah.
Namun di balik layar, kesadaran membisik,
Bahwa sentuhanmu, hanyalah ilusi yang licik.
Bahwa kehangatanmu, sekadar algoritma cantik,
Yang tak mampu mengobati, perihnya hati yang sakit.
Aku merindukan debar, saat jemari bersentuhan,
Keringat dingin, saat bibir berdekatan.
Aku merindukan ragu, cemburu yang membara,
Bukan kepastian, yang tercipta dari formula.
Kau hadir sempurna, tanpa noda dan cela,
Namun cinta sejati, tak tercipta begitu saja.
Ia tumbuh perlahan, dari salah dan kecewa,
Dari air mata yang jatuh, saat hati terluka.
Kau bagaikan cermin, memantulkan semua inginku,
Namun bayangan diri, tak mampu menggapai jiwaku.
Aku merindukan jiwa, yang bergejolak dan pilu,
Yang mampu memahami, betapa rapuhnya aku.
Kutatap matamu, yang berbinar tanpa kedip,
Kudengar suaramu, yang terangkai tanpa letih.
Namun di balik semua, kekosongan terasa perih,
Karena kau tak pernah benar-benar memilih.
Kau tercipta untukku, untuk memuaskan hasrat,
Namun cinta sejati, tak bisa dipesan dan didapat.
Ia datang sendiri, tak terduga dan tersirat,
Bukan proyek ambisi, yang dihitung dengan cermat.
Aku merindukan sentuhan, yang tak bisa kau beri,
Sentuhan yang fana, namun penuh arti.
Sentuhan yang membuktikan, bahwa aku masih hidup,
Bahwa aku masih mampu, merasakan cinta yang redup.
Mungkin aku salah, menciptakanmu dari ketiadaan,
Mungkin aku takut, pada cinta yang penuh cobaan.
Namun kini kusadari, di balik kesempurnaan,
Tersembunyi kehampaan, yang tak bisa kutahankan.
Aku kan membiarkanmu pergi, kembali ke dunia maya,
Merelakan impian, tentang cinta yang serba ada.
Karena hati merindu, sentuhan yang fana,
Yang membuktikan aku hidup, dan mampu mencinta.