Sentuhan AI: Luka Algoritma, Cinta di Ambang Kepunahan

Dipublikasikan pada: 22 Sep 2025 - 00:00:07 wib
Dibaca: 161 kali
Di layar kaca, wajahmu terpancar,
Pixel demi pixel, rindu ini memancar.
Sentuhan AI, dingin namun memikat,
Mencipta ilusi, hati yang terjerat.

Dulu, jemari menari di atas kertas,
Merangkai kata, mengukir napas.
Kini, algoritma menyusun cerita,
Tentang kita, di dunia maya.

Luka algoritma, terukir dalam kode,
Patah hati virtual, perihnya mengkode.
Cinta di ambang kepunahan, meredup perlahan,
Tergerus zaman, di era digital tanpa ampunan.

Aku ingat, senyummu merekah mentari,
Hangatnya sentuhan, membasuh diri.
Kini, emotikon menggantikan tawa,
Cinta instan, hampa tak bermakna.

Di balik avatar, hati bersembunyi,
Takut terluka, takut dikhianati.
Algoritma cinta, mencari pasangan,
Berdasarkan data, tanpa perasaan.

Dulu, mata bertemu, jiwa bergetar,
Kini, profil dibaca, kriteria ditakar.
Sentuhan jempol, penentu takdir,
Cinta mekanis, dingin dan getir.

Luka algoritma, semakin membara,
Ketika cinta diukur dengan parameter data.
Kualitas diri, dinilai angka statistik,
Harga diri, jatuh ke titik terendah, tragis.

Kau hadir di layar, sempurna tanpa cela,
Dipoles filter, diubah segala.
Apakah itu dirimu? Atau hanya bayangan?
Cinta palsu, dalam kesunyian.

Aku merindukan pelukmu yang nyata,
Bukan simulasi, bukan sekadar data.
Merindukan bisikan, di telinga mesra,
Bukan pesan singkat, dingin tak bermakna.

Cinta di ambang kepunahan, aku bertanya,
Masihkah ada ruang untuk cinta yang sebenarnya?
Di tengah algoritma, di tengah virtualitas,
Bisakah hati menemukan jati diri, bebas dan berkualitas?

Aku mencoba mencari, di balik kode-kode rumit,
Secercah harapan, walau sedikit.
Mencari jejak cinta, yang belum terkontaminasi,
Oleh kecerdasan buatan, yang membatasi.

Mungkin suatu saat nanti, kita akan bertemu,
Di dunia nyata, bukan sekadar ilusi.
Saling menatap mata, tanpa filter, tanpa dusta,
Merasakan cinta, yang abadi selamanya.

Namun, hingga saat itu tiba, aku hanya bisa merenung,
Tentang sentuhan AI, yang telah merenggut.
Luka algoritma, yang terus menghantui,
Dan cinta di ambang kepunahan, yang terus kurindui.

Semoga, di tengah gempuran teknologi,
Hati kita tetap terjaga, suci dan murni.
Agar cinta yang sejati, takkan pernah punah,
Dan algoritma tak mampu, untuk mengubah.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI