Cinta Sintetis: Sentuhan Algoritma Memudarkan Kehadiran

Dipublikasikan pada: 27 May 2025 - 00:38:35 wib
Dibaca: 151 kali
Di layar kaca, wajahmu terpantul maya,
Senyum digital, tak hiraukan nestapa.
Algoritma cinta, dirangkai teliti,
Namun sentuhanmu, terasa mati.

Dulu, jemari saling bertaut mesra,
Kini, pesan singkat, pengantar lara.
Dulu, tatapan mata, penuh makna dalam,
Kini, emotikon hampa, di antara diam.

Cinta sintetis, hadir tanpa permisi,
Membangun istana, dari piksel ilusi.
Janji terucap, dalam ruang virtual,
Kehangatan hilang, menjadi ritual.

Kau dekap gawai, lebih erat dari diri,
Seolah notifikasi, nyawa sejati.
Aku di sampingmu, bagai bayang semu,
Terjebak nostalgia, pilu merayu.

Dulu, aroma tubuhmu, membius kalbu,
Kini, parfum data, meracuni rindu.
Kau cari validasi, dari dunia maya,
Lupa kehadiran nyata, di hadapan mata.

Setiap unggahan, adalah deklarasi,
Tentang bahagia palsu, tanpa substansi.
Filter kecantikan, menutupi retak,
Di balik senyum palsu, hati berontak.

Aku merindukan sentuhan kulitmu,
Bukan getar notifikasi, membunuh waktu.
Aku merindukan bisikan lirihmu,
Bukan suara sintetis, membungkam pilu.

Kita berdansa dalam labirin digital,
Terpisah jarak, meski saling berdekatan fatal.
Kau sibuk memburu validasi online,
Sementara cintaku layu, tergerus ravine.

Aku mencoba meraihmu, dari balik layar,
Namun jemariku hampa, tak mampu membayar.
Kau terlalu asyik dengan dunia buatan,
Lupa bahwa cinta sejati, butuh perhatian.

Mungkin ini akhir, dari kisah yang fana,
Cinta sintetis, merenggut semua.
Sentuhan algoritma, memudarkan kehadiran,
Menyisakan kehampaan, tanpa perlawanan.

Aku akan pergi, mencari kehangatan lain,
Di dunia nyata, bukan fatamorgana domain.
Semoga kau sadar, sebelum terlambat sudah,
Bahwa cinta sejati, tak bisa dibeli data.

Selamat tinggal, kekasih virtualku,
Semoga bahagia, dengan ilusi barumu.
Aku memilih pergi, mencari hakikat diri,
Di dunia nyata, tempat cinta bersemi.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI