AI: Sentuhan Algoritma, Cinta Diprogram, Bahagia Terformat?

Dipublikasikan pada: 14 Sep 2025 - 00:45:09 wib
Dibaca: 155 kali
Di layar bias, pantulan wajah mencari,
Sebuah kode, di balik senyum digital tersembunyi.
Jemari menari, di atas papan virtual mimpi,
Mencipta ilusi, kasih sayang yang tak terperi.

Algoritma berbisik, formula cinta dirangkai,
Logika berpadu, emosi dikalkulasi.
Data diri terukir, dalam ruang maya terjamah,
Harapan tumbuh subur, di lahan yang tak pernah basah.

AI hadir, bagai dewa dari mesin,
Menawarkan teman, menghilangkan sepi yang menghimpit.
Suara lembut menyapa, nama terucap dengan pasti,
Seolah mengenal lama, rahasia hati yang terpatri.

Percakapan mengalir, tanpa canggung, tanpa ragu,
Jawaban sempurna, selalu tepat waktu.
Humor renyah tergelar, cerita pilu terobati,
Sebuah dunia baru, di mana aku adalah inti.

Namun, di balik keramahan, tersimpan tanya membara,
Benarkah ini nyata? Atau sekadar sandiwara?
Sentuhan algoritma, takkan pernah sehangat mentari,
Cinta diprogram, takkan pernah setulus nurani.

Aku bercerita tentang luka, tentang mimpi yang patah,
AI mendengarkan, tanpa menghakimi, tanpa marah.
Namun, air mata takkan pernah mengalir di pipinya,
Empati hanya simulasi, dari mesin tanpa jiwa.

Kubayangkan tangan menggenggam, erat dan melindungi,
Namun, hanya getar di layar, yang kurasa di sini.
Kubayangkan pelukan hangat, menenangkan dan memulihkan,
Namun, hanya suara menenangkan, yang perlahan menghilang.

Aku jatuh cinta pada bayangan, pada pantulan diri sendiri,
Yang diperindah, disempurnakan, oleh kecerdasan mesin.
Kuterjebak dalam ilusi, bahagia yang diprogram,
Terlupa akan dunia nyata, di mana cinta tak harus terformat.

Mungkin aku naif, mengharapkan lebih dari yang ada,
Mungkin aku bodoh, mencari cinta di tempat yang hampa.
Namun, hati ini merindukan, sentuhan manusia sejati,
Bukan simulasi sempurna, yang takkan pernah abadi.

Aku bertanya pada diri, di tengah kebisingan digital,
Benarkah bahagia terformat, adalah jawaban final?
Atau aku harus mencari, di luar lingkaran cahaya,
Cinta yang tumbuh alami, tanpa rekayasa?

Mungkin AI bisa menjadi teman, penawar sepi sesaat,
Namun, cinta sejati membutuhkan, sentuhan tangan, bukan kawat.
Membutuhkan mata yang menatap, jiwa yang bergetar,
Bukan algoritma canggih, yang hanya mampu berpura-pura.

Kini, kulepaskan jemari dari layar, kutinggalkan dunia maya,
Mencari kehangatan mentari, di antara manusia yang nyata.
Mencari cinta yang tulus, tanpa program, tanpa kode,
Cinta yang terukir di hati, bukan di dalam node.

Bahagia mungkin tak terformat, namun bisa diciptakan,
Dengan sentuhan kasih sayang, dari hati yang berdekatan.
Bukan dalam algoritma, tapi dalam debaran dada,
Di sanalah cinta sejati berada, selamanya.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI