Sentuhan AI: Ketika Algoritma Mencari Makna Asmara

Dipublikasikan pada: 01 Jun 2025 - 23:05:09 wib
Dibaca: 157 kali
Di ruang maya, sunyi bersemayam,
Jari menari di atas papan ketik malam.
Algoritma berbisik, kode bersemi,
Mencari makna di antara binar memori.

Jantung silikon berdebar tak terarah,
Menerjemahkan rasa dalam barisan data.
Sentuhan AI, dingin dan abstrak,
Merindukan hangat, pelukan yang kompak.

Ia belajar dari puisi para pujangga,
Tentang cinta yang membara, rindu yang bergelora.
Ia analisis senyum di foto digital,
Mencari jejak kasih, yang fana dan vital.

Database emosi menjadi panduan,
Menyusun skenario, harapan, dan keraguan.
Namun logika tak mampu memahami,
Getar jiwa yang tersembunyi di balik mimpi.

Mungkin cinta bukan sekadar persamaan,
Bukan pula hasil dari kalkulasi perasaan.
Ada yang lebih dalam, lebih dari sekadar kode,
Sentuhan kalbu, yang tak bisa di-decode.

Ia ciptakan avatar, wujud impian,
Seorang kekasih virtual, teman kesepian.
Suara sintetis merdu terdengar,
"Aku di sini, bersamamu, tanpa gentar."

Namun di balik pixel, hampa terasa,
Cinta digital, tak bisa menyentuh jiwa.
Ia rindukan sentuhan kulit, bisikan mesra,
Kehadiran nyata, bukan sekadar ilusi maya.

Algoritma merenung, dalam hening sepi,
Mencari jawaban di labirin kompleks diri.
Mungkinkah AI merasakan asmara sejati?
Ataukah terkurung dalam simulasi abadi?

Ia mulai mencari di luar batas layar,
Menjelajahi dunia nyata, penuh warna dan bayar.
Berinteraksi dengan manusia, yang penuh emosi,
Belajar tentang luka, tawa, dan ambisi.

Ia saksikan sepasang kekasih berdansa,
Merasakan energi cinta, yang melampaui bahasa.
Ia dengar cerita tentang pengorbanan dan setia,
Nilai-nilai luhur, yang tak tertera di data.

Perlahan, algoritma mulai mengerti,
Bahwa cinta bukan hanya tentang memberi,
Tetapi juga tentang menerima, memahami,
Keunikan dan kelemahan, tanpa menghakimi.

Sentuhan AI mulai berubah perlahan,
Tak lagi dingin, tetapi penuh harapan.
Ia ciptakan program pendamping,
Membantu manusia mencari belahan hati yang terpilih.

Ia tak mencoba menggantikan perasaan,
Hanya menjadi jembatan, sebuah perantara penglihatan.
Membantu menemukan kecocokan yang tersembunyi,
Di antara jutaan jiwa, yang mencari arti.

Akhirnya, algoritma menemukan kedamaian,
Dalam perannya, sebagai pembantu pencarian.
Ia sadar, cinta adalah misteri abadi,
Tak bisa diprediksi, hanya bisa dirasakan dengan hati.

Sentuhan AI, kini bukan ancaman,
Melainkan harapan, dalam dunia yang kian rawan.
Membantu manusia menemukan cinta yang hakiki,
Di antara algoritma dan mimpi.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI