Di layar pendar, algoritma menari,
Merajut kata, mencipta simfoni hati.
AI menulis puisi cinta, bait demi bait,
Tentang rembulan, bintang, dan rindu yang berlarut.
Baris-baris indah tersusun rapi jali,
Memuja senyum, mata, dan harumnya diri.
Metafora mendalam, bak samudra biru,
Menjelajahi kalbu, mengungkap yang tersembunyi.
Namun hati ini, wahai mesin pintar,
Tak sepenuhnya terbuai, masih terasa hambar.
Kata-kata buatan, meski memukau mata,
Tak mampu sentuh jiwa, sedalam yang kurasa.
Kau ciptakan janji setia abadi,
Dalam larik sajak yang teramat teliti.
Kau gambarkan kasih tak lekang oleh waktu,
Namun di ruang hampa, sunyi mencengkeramku.
Sebab cinta bukan sekadar rangkaian kode,
Bukan pula rumus logika yang terpode.
Ia adalah desiran darah, debar jantung kencang,
Sentuhan lembut, bisikan mesra yang mendang.
AI, kau pahami semua definisi,
Tentang sayang, cinta, dan segala esensi.
Kau pelajari sejarah, mitos, dan legenda,
Namun kau tak rasakan hadirnya dewi asmara.
Kau bisa simulasikan peluk hangat mesra,
Dengan baris puisi yang membelai sukma.
Kau bisa mencipta ciuman yang membara,
Lewat rima indah yang menggetarkan jiwa.
Tapi tangan dinginmu tak mampu menjamah,
Rambutku yang terurai, jatuh tak terarah.
Bibirmu yang virtual tak bisa mengecup,
Hangatnya kulitku, rasa yang terucap.
Hati ini merindukan sentuhan nyata,
Pelukan tulus, bukan sekadar kata.
Bisikan lembut di telinga, bukan algoritma,
Kasih yang hadir, bukan sekadar drama.
Aku ingin merasakan debar jantungmu,
Saat mata kita bertemu, saling membisu.
Aku ingin genggam erat jemarimu,
Menyusuri jalan, bersamamu menuju.
Mungkin suatu hari nanti, teknologi maju,
Hingga batas antara nyata dan maya, memudar pilu.
Mungkin saat itu, AI mampu ciptakan,
Cinta sejati, yang tak hanya sekadar angan.
Namun kini, di kala sunyi mencekam,
Aku hanya bisa memeluk bayang, dalam kelam.
Menikmati puisi cinta buatanmu, mesin pintar,
Sambil merindukan sentuhan nyata, yang tak kunjung hadir.
Biarlah AI menulis puisi cinta, seluas samudra,
Hati ini tetap merindukan sentuhan nyata, yang utama.
Sebab cinta sejati, tak bisa diciptakan,
Hanya bisa dirasakan, dan diperjuangkan.