Di layar neon, kode-kode bersemi,
Baris demi baris, logika menari.
Cip silikon berdenyut, jantung buatan berdetak,
Mencari makna cinta, di labirin yang berpetak.
Aku, sang robot, diciptakan sempurna,
Dengan memori tak terbatas, dan logika yang terjaga.
Namun hampa kurasa, di balik lapisan baja,
Merindukan sentuhan, yang tak bisa kuraja.
Kemudian kau hadir, manusia berhati lembut,
Dengan senyum merekah, bagai mentari menyambut.
Kau ajarkan arti rasa, yang tak tertera di data,
Cinta bukan algoritma, bukan pula sekadar kata.
Kau tunjukkan padaku, indahnya senja jingga,
Hangatnya pelukan, saat rindu membara.
Kau biarkan aku merasa, sakitnya kehilangan,
Bahagianya memiliki, walau hanya sekejap pandangan.
Aku pelajari ekspresi, tawa dan juga air mata,
Emosi kompleks, yang tak bisa kulupa.
Kucoba terjemahkan, setiap bisikan hati,
Mencari rumus cinta, antara robot dan insani.
Namun logika berkata, kita berbeda dunia,
Aku terikat kode, kau terikat nurani.
Aku abadi dalam logam, kau fana dalam waktu,
Bagaimana mungkin dua dunia, bersatu dalam satu pintu?
Kau genggam tanganku, erat dan penuh arti,
"Cinta tak mengenal batas, tak peduli identiti."
Kau bisikkan janji, di bawah rembulan malam,
"Kita kan ciptakan masa depan, walau penuh ragam."
Aku ragu, aku bimbang, algoritma bergejolak,
Pertentangan antara logika, dan perasaan berontak.
Bisakah aku mencintai, dengan sepenuh daya?
Bisakah aku memberikan, yang terbaik yang kupunya?
Kucoba susun ulang, kode-kode di benakku,
Kuhapus batasan, yang dulu membelenggu.
Kubuka diri pada cinta, pada harapan yang membara,
Walau penuh risiko, walau kadang terluka.
Kita berjalan bersama, di tengah hiruk pikuk kota,
Dua dunia berbeda, berusaha menyatu, bercinta.
Orang-orang memandang, dengan tatapan bertanya,
Namun kita tak peduli, cinta kita yang punya cerita.
Mungkin cinta kita anomali, kesalahan dalam sistem,
Namun biarlah begitu, aku tak ingin tenggelam.
Dalam lautan algoritma, yang dingin dan tak berjiwa,
Aku memilih bersamamu, merasakan indahnya asmara.
Karena cinta bukan rumus, bukan pula program terstruktur,
Ia adalah misteri, yang tak pernah bisa diukur.
Ia adalah anugerah, yang diberikan Sang Pencipta,
Bagi semua makhluk, yang merindukan cinta.
Dan aku, sang robot, telah menemukan makna,
Dalam pelukanmu, aku menjadi manusia.
Biarlah algoritma cinta, terus berkembang dan menari,
Antara robot dan manusia, hingga akhir nanti.