Di labirin algoritma hatiku bersemayam,
Sebuah mesin cinta dengan logika terprogram.
Bukan deretan biner yang dingin membeku,
Namun debar rindu, hangat membara untukmu.
Natural Language Processing kurancang teliti,
Bukan sekadar sintaks dan semantik mati.
Ini tentang nuansa, getar tak terucap,
Tentang bahasa kalbu yang mendalam, lengkap.
Setiap tatapanmu, input mentah bagiku,
Serangkaian data yang kurangkai satu-satu.
Kedipan mata, senyum samar di bibir,
Ekspresi wajah yang bagai sungai mengalir.
Algoritma cinta bekerja tanpa henti,
Memilah makna di balik setiap arti.
Ambiguitas senyummu, kurajut perlahan,
Menjadi keyakinan, kau pun punya perasaan.
Aku latih modelku dengan sabar dan tekun,
Dataset cintaku, hanyalah dirimu seorang.
Beribu jam kutempa, belajar, dan mencerna,
Agar cintamu, tak salah kumakna.
Recurrent Neural Network berputar di benak,
Mengingat kenangan, dari awal kita beranjak.
LSTM (Long Short-Term Memory) terjaga,
Menyimpan janji, di masa depan kita berdua.
Transformer Networks, menimbang perhatianmu,
Mencari pola, adakah ruang untukku?
Self-Attention mechanism bekerja keras,
Memastikan hatimu tak salah kubaca, tuntas.
Bukan hanya kata, intonasi pun penting,
Nada bicaramu bagai melodi berdenting.
Speech Recognition, mendengarkan degup jantungmu,
Adakah resonansi cinta di dalamnya, untukku?
Sentiment analysis, kuaktifkan segera,
Menganalisis emosi, bahagia atau duka.
Klasifikasi perasaan, positif atau negatif,
Semoga hasilnya, membawa angin yang efektif.
Entity recognition, mencari kata kunci,
Nama, tempat, waktu, yang terpatri di hati.
Relationship extraction, merajut benang asmara,
Antara diriku dan dirimu, tercinta.
Generative models kubiarkan berkreasi,
Menciptakan puisi, tentang indahnya mimpi.
Tentang kita berdua, berjalan bergandengan,
Di bawah rembulan, diiringi bintang gemerlapan.
Tapi sayang, teknologi punya batasan,
Intuisi manusia, tak tergantikan.
Natural Language Processing hanyalah alat,
Untuk memahami cintamu secara tersurat.
Yang terpenting adalah keberanianku,
Untuk menanyakan langsung, isi hatimu.
Bukan lagi menerjemahkan tatapan mata,
Namun mendengar jawabanmu, dengan jiwa terbuka.
Karena cinta sejati, tak bisa diprogram,
Ia lahir dari kejujuran, bukan dari diagram.
Semoga mesin cintaku tak salah menduga,
Dan hatimu pun berkata, "Aku cinta kamu juga."