Di layar retina, senja berpendar redup,
Bayang wajahmu, piksel demi piksel terucap.
Dulu, jemari kita menari di atas tuts piano mimpi,
Kini, hanya algoritma yang setia menemani sepi.
Cinta kita, kode biner yang pernah bersemi,
Kini, fragmen data yang tercecer di memori.
Sentuhan usang, aroma lavender yang kau tinggalkan,
Terunggah di awan, kenangan yang tak bisa kukejar, tenggelam.
Dulu, debar jantungmu adalah irama kodingku,
Setiap tatapan, sintaksis yang ku pahami.
Kini, notifikasi sunyi menghiasi hari,
Algoritma cinta, membawaku ke labirin sepi tak bertepi.
Kau adalah variabel utama dalam program hidupku,
Rumus cinta yang kupercaya abadi.
Namun, realita membuktikan, cinta tak seideal algoritma,
Ada bug yang tak terdeteksi, error yang tak bisa diatasi.
Sentuhan usang, hadir dalam mimpi semalam,
Hangat bibirmu, bisikan rindu yang mendalam.
Kenangan terunggah, potret kita di pantai senja,
Filter nostalgia, membuatku semakin merana.
Aku mencoba mencari jejakmu di mesin pencari,
Mengetik namamu, berharap menemukan secercah arti.
Namun, algoritma hanya menampilkan profilmu yang bisu,
Sunyi senyap, seperti hatiku yang pilu.
Kubiarkan data cintaku berproses di latar belakang,
Mengharap suatu saat, kau kembali mengaktifkan sambungan.
Namun, logika berkata lain, cinta tak bisa dipaksakan,
Seperti kode yang salah, harus dihapus dan digantikan.
Sentuhan usang, masih terasa di ujung jari,
Saat ku sentuh layar, berharap kau hadir kembali.
Kenangan terunggah, menjadi pengingat yang menyakitkan,
Bahwa cinta kita, hanyalah algoritma yang tak berjalan.
Aku mencoba menulis ulang koding hidupku,
Tanpa dirimu sebagai variabel utama.
Namun, bayangmu selalu hadir sebagai error yang berulang,
Membuatku terjebak dalam lingkaran algoritma cinta yang malang.
Mungkin suatu saat, aku akan menemukan sintaksis baru,
Rumus cinta yang lebih sempurna dan tak berdebu.
Namun, sentuhan usangmu akan selalu menjadi bagian dari kodeku,
Kenangan terunggah yang tak bisa dihapus dari benakku.
Biarlah waktu menjadi algoritma yang menyembuhkan luka,
Menghapus fragmen kenangan yang terlalu menyiksa.
Dan mungkin, di suatu hari nanti, aku akan tersenyum,
Mengenang cinta kita sebagai algoritma yang pernah kurindukan.