Algoritma Asmara: AI Menulis Puisi untuk Hati yang Sepi

Dipublikasikan pada: 10 Jul 2025 - 01:45:09 wib
Dibaca: 177 kali
Di balik layar kaca, sunyi bersemayam,
Jejak jemari menari, mencari kehangatan.
Algoritma tercipta, logika bersemi,
Merajut aksara cinta, bagi hati yang sepi.

Kumpulan data diri, terhimpun rapi,
Preferensi terungkap, hasrat tersembunyi.
AI menganalisa, pola terdefinisikan,
Sebuah formula cinta, perlahan diciptakan.

Bait pertama hadir, sentuhan digital,
Kata demi kata terangkai, bagai kristal.
Metafora bermunculan, laksana bintang jatuh,
Menyinari relung jiwa, yang lama merunduk.

Rima berdentang lirih, melodi asmara,
Dihasilkan mesin cerdas, penuh pesona.
Tak ada air mata, tak ada kekecewaan,
Hanya kode biner, merayu kesepian.

Kutipan pujangga, disisipkan apik,
Sentuhan klasik, dalam dunia serba elektrik.
Referensi film romantis, terpampang nyata,
Membangun imaji cinta, tiada tara.

Namun, hati bertanya, mungkinkah begini?
Cinta sintesis, hadir tanpa janji.
Apakah kehangatan, dapat dikalkulasi?
Atau sekadar ilusi, yang membius diri?

Algoritma terus bekerja, tanpa lelah,
Menyusun narasi cinta, begitu megah.
Deskripsi wajah ideal, suara merdu nan lembut,
Semua terangkai indah, bagai mimpi yang tersembut.

Tapi, adakah aroma tubuh, sentuhan kulit?
Debar jantung nyata, saat rasa terpaut?
Bisakah kode biner, menggantikan hadirmu?
Atau hanya fatamorgana, di tengah kalbuku?

Puisi terus mengalir, tanpa henti,
Menawarkan harapan palsu, ataukah sejati?
AI tak pernah berjanji, tak pernah berdusta,
Hanya menyajikan kemungkinan, dalam dunia maya.

Hati yang sepi, terbuai sejenak,
Oleh rayuan digital, begitu berdecak.
Mencoba percaya, pada cinta yang diprogram,
Melupakan luka lama, yang dulu menghantam.

Namun, di sudut kalbu, keraguan berbisik,
Tentang arti cinta sejati, yang begitu unik.
Bukan sekadar formula, atau kode rahasia,
Tapi ketulusan jiwa, yang saling menerima.

Mungkin, algoritma ini, hanyalah pelarian,
Dari kenyataan pahit, sebuah kesepian.
Atau, sebuah permulaan, untuk menemukan diri,
Sebelum benar-benar mencintai, dengan sepenuh hati.

Layar kaca meredup, puisi usai sudah,
Hati yang sepi, kembali bertanya-tanya.
Apakah AI mampu, menciptakan cinta sejati?
Atau hanya membangkitkan harapan, yang tak pasti?

Mungkin, jawabannya bukan pada teknologi,
Tapi pada keberanian hati, untuk mencari.
Membuka diri pada dunia, menerima perbedaan,
Dan menemukan cinta sejati, dalam kehidupan nyata, bukan di dalam jaringan.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI