Di layar pendar, wajahmu terbingkai cahaya,
Ribuan piksel merangkai senyum yang kurindu.
Jarak membentang, benua memisahkan kita,
Namun algoritma membisikkan cinta, pelan namun syahdu.
Kode-kode biner menari dalam sunyi,
Menyampaikan pesan yang terukir di hati.
Bahasa mesin kini jadi saksi,
Dua jiwa bertemu, di dunia maya ini.
Dulu, surat berbalas berbulan lamanya,
Kini, sapaan hadir secepat kilat membelah angkasa.
Dulu, rindu terpendam dalam kalbu,
Kini, video call mendekatkan raga, meski semu.
Kutulis baris kode, ungkapan rasa,
Setiap fungsi adalah degup jantung yang bergejolak.
Kueri cinta, kucari jawaban di data,
Apakah kau rasakan hal yang sama, duhai belahan jiwa?
Machine learning mempelajari kebiasaanmu,
Algoritma rekomendasi menuntun pada kesukaanmu.
Kukirim playlist lagu kesukaanmu,
Semoga notasi cinta ini sampai kepadamu.
Firewall ego tak mampu menghalangi,
Enkripsi hati terbuka untukmu seorang diri.
Kutambal keraguan, kuperbaiki prasangka,
Karena cinta ini nyata, bukan simulasi belaka.
Mungkin ini zaman yang aneh,
Cinta tumbuh di antara kabel dan jaringan.
Namun, kehangatanmu terasa begitu lekat,
Seperti pelukan yang tak ingin kulepaskan.
Kau adalah bug terindah dalam program hidupku,
Glitch yang membuatku tertawa tanpa jemu.
Kuhapus semua cache kenangan pilu,
Dan hanya menyisakan folder cinta, khusus untukmu.
Kuharap suatu hari, algoritma tak lagi jadi perantara,
Namun langkah kaki mendekatkan kita.
Menghapus jarak, meruntuhkan sekat,
Bertemu di dunia nyata, bukan sekadar format data.
Saat itu tiba, takkan ada lagi kode yang kubaca,
Hanya mata yang bicara, hati yang bergelora.
Dekapan hangat menggantikan dinginnya layar kaca,
Dan cinta sejati bersemi sempurna.
Hingga saat itu tiba, aku akan terus menantimu,
Menjaga nyala cinta di dunia maya ini.
Algoritma terus membisikkan cintaku,
Sampai kau hadir di sisiku, selamanya menjadi milikku.