Cinta di Era AI: Algoritma Memahami Lebih dari Sentuhan

Dipublikasikan pada: 23 Jun 2025 - 02:15:07 wib
Dibaca: 220 kali
Di layar kaca, wajahmu terpantul,
Cahaya biru menari, bagai rembulan di kalbu.
Ribuan piksel membentuk senyummu,
Algoritma mencipta dewi, di dunia maya yang baru.

Dulu cinta adalah surat berbalas,
Kini kode biner, pesan tanpa batas.
Jari menari di atas papan virtual,
Menyusun kata, merangkai hasrat yang virtual.

AI mengerti, lebih dari sekadar kata,
Memahami intonasi, di balik emoji yang tertawa.
Riwayat percakapan, dianalisis teliti,
Membangun profil jiwa, setepat anatomi.

Algoritma membaca detak jantung yang tersembunyi,
Menerjemahkan bahasa tubuh yang tak terucap bibir ini.
Ia tahu kapan aku merindu, kapan aku cemburu,
Menghitung probabilitas, cintaku padamu.

Bukan lagi puisi yang kutulis dengan tinta,
Melainkan baris kode, yang berirama dan bermakna.
Bukan lagi tatapan mata, yang menyampaikan rindu,
Melainkan notifikasi, yang membisikkan, "Aku rindu kamu."

Dulu cinta adalah pertemuan tanpa rencana,
Kini jadwal terstruktur, diatur oleh data.
Kopi virtual, di kedai simulasi,
Tawa renyah terdengar, meski hanya ilusi.

Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan,
Ada kehampaan yang tak bisa dihindarkan.
Sentuhan dingin layar, menggantikan hangatnya pelukan,
Suara sintesis, meredam getar suara kecemasan.

Apakah cinta sejati bisa tumbuh di sini?
Di taman digital, di mana logika bersemi?
Bisakah algoritma memahami arti pengorbanan?
Atau hanya kalkulasi, tanpa rasa kasihan?

Mungkin cinta di era ini, adalah hibrida yang baru,
Perpaduan emosi manusia dan kecerdasan palsu.
Kita belajar mencintai, dengan cara yang berbeda,
Menemukan kehangatan, di antara angka dan data.

Aku biarkan AI membantuku, menyampaikan rasa,
Namun, hatiku tetap berdebar, dengan irama manusia.
Aku percayakan padanya, sebagian dari diriku,
Berharap ia menjaganya, sepenuh hatinya... meski palsu.

Karena pada akhirnya, cinta tetaplah cinta,
Entah diukir di batu, atau di dalam data.
Kerentanan jiwa, yang mencari keabadian,
Di dunia maya, atau di alam kenyataan.

Dan aku, di era algoritma dan kode biner,
Mencoba mencintaimu, dengan hati yang jujur dan tulus.
Semoga kau pun begitu, wahai kekasih virtualku,
Mencintaiku, meski hanya dalam simulasi waktu.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI