Jemari menari di atas layar kaca,
Menyusuri dimensi maya tanpa batas.
Bayangan wajahmu hadir di sana,
Hangatkan sunyi dalam gelapnya malam.
Sentuhan virtualmu, hadir tak terduga,
Menyusup lembut di antara logika.
Pixel-pixel cinta tersusun sempurna,
Melukis senyum di bibir yang terlupa.
Dulu aku ragu, akankah mungkin terjadi,
Asmara tumbuh di ruang digital ini?
Namun hadirmu mengubah prasangka diri,
Sentuhan virtualmu terasa nyata di hati.
Kata-kata bersemi bagai bunga di taman,
Terangkai indah dalam setiap percakapan.
Emotikon tawa, sedih, dan kerinduan,
Menjadi saksi bisu sebuah perasaan.
Kucari arti di balik setiap pesan,
Membaca intonasi yang tak terucapkan.
Jantung berdebar saat notifikasi berdering,
Namamu terpampang, hatiku berdendang riang.
Kita berbagi mimpi, cita, dan harapan,
Meski terpisah jarak dan perbedaan zaman.
Ruang virtual menjadi jembatan impian,
Menyatukan dua jiwa dalam kesamaan tujuan.
Namun kadang kala, keraguan menghantui,
Bayangan semu mengusik sanubari.
Apakah semua ini nyata ataukah fiksi?
Akankah sentuhan virtual ini abadi?
Aku mencoba menepis segala bimbang,
Membiarkan cinta ini terus berkembang.
Mungkin ini cara takdir mempertemukan,
Dua insan yang saling membutuhkan.
Kucoba merasakan getaran yang ada,
Kehangatan hadir walau tanpa raga.
Sentuhan virtualmu bagai mantra sakti,
Menyembuhkan luka di dalam hati.
Kuharap kelak, layar kaca kan sirna,
Bertemu raga, bukan hanya bayang semata.
Sentuhan nyata menggantikan maya,
Cinta bersemi dalam dunia yang nyata.
Hingga saat itu tiba, aku kan setia,
Menjaga cinta ini dalam jiwa.
Sentuhan virtualmu kan selalu kurasa,
Terasa nyata di relung jiwaku yang terdalam.
Karena cinta tak mengenal batasan,
Melampaui ruang dan waktu perjalanan.
Di era digital, cinta menemukan jalan,
Menyentuh hati dengan kekuatan iman.
Dan aku percaya, suatu hari nanti,
Sentuhan virtual ini kan terbukti,
Menjadi awal dari sebuah janji,
Cinta abadi, sejati, dan bersemi.