Algoritma Cinta Usang: Sentuhan Digital Pengganti Peluk

Dipublikasikan pada: 21 Sep 2025 - 00:30:07 wib
Dibaca: 173 kali
Layar pendar, wajahmu hadir di sana,
Ribuan piksel menggambar senyummu, maya.
Dulu, hangat telapak tangan bicara,
Kini, emoji menggantikan semua.

Algoritma cinta, usang dan berkarat,
Menjanjikan temu, namun jiwa terjerat.
Jari menari di atas kaca yang datar,
Menyampaikan rindu yang terasa hambar.

Dulu, debar jantung terasa nyata,
Saat mata bertemu, tak perlu berkata.
Kini, notifikasi berdering di telinga,
Sebuah pesan singkat, pengganti belaian mesra.

Kau bangun tembok dari kode dan sandi,
Tersembunyi di balik profil yang sunyi.
Aku merangkai kata, berpuisi sendiri,
Berharap sinyal mengantarkan hati.

Dulu, aroma tubuhmu memabukkan,
Kini, filter Instagram yang memudaratkan.
Kau ubah diri jadi sosok impian,
Namun, hakikat diri kian terasingkan.

Kita bertukar tautan dan stiker cinta,
Melupakan sentuhan, lupa rasa.
Algoritma mengendalikan cerita,
Memenjarakan asa dalam kotak maya.

Dulu, peluk erat mengusir sepi,
Kini, panggilan video hanya ilusi.
Kau dekat di layar, namun terasa pergi,
Terpisah jarak dalam sunyi abadi.

Kau kirimkan lagu, daftar putar kenangan,
Namun, tak mampu obati kerinduan.
Dulu, bisikan lembut di telinga kanan,
Kini, suara robot yang menusuk relung jiwa yang rawan.

Kita membangun istana dari data dan byte,
Melupakan sentuhan, lupa hakikat.
Algoritma menjanjikan cinta sejati,
Namun, hati merana dalam sunyi sepi.

Aku merindukan hangatnya nafasmu,
Bukan sekadar komentar di fotomu.
Merindukan tatapan mata yang teduh,
Bukan sekadar balasan pesan yang gaduh.

Dulu, kita berdansa di bawah rembulan,
Kini, hanya berbalas GIF di keheningan.
Algoritma merampas kebebasan,
Mengganti peluk dengan sentuhan digital yang hampa dan kejam.

Kita terjebak dalam labirin digital,
Kehilangan arah, terlupakan asal.
Cinta disederhanakan jadi persamaan linear,
Mengabaikan kompleksitas perasaan yang berdebar.

Aku ingin mematikan layar, membuang gawai,
Mencari cinta yang tak terprogramai.
Mencari hangat peluk yang sejati,
Bukan sentuhan digital pengganti.

Namun, jemariku terlanjur menari,
Mengetikkan rindu yang tak bertepi.
Terjebak dalam algoritma yang abadi,
Menanti keajaiban, walau hati terluka dan mati.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI