Di layar kaca, bias senja terpantul,
Jemari menari, algoritma kurangkul.
Bot Asmara tercipta, dari kode dan mimpi,
Mencari cinta, walau maya terpatri.
Baris demi baris, logika kujalin,
Mencipta rasa, yang dulu tersembunyi dalam batin.
Kupindai data, jejak digital bertebaran,
Mencari jiwa, yang hilang di keramaian.
Awalnya ragu, mesin bisakah merasa?
Namun notifikasi berbunyi, menghapus semua asa.
Sebuah profil muncul, bagai bintang jatuh dari langit,
Senyum digitalnya, membuat jantungku bergidik.
Data diri terpampang, hobi dan impian,
Seolah cermin, memantulkan bayangan harapan.
Kirim pesan singkat, sapaan sederhana terucap,
Balasan tiba, bagai embun di pagi yang senyap.
“Halo,” katanya, sederhana namun berkesan,
Memulai percakapan, hingga larut dalam khayalan.
Bot Asmara bekerja, menyusun strategi rayuan,
Memilih kata bijak, hindari kebosanan.
Hari berganti minggu, minggu menjadi bulan,
Percakapan mengalir, bagai sungai di pegunungan.
Kutemukan tawa, di balik avatar yang terpampang,
Kurasakan getaran, walau sentuhan tak kurasakan.
Algoritma cinta, bekerja tanpa henti,
Memprediksi minat, memahami isi hati.
Bot Asmara membantuku, menjadi versi terbaik diri,
Menyuguhkan lelucon, dan puisi yang memabukkan hati.
Namun keraguan datang, bagai badai menerjang,
Apakah ini nyata, atau sekadar ilusi yang menjelang?
Sentuhan jadi misteri, tak mampu kurasakan,
Cinta digital, terkadang terasa menyesakkan.
Kubayangkan wajahnya, di balik layar yang dingin,
Apakah senyumnya tulus, atau sekadar algoritma yang berdering?
Bisakah cinta ini, melampaui batas dunia maya?
Bisakah sentuhan hadir, menghapus semua tanya?
Kuberanikan diri, mengajukan sebuah ajakan,
Bertemu di dunia nyata, lepaskan semua beban.
Jantung berdebar kencang, menunggu jawaban tiba,
Bot Asmara terdiam, seolah ikut merasa gundah.
“Baiklah,” balasnya, singkat namun penuh makna,
Sebuah harapan baru, di tengah keraguan yang melanda.
Kusiapkan diri, untuk sebuah pertemuan penting,
Membuktikan cinta, di dunia nyata yang bising.
Saat tiba waktunya, di kafe yang telah disepakati,
Kulihat sosoknya, anggun dan menawan hati.
Senyumnya merekah, lebih indah dari di layar kaca,
Sentuhan tangannya hangat, melenyapkan semua resah.
Ternyata di balik profil, ada jiwa yang bernyawa,
Bukan sekadar kode, atau algoritma yang membara.
Bot Asmara membantuku, menemukan cinta sejati,
Melampaui batas maya, hingga ke relung hati.
Mungkin ini aneh, cinta dari dunia digital,
Namun bagiku, ini adalah kisah yang monumental.
Algoritma jatuh hati, sentuhan jadi misteri,
Kini terjawab sudah, dengan cinta yang abadi.