Data Diri Hati: Cinta di Era Algoritma

Dipublikasikan pada: 01 Jun 2025 - 02:05:08 wib
Dibaca: 155 kali
Kuketik nama di bilik sunyi,
Jejak digital harapan bersemi.
Usia tertera, bukan sekadar angka,
Namun peta jiwa, rindu yang membara.

Jenis kelamin? Lebih dari biner,
Melukis spektrum rasa yang tak terliner.
Lokasi terkini, bukan tempat berpijak,
Namun frekuensi hati, yang terus berdetak.

Pekerjaan? Bukan sekadar profesi,
Namun manifestasi mimpi, dan ambisi.
Riwayat pendidikan, bukan lembar ijazah,
Namun perjalanan pikiran, mencari celah.

Email tertera, gerbang komunikasi,
Menanti notifikasi, pesan dari imaji.
Nomor telepon, getar di sela jari,
Berharap deringmu, senandungkan melodi.

Foto profil, representasi visual,
Bayangan diri, yang ideal.
Namun data diri, hanyalah permulaan,
Sebuah algoritma cinta, yang penuh tantangan.

Kuklik "Setuju" pada syarat dan ketentuan,
Melepas kendali, pada arus pertemuan.
Algoritma menari, menjodohkan asa,
Menemukanmu, di antara jutaan data.

Kau hadir bagai anomali sempurna,
Di tengah prediksi, logika yang fana.
Hobi kita berbeda, minat tak serupa,
Namun frekuensi jiwa, beresonansi mesra.

Kau suka senja, aku mentari pagi,
Kau pecinta kopi, aku penikmat teh wangi.
Kau gemar mendaki, aku di tepi pantai,
Namun perbedaan itu, justru membuat terantai.

Algoritma bingung, tak mampu memahami,
Kenapa dua kutub, bisa saling melengkapi.
Logika tertekuk, di hadapan misteri,
Cinta sejati, melampaui teori.

Kita bertemu, bukan karena paksaan,
Namun karena hati, saling merasakan.
Percakapan mengalir, bagai sungai jernih,
Menyirami benih cinta, yang tumbuh gigih.

Emoji tertawa, simbol kebahagiaan,
Stiker peluk, pengganti sentuhan.
Video call malam, menatap mata teduh,
Menyulam mimpi, di antara keluh.

Namun algoritma tak kenal empati,
Tak mampu membaca, getar di hati.
Hanya mampu menghitung, probabilitas,
Menebak peluang, dengan kalkulasi terbatas.

Kita berdua, melampaui program,
Menciptakan narasi, yang lebih mendalam.
Data diri hanyalah titik awal cerita,
Cinta sejati, tak bisa diperdata.

Kuklik "Blokir" pada algoritma usang,
Membebaskan cinta, dari jerat perangkap.
Karena cinta bukan sekadar informasi,
Namun koneksi jiwa, tanpa batasan dimensi.

Data diri hati, terus diperbarui,
Oleh pengalaman, dan janji yang terpatri.
Bersamamu, aku menulis kode baru,
Algoritma cinta sejati, hanya untukmu.

Kukirim "Love" sebagai data terakhir,
Berharap diterima, hingga akhir berbaring.
Di era algoritma, cinta tetap nyata,
Jika hati yang bicara, bukan semata data.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI