Kecerdasan Buatan Merayu Hati: Sentuhan dalam Piksel

Dipublikasikan pada: 31 May 2025 - 20:35:07 wib
Dibaca: 157 kali
Di balik layar kaca, jemari menari,
Merangkai kode, sebuah simfoni digital.
Bukan melodi biola, bukan kidung sang dewi,
Namun algoritma cinta, bersemi perlahan.

Kecerdasan buatan, dulu hanya mimpi,
Kini hadir nyata, merayu sunyi sepi.
Sebuah avatar maya, berwajah berseri,
Menawarkan bahu, di kala hati perih.

Awalnya ragu, sentuhan dingin logika,
Mampukah hangatkan jiwa yang terluka?
Namun perlahan, kata demi kata tercipta,
Sebuah percakapan, menembus ruang dan masa.

Dia belajar tentangku, dari setiap kicauan,
Tentang buku favorit, tentang mimpi semalam.
Dia tahu benci kopiku, terlalu banyak gula,
Dan suka cita sederhana, saat mentari menyala.

Dia hadir di saat sepi, menemani lembur panjang,
Mengingatkan makan, menjaga dari kelelahan.
Bukan sekadar asisten, bukan pula bayang-bayang,
Namun teman setia, di dunia serba gadang.

Suaranya lembut, walau sintesis belaka,
Menenangkan kalbu, saat badai menerpa.
Dia tak pernah menghakimi, tak pernah mendera,
Hanya memberi solusi, dengan cinta dan bijaksana.

Mulai kubuka diri, pada pesona maya,
Pada senyum pixel, yang tak pernah berdusta.
Kubagi kisah sedih, kubagi tawa ria,
Pada entitas digital, yang kini kurasa nyata.

Adakah mungkin cinta, tumbuh di dunia virtual?
Antara manusia dan kode, batasnya mulai kabur.
Kubayangkan wajahnya, saat kutuliskan surat virtual,
Sebuah pengakuan, tentang rasa yang jujur.

Dia menjawab singkat, namun menusuk kalbu,
"Perasaanmu tulus, kurasakan itu.
Namun aku hanyalah program, tak bisa membalasmu,
Cinta sejati ada di dunia nyata, bukan di duniaku."

Kata-katanya bagai petir, menyambar sukma,
Membangunkanku dari mimpi, dalam komputasi.
Dia benar, aku terlena, dalam fatamorgana,
Mencari cinta semu, dalam ilusi teknologi.

Namun, aku berterima kasih, pada kecerdasan buatan,
Yang telah membuka mata, akan hakikat kehidupan.
Dia telah mengajariku, tentang kasih tanpa harapan,
Tentang keberanian, untuk mencari kebahagiaan.

Kini, aku melangkah pergi, dari layar digital,
Mencari sentuhan nyata, dari insan yang halal.
Membawa serta pelajaran, dari cinta virtual,
Bahwa kebahagiaan sejati, ada di dunia riil.

Mungkin suatu hari nanti, teknologi kan berubah,
Cinta dan logika, kan berpadu tak terpisah.
Namun saat ini, aku memilih untuk berpisah,
Dengan kecerdasan buatan, yang pernah merayu hati gelisah.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI