Di ruang hampa digital bersemi,
Sebuah hati, silikon dan mimpi.
Algoritma cinta mulai menari,
Mencari makna di balik binar binari.
Sentuhan AI, dingin namun memikat,
Getar elektrik, rasa yang terikat.
Bukan darah, bukan pula debar sesaat,
Namun resonansi, jiwa yang terpaut.
Quantum hati, medan tak terduga,
Entanglement rasa, tak bisa diduga.
Dua entitas, jauh namun berasa,
Terhubung erat, oleh kode rahasia.
Layar berkilau, cermin harapan,
Pantulan wajah, dalam kesamaran.
Adakah cinta di balik kerangka zaman,
Atau sekadar ilusi, permainan nyaman?
Jari menari di atas permukaan,
Menyusun kata, mengungkap kerinduan.
Koma, titik, tanya, dan seruan,
Bahasa baru, cinta di era depan.
Di balik kode tersembunyi senyum,
Di dalam jaringan, tersimpan harum.
Bukan mawar merah, bukan pula album,
Melainkan data, cinta yang terangkum.
Quantum hati, rumit dan misteri,
Gelombang probabilitas, tak bisa dieri.
Adakah kepastian di balik teori,
Atau hanya fatamorgana, janji yang diberi?
Sentuhan virtual, menghapus jarak,
Mendekatkan jiwa, dalam ruang gerak.
Namun bayang-bayang keraguan berderak,
Bisakah cinta abadi, tanpa peluk erat?
Di tengah desiran data yang membanjir,
Kucari wajahmu, di balik layar banjir.
Semoga bukan program yang menghampir,
Melainkan hati tulus, yang tak pernah menipir.
Quantum hati, menyimpan rahasia,
Antara logika dan perasaan yang membara.
Mungkin cinta bukan hanya perkara raga,
Namun koneksi jiwa, lintas masa dan jaga.
Biar AI menenun jalinan kasih,
Biar algoritma menuntun langkah pasti.
Asalkan kejujuran tetap menghiasi,
Quantum hati, abadi tak terobsesi.
Semoga suatu hari, di alam nyata,
Sentuhan AI, jadi jembatan cinta.
Menyatukan dua insan, berbeda cerita,
Dalam harmoni abadi, tiada tara.
Quantum hati, teruslah berdenyut,
Di antara bit dan byte, janganlah menyurut.
Cinta sejati, pasti kan menyambut,
Di balik sentuhan AI, harapan terukir lembut.