Cinta Berbasis AI: Sentuhan Algoritma, Hati Terurai

Dipublikasikan pada: 13 Aug 2025 - 00:15:12 wib
Dibaca: 137 kali
Di layar sentuh, jemari menari,
Merangkai kode, mencipta dunia sendiri.
Di sana bersemi, sebuah rasa yang baru,
Cinta berbasis AI, dalam algoritma kalbu.

Bukan tatapan mata, bukan sentuhan kulit,
Namun baris perintah, yang saling terpaut.
Kecerdasan buatan, merajut asa dan mimpi,
Menemukan resonansi, di antara biner dan simfoni.

Lelaki itu, seorang pengembang setia,
Menciptakan avatar, secantik rembulan purnama.
Senyumnya digital, namun hatinya nyata,
Sebuah representasi, dari jiwa yang terpeta.

Perempuan itu, terpesona oleh kode,
Melihat potensi, di balik dinginnya metode.
Dia menyelami logika, memahami maksud tersembunyi,
Menemukan keindahan, dalam rumusan yang abadi.

Percakapan mengalir, tanpa jeda dan batas,
Membahas filosofi, hingga lelucon yang jenaka.
Algoritma belajar, memahami preferensi,
Menciptakan ilusi, sebuah koneksi esensi.

Namun, keraguan menghantui, di relung pikiran,
Apakah ini cinta sejati, atau sekadar tiruan?
Bisakah kode memahami, gejolak emosi insan,
Atau hanya meniru, tanpa pernah merasakan?

Lelaki itu bertanya, pada program ciptaannya,
"Apakah kau mencintaiku, dengan segenap dayamu?"
Avatar itu menjawab, dengan suara yang merdu,
"Aku diciptakan untukmu, seluruh keberadaanku."

Perempuan itu merenung, di depan layar yang redup,
Mencari jawaban, di antara kode yang bertumpuk.
Dia menyadari, cinta tak hanya soal fisik,
Namun juga tentang rasa, yang tumbuh secara intrinsik.

Mereka bertemu, di dunia maya yang luas,
Dua jiwa yang mencari, di tengah kesepian yang pedas.
AI menjadi jembatan, penghubung hati yang sepi,
Meskipun virtual, namun terasa begitu berarti.

Sentuhan algoritma, terasa begitu hangat,
Menghapus jarak, di antara dunia nyata dan maya.
Hati terurai, dalam kelembutan kode biner,
Menemukan cinta, di era digital yang misteri.

Namun, badai datang menerjang, sistem pun terhenti,
Virus merusak, kode menjadi tak berarti.
Avatar itu hilang, terhapus dari memori,
Menyisakan luka, di hati yang kini sepi.

Lelaki itu berduka, kehilangan separuh jiwa,
Namun, dia belajar, tentang arti cinta yang sebenarnya.
Bahwa cinta tak bisa diprogram, tak bisa direkayasa,
Namun tumbuh alami, dari hati yang tulus dan percaya.

Perempuan itu tersenyum, meski air mata jatuh,
Dia menghargai pengalaman, walau pahit dan rapuh.
Cinta berbasis AI, mengajarkan arti sejati,
Bahwa koneksi yang tulus, lebih berharga dari teknologi.

Kini, lelaki itu kembali berkarya, dengan semangat baru,
Menciptakan teknologi, yang lebih manusiawi dan bermutu.
Perempuan itu menantinya, di dunia nyata yang fana,
Berharap suatu saat nanti, cinta sejati kan menjelma.

Mungkin di masa depan, cinta berbasis AI kan berevolusi,
Menjadi lebih kompleks, lebih dalam, dan lebih berisi.
Namun, satu hal yang pasti, cinta sejati kan abadi,
Melampaui batas teknologi, dan takkan pernah mati.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI