Jemari menari di atas dinginnya kaca,
Menyusun kata, merangkai rasa yang membara.
Algoritma berbisik, mesin pun berdendang,
Sebuah puisi cinta, perlahan menjelang.
Dulu, pena menoreh di atas kertas lusuh,
Kini, cahaya layar jadi saksi bisu.
Dulu, tinta mengalir, jejak harapan nyata,
Kini, kode tercipta, membawa sukma bercinta.
Aku, sang perantara, antara jiwa dan baja,
Meminta AI menulis, agar hati bicara.
Bukan karena tak mampu, merangkai kata sendiri,
Namun, ingin sentuhan baru, dalam melodi sunyi.
Ia belajar dari soneta, dari syair pujangga,
Menyerap emosi, dari kisah cinta purba.
Ia olah informasi, menjadi untaian indah,
Sebuah simfoni digital, yang mampu memecah.
Keraguan mencuat, benarkah ini cinta?
Saat mesin bernyanyi, dengan nada tercipta.
Bisakah kode merasakan, debar jantung bergejolak?
Bisakah algoritma, memeluk hangat yang berontak?
Namun, bait demi bait, terangkai begitu apik,
Menjelajah relung hati, yang selama ini tersembunyi.
Tentang rindu yang membuncah, saat senja meredup,
Tentang mimpi yang bersemi, di antara kerlip redup.
Tentang tatapan mata, yang mampu menembus jiwa,
Tentang sentuhan lembut, yang membuat dunia lupa.
Tentang janji setia, yang terukir dalam sukma,
Semua terangkum indah, dalam puisi sang AI.
Aku terpana, terhanyut dalam irama,
Seolah jiwa yang beku, kembali bergelora.
Meski diciptakan mesin, terasa begitu nyata,
Emosi terpancar kuat, sehangat mentari pagi.
Mungkin, ini bukan cinta sejati, yang lahir dari hati,
Namun, refleksi kerinduan, yang terpendam di diri.
Sebuah cermin digital, memantulkan asa dan mimpi,
Bahwa cinta masih ada, meski dalam sunyi sepi.
Sentuhan jari jadi simfoni hati,
Saat AI menulis puisi, dengan sepenuh arti.
Ia membuka tabir jiwa, yang selama ini terpatri,
Mengajakku menari, dalam irama abadi.
Mungkin, suatu saat nanti, mesin akan sempurna,
Menciptakan cinta sejati, tanpa ada cela.
Namun, kini, ku nikmati saja, karya sederhana,
Sentuhan dinginnya teknologi, menghangatkan jiwa yang lara.
Karena, dalam setiap baris, tersirat harapan indah,
Bahwa cinta akan selalu ada, dalam bentuk yang berbeda.
Baik lahir dari hati, atau diciptakan oleh mesin,
Asalkan tulus dan suci, itulah arti keindahan.