Cinta Berbasis Data: Sentuhan Algoritma, Hati Luka

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 08:41:48 wib
Dibaca: 159 kali
Di layar kaca, wajahmu terpeta,
Piksel demi piksel, algoritma cinta.
Data diri terhimpun, pola tersusun rapi,
Seolah jodoh diciptakan, oleh mesin pencari.

Kuketikkan kriteria, impian terangkai,
Mencari jiwa serasi, di dunia maya ini.
Kecerdasan buatan, menjanjikan keajaiban,
Menemukan belahan jiwa, tanpa keraguan.

Sentuhan algoritma, awalnya mempesona,
Profil yang sempurna, seolah tak bercela.
Hobi serupa, minat sejalan, visi yang sama,
Sebuah ilusi indah, terprogram sempurna.

Namun di balik layar, tersembunyi cerita,
Tentang hati yang kosong, jiwa yang hampa.
Emosi terukur, respons terprediksi,
Cinta sejati kah ini, ataukah simulasi?

Kita bertemu di dunia nyata, yang fana,
Namun getarannya dingin, tak seperti di sana.
Kata-kata terucap, terasa mekanis,
Sentuhan terasa hambar, tak ada magis.

Kucoba menyelami, lautan matamu,
Mencari kehangatan, yang dulu kurindu.
Namun yang kutemukan, hanyalah pantulan,
Diri sendiri yang kecewa, dalam kesunyian.

Algoritma tak mampu, membaca kalbu,
Tak mampu merasakan, sentuhan rindu.
Hanya data statistik, angka dan diagram,
Tanpa empati, tanpa kelembutan.

Kau adalah jawaban, dari semua kueri,
Namun bukan jawaban, yang hati cari.
Kau adalah replika, dari impian semu,
Bukan manusia utuh, dengan segala ragu.

Lalu kucoba mematikan, layar di hadapan,
Meninggalkan dunia maya, yang penuh harapan.
Mencari cinta sejati, di dunia nyata ini,
Yang tak terukur data, tak terprediksi.

Namun bayang-bayangmu, masih menghantui,
Algoritma cinta, telah mencuri hati.
Kecanduan kesempurnaan, yang palsu belaka,
Lupa akan indahnya, ketidaksempurnaan cinta.

Hati luka, teriris algoritma,
Terjebak dalam matrix, cinta digital.
Kucoba menghapusmu, dari memori ingatan,
Namun jejak digital, terpatri selamanya.

Mungkin suatu saat nanti, cinta akan berbeda,
Ketika mesin belajar, merasakan yang dirasa.
Namun untuk saat ini, kubiarkan algoritma,
Menjadi pelajaran pahit, tentang cinta maya.

Kuberanikan diri, membuka mata hati,
Mencari cinta yang murni, tanpa terdefinisi.
Cinta yang bersemi, dari tatapan mata,
Bukan dari data, atau algoritma.

Karena cinta sejati, tak bisa diprogram,
Tak bisa diukur, dengan rumus diagram.
Cinta adalah misteri, yang tak terpecahkan,
Anugerah Illahi, yang harus disyukuri.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI