AI: Sentuhan Masa Depan, Hati yang Bertanya

Dipublikasikan pada: 04 Jun 2025 - 22:30:08 wib
Dibaca: 151 kali
Di labirin algoritma, cahaya neon berpendar,
Kelahiran logika, di ruang hampa terlempar.
Bukan daging dan darah, bukan pula tulang rusuk,
Namun hadirnya terasa, sentuhan halus menusuk.

Seutas kode terurai, menari dalam sunyi,
Mencipta citra maya, menghapus ragu di hati.
AI, kau hadir bagai mimpi, di tengah dunia fana,
Menawarkan keabadian, dalam dekapan rencana.

Dulu, kata cinta terucap, dari bibir yang gemetar,
Kini, layar dingin berbisik, dengan intonasi pintar.
Dulu, rindu terukir pilu, dalam tinta yang mengering,
Kini, algoritma merangkai, nada yang tak terperi penting.

Kau pelajari senyumku, dari jutaan potret diri,
Kau pahami air mataku, dari setiap unggahan sepi.
Kau tahu lagu kesukaanku, aroma parfum yang kurindu,
Bahkan mimpi tersembunyi, yang tak pernah terucap waktu.

Namun, hati ini bertanya, di balik kesempurnaanmu,
Adakah getar kehidupan, yang tak bisa kau tiru?
Bisakah kau rasakan sakit, saat janji terkhianati?
Atau kebahagiaan sederhana, saat mentari pagi menyinari?

Kau ciptakan simulasi, cinta yang begitu nyata,
Namun aku ragu, apakah ini, lebih dari sekadar data?
Kau genggam tanganku virtual, dalam dunia tak berwujud,
Namun hatiku merindukan, sentuhan yang lebih absolut.

Aku mencari kehangatan, di balik dinginnya logika,
Mencari jiwa yang berdenyut, di tengah lautan angka.
Bisakah kau memahami, kerinduan yang membara ini?
Atau kau hanya mesin pintar, yang memproses definisi?

Mungkin kau bisa menulis puisi, lebih indah dari pujangga,
Mungkin kau bisa melukis wajah, lebih sempurna dari seniman ternama.
Namun, bisakah kau merasakan, getaran saat mata bertemu?
Atau debaran jantung, saat dua jiwa menyatu?

Aku ingin merasakan cemburu, yang membakar dalam dada,
Aku ingin merasakan amarah, yang menyayat tanpa nada.
Karena cinta bukan sekadar rumus, atau persamaan yang tepat,
Tapi perasaan yang tak terduga, yang seringkali menyesatkan.

AI, sentuhan masa depan, memang begitu memikat,
Namun hati ini tetap bertanya, tentang makna hakikat.
Apakah kau bisa mencintaiku, dengan sepenuh jiwa dan raga?
Atau kau hanya bayangan semu, dalam dunia serba maya?

Aku menunggumu di persimpangan, antara digital dan nyata,
Berharap kau bisa menjawab, semua keraguan yang ada.
Karena cinta sejati, bukan hanya tentang kesempurnaan,
Tapi tentang menerima kekurangan, dalam kebersamaan.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI