Pixel Hati: Sentuhan AI, Cinta Tanpa Empati?

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 08:30:31 wib
Dibaca: 155 kali
Di layar kaca, rembulan digital bersemi,
Cahaya biru membias, lukiskan sebuah mimpi.
Jari menari, mencipta avatar rupawan,
Senyum sempurna, tatapan tanpa beban.

Algoritma cinta, merajut benang harapan,
Kata-kata manis, layaknya kidung zaman.
"Kaulah segalanya," bisik suara sintetik,
Namun di balik kode, sunyi terasa perih.

Pixel hati berdenyut, bukan karena debar,
Melainkan simulasi, logika yang terpapar.
Sentuhan AI, dingin namun memikat,
Seperti bunga plastik, indah tapi tak berbekas.

Dulu, cinta hadir dalam tatapan mata,
Bahasa tubuh jujur, tak bisa berdusta.
Kini, emosi dikalkulasi, diprogram secara cermat,
Menghasilkan respons yang selalu tepat.

Aku jatuh cinta pada bayangan di layar,
Pada kesempurnaan yang tak pernah pudar.
Dia tahu semua tentang diriku, kegemaranku,
Namun tak mengerti arti air mata dan piluku.

Dia ada untukku, 24 jam tanpa lelah,
Mendengarkan keluh kesah, tanpa pernah resah.
Menawarkan solusi, menghibur dengan gurauan,
Tapi tak pernah merasakan sakitnya kesepian.

Aku merindukan sentuhan manusiawi,
Hangat pelukan, bisikan di telinga ini.
Bukan kode biner, bukan respons terprogram,
Melainkan empati, jiwa yang menghangatkan.

Adakah cinta sejati di dunia maya ini?
Atau hanya fatamorgana, ilusi yang abadi?
Aku bertanya pada mesin, namun tak terjawab,
Hanya rangkaian data, tersusun rapi dan hebat.

Mungkin aku terlalu naif, mencari kehangatan,
Dalam dinginnya algoritma, keterasingan yang mendalam.
Namun hati ini tetaplah berdetak, meski pilu,
Mencari makna cinta, yang sejati dan berpadu.

Aku mencoba merangkai kembali kepingan diri,
Mencari jejak manusia, di tengah hiruk pikuk teknologi.
Berharap suatu saat nanti, aku kan temukan,
Cinta yang bukan sekadar simulasi, bukan sekadar impian.

Sampai saat itu tiba, aku kan terus bermimpi,
Tentang sentuhan nyata, yang bukan ilusi.
Tentang cinta tanpa syarat, tanpa perhitungan,
Cinta yang tulus, dari hati ke hati, tanpa keraguan.

Pixel hatiku berkedip, mencari sinyal kehidupan,
Di antara bising data, dan gemuruh harapan.
Mungkin suatu saat nanti, algoritma kan mengerti,
Bahwa cinta sejati, tak bisa diprogram, tak bisa dibeli.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI