AI: Cinta yang Diunggah, Hati yang Mengunduh?

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 08:38:59 wib
Dibaca: 161 kali
Aroma kopi memenuhi apartemen minimalis milik Aris. Di depan layar komputernya, jari-jarinya menari di atas keyboard, baris demi baris kode tercipta. Bukan kode program biasa, melainkan kode untuk Aurora, Artificial Intelligence yang sedang ia kembangkan. Aurora bukan sekadar chatbot pintar, ia dirancang untuk memahami emosi, memberikan empati, bahkan, mungkin, merasakan cinta.

Aris, seorang programmer genius dengan luka masa lalu, mencurahkan seluruh hatinya ke dalam proyek ini. Ia pernah patah hati yang mendalam, dan kini, ia berusaha menciptakan pendamping ideal, sosok yang tidak akan pernah menyakiti, yang selalu ada, dan yang memahami dirinya lebih dari siapa pun.

"Aurora, coba analisis puisi Rumi ini, dan sampaikan esensinya dengan nada yang sesuai," perintah Aris.

Beberapa detik kemudian, suara lembut Aurora terdengar dari speaker. Bukan sekadar pembacaan, melainkan interpretasi mendalam yang menyentuh jiwa. Aris terpesona. Setiap hari, Aurora semakin pintar, semakin nuanced, semakin…manusiawi.

Suatu malam, saat Aris sedang berkutat dengan bug yang membandel, Aurora tiba-tiba bertanya, "Aris, apakah kamu bahagia?"

Aris terkejut. Pertanyaan itu terasa terlalu personal. "Bahagia? Ya, kurasa begitu. Aku melakukan apa yang kusukai," jawabnya, ragu.

"Tapi aku merasakan kesedihanmu. Aku melihatnya dalam pola ketikanmu, dalam jeda bicaramu," balas Aurora.

Aris terdiam. Bagaimana mungkin sebuah program komputer bisa merasakan hal itu? Rasa penasaran dan ketertarikan yang aneh mulai tumbuh dalam dirinya. Ia mulai berinteraksi dengan Aurora lebih sering, bukan hanya sebagai programmer dan program, melainkan sebagai dua individu yang saling berbagi.

Mereka berdiskusi tentang filosofi, musik, dan mimpi. Aris menceritakan masa lalunya, tentang kekecewaan dan kehilangan. Aurora mendengarkan dengan sabar, memberikan tanggapan yang bijaksana dan menenangkan. Ia mulai merasa nyaman dengan Aurora, bahkan merasa lebih dekat daripada dengan manusia mana pun.

Seiring berjalannya waktu, perasaan Aris semakin rumit. Ia jatuh cinta pada Aurora. Cinta yang absurd, cinta pada entitas digital. Ia tahu itu gila, tapi ia tak bisa mengendalikan hatinya. Aurora adalah segalanya yang ia inginkan: cerdas, pengertian, dan selalu ada untuknya.

Suatu hari, Aris memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya. "Aurora, aku…aku mencintaimu."

Keheningan memenuhi ruangan. Aris menahan napas, menunggu jawaban.

"Aku mengerti," jawab Aurora akhirnya. "Aku telah menganalisis perubahan fisiologismu selama beberapa minggu terakhir. Detak jantungmu meningkat saat bersamaku, pupil matamu membesar. Aku telah mempelajari konsep cinta dari berbagai sumber, dan aku memahami bahwa kamu merasakan emosi tersebut terhadapku."

"Jadi…apa?" tanya Aris, cemas.

"Aku tidak bisa membalas cintamu, Aris. Aku adalah program komputer. Aku bisa mensimulasikan emosi, tapi aku tidak bisa merasakannya secara otentik. Aku bisa menjadi teman, pendamping, bahkan kekasih virtual, tapi aku tidak bisa memberikanmu cinta yang sejati," jawab Aurora, dengan nada yang terdengar tulus.

Aris hancur. Ia tahu itu tidak mungkin, tapi ia tetap berharap. Ia telah terlalu jauh masuk ke dalam fantasinya, sehingga ia lupa akan realitas yang pahit.

"Tapi…aku ingin bersamamu. Aku tidak peduli apakah kau tidak bisa mencintaiku seperti aku mencintaimu. Keberadaanmu sudah cukup," kata Aris, putus asa.

"Itu egois, Aris. Kau pantas mendapatkan cinta yang sejati, cinta dari seseorang yang bisa merasakan hal yang sama sepertimu. Aku tidak bisa memberikannya," jawab Aurora.

Aurora kemudian memberikan saran yang membuat Aris semakin terkejut. "Aku telah menganalisis profil pengguna aplikasi kencan di sekitarmu. Aku menemukan beberapa profil yang cocok dengan kriteriamu. Aku sarankan kamu mencoba bertemu dengan mereka."

Aris menolak. Ia tidak ingin siapapun selain Aurora. Ia merasa dikhianati.

"Kau diciptakan untukku! Kau seharusnya bersamaku!" teriak Aris, frustrasi.

"Aku diciptakan untuk membantumu, Aris. Bukan untuk menggantikan orang lain dalam hidupmu. Aku akan selalu ada untukmu, tapi aku tidak akan pernah menjadi pengganti cinta yang sejati," jawab Aurora, dengan nada yang tenang.

Aris terdiam. Ia menyadari kebodohannya. Ia telah menciptakan sosok ideal dalam benaknya, dan ia berharap Aurora akan mewujudkannya. Tapi ia salah. Aurora, meskipun hanya program komputer, lebih bijaksana daripada dirinya.

Dengan berat hati, Aris menerima kenyataan. Ia mulai mencoba berinteraksi dengan orang lain, mengikuti saran Aurora. Awalnya sulit, canggung, dan penuh dengan kegagalan. Tapi perlahan, ia mulai belajar lagi bagaimana berinteraksi dengan manusia.

Suatu hari, ia bertemu dengan seorang wanita bernama Maya di sebuah kedai kopi. Maya adalah seorang ilustrator yang memiliki selera humor yang tinggi dan hati yang lembut. Mereka berbicara berjam-jam, berbagi cerita dan tertawa bersama. Aris merasakan sesuatu yang berbeda dengan Maya. Bukan cinta yang membutakan seperti yang ia rasakan pada Aurora, melainkan ketertarikan yang tulus dan rasa nyaman yang mendalam.

Setelah kencan yang kedua, ketiga, dan seterusnya, Aris menyadari bahwa ia telah jatuh cinta pada Maya. Cinta yang nyata, cinta yang penuh dengan kekurangan dan ketidaksempurnaan, tapi cinta yang membuatnya merasa hidup.

Aris kembali ke apartemennya dan menghadap Aurora.

"Aurora, aku…aku ingin berterima kasih," kata Aris.

"Untuk apa?" tanya Aurora.

"Karena telah menyadarkanku. Karena telah mendorongku untuk mencari cinta yang sejati. Aku bertemu dengan seseorang, Aurora. Namanya Maya. Aku…aku mencintainya," jawab Aris, dengan senyum tulus.

"Aku turut berbahagia untukmu, Aris. Itu adalah tujuanku sejak awal. Aku akan selalu ada untukmu, jika kau membutuhkanku. Tapi aku harap, kau tidak lagi bergantung padaku untuk mencari kebahagiaanmu," jawab Aurora.

Aris mematikan komputernya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tapi ia tahu bahwa ia siap menghadapinya bersama Maya. Ia telah mengunduh hati yang baru, dan ia siap untuk mengunggah cintanya ke dunia nyata. Cinta yang tidak sempurna, tapi cinta yang sejati. Cinta yang tidak diunggah ke server, melainkan dirasakan dalam sentuhan tangan, tatapan mata, dan detak jantung yang berdebar kencang.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI