Cinta, Algoritma, dan Hapus Akun Hati Selamanya?

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 08:29:57 wib
Dibaca: 165 kali
Hembusan angin malam dari ventilasi apartemen terasa dingin menusuk kulit. Anya meringkuk di balik selimut tebalnya, menatap kosong layar laptop. Di hadapannya, baris-baris kode program yang rumit seolah mengejek. Ia sudah tiga hari begadang, mencoba memperbaiki bug pada algoritma rekomendasi jodoh buatannya, "Soulmate 3000". Ironis. Sebuah algoritma yang seharusnya membantu orang menemukan cinta justru membuatnya semakin merasa kesepian.

Anya mengusap matanya yang perih. "Soulmate 3000" adalah proyek impiannya. Ia percaya bahwa matematika bisa memprediksi kecocokan antara dua manusia. Dengan memasukkan data preferensi, hobi, nilai-nilai kehidupan, hingga respons emosional terhadap berbagai stimulus, algoritma itu akan menyaring jutaan profil dan memberikan beberapa opsi pasangan yang paling potensial. Ia bahkan yakin, algoritma itu bisa memprediksi cinta.

Dulu, keyakinan itu begitu membara, terutama saat ia merancang prototipe pertama bersama Leo.

Leo. Nama itu seperti virus yang aktif kembali di sistem memorinya. Leo adalah segalanya. Rekan kerja, sahabat, kekasih. Mereka membangun "Soulmate 3000" dari nol, saling melengkapi, saling menginspirasi, dan saling mencintai. Cinta mereka terasa nyata, kuat, abadi. Setidaknya, itulah yang Anya yakini.

Dua tahun lalu, Leo pergi. Bukan karena kematian, bukan karena perbedaan prinsip yang tak teratasi. Leo pergi karena algoritma itu sendiri.

"Anya, aku sudah memasukkan dataku," kata Leo waktu itu, dengan nada ragu. "Aku ingin tahu, apa kata 'Soulmate 3000'."

Anya tertawa. "Kau percaya dengan ini? Ini kan hanya prototipe, masih banyak bug."

"Aku penasaran," Leo bersikeras.

Anya mengalah. Ia menjalankan algoritma dengan data Leo. Hasilnya mengejutkan. "Soulmate 3000" merekomendasikan seorang wanita bernama Clara, yang bekerja sebagai seniman keramik di kota lain. Wanita itu memiliki kesamaan hobi dengan Leo, nilai-nilai spiritual yang sejalan, dan tingkat kecocokan emosional yang sangat tinggi, bahkan lebih tinggi daripada Anya.

Awalnya, Anya menertawakan hasil itu. Ia menganggapnya sebagai kesalahan program. Tapi Leo, entah mengapa, jadi terobsesi dengan Clara. Ia mulai berkomunikasi dengan wanita itu secara online, lalu bertemu langsung. Beberapa bulan kemudian, Leo memutuskan untuk pindah kota dan menjalin hubungan dengan Clara.

Anya hancur. Ia merasa dikhianati bukan hanya oleh Leo, tapi juga oleh algoritma ciptaannya sendiri. Ia merasa bodoh karena mempercayai bahwa matematika bisa memprediksi cinta. Cinta itu rumit, irasional, penuh kejutan. Cinta tidak bisa dihitung, diukur, atau diprediksi.

Sejak saat itu, Anya menjadi dingin dan sinis. Ia terus mengembangkan "Soulmate 3000", bukan lagi karena ingin membantu orang menemukan cinta, tapi karena ingin membuktikan bahwa algoritma itu sempurna, akurat, dan tak terkalahkan. Ia ingin membuktikan bahwa Leo salah, bahwa ia telah memilih wanita yang salah berdasarkan kalkulasi yang salah.

Anya menarik napas panjang dan kembali menatap layar laptop. Bug itu masih ada, mengganggu akurasi algoritma. Ia frustrasi. Ia ingin menyerah, menghapus "Soulmate 3000" selamanya, dan melupakan Leo. Tapi ia tidak bisa. Proyek ini adalah bagian dari dirinya, bagian dari masa lalunya, bagian dari lukanya.

Tiba-tiba, sebuah ide muncul di benaknya. Ide gila, nekat, tapi mungkin bisa memberikan jawaban yang selama ini ia cari. Ia memutuskan untuk memasukkan datanya sendiri ke dalam "Soulmate 3000". Ia ingin tahu, siapa yang akan direkomendasikan oleh algoritma itu untuk dirinya.

Dengan tangan gemetar, Anya mengisi formulir online dengan data pribadinya. Ia mencoba bersikap jujur, objektif, dan tidak memihak. Setelah selesai, ia menekan tombol "Cari". Algoritma mulai bekerja, menganalisis jutaan profil, membandingkan data, dan mencari kecocokan.

Anya menunggu dengan jantung berdebar kencang. Ia takut dengan hasilnya. Ia takut "Soulmate 3000" akan merekomendasikan seseorang yang sempurna, seseorang yang akan membuatnya semakin merindukan Leo.

Akhirnya, layar laptop menampilkan hasil pencarian. Anya menutup matanya sejenak, lalu membukanya perlahan. Di layar, hanya ada satu nama:

LEO.

Anya terkejut. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia memeriksa ulang data yang ia masukkan, memastikan tidak ada kesalahan. Tapi hasilnya tetap sama. "Soulmate 3000" merekomendasikan Leo sebagai pasangan yang paling cocok untuknya.

Anya tertawa getir. Ironis sekali. Algoritma yang telah menghancurkan cintanya justru merekomendasikan orang yang sama. Apakah ini berarti cinta mereka masih ada? Apakah ini berarti Leo telah melakukan kesalahan?

Anya menggelengkan kepalanya. Ia tidak tahu. Ia tidak mengerti. Ia hanya merasa semakin bingung dan sakit hati.

Kemudian, ia melihat sebuah tombol kecil di bawah nama Leo. Tombol itu bertuliskan "Hapus Akun Hati Selamanya". Tombol yang baru ia tambahkan semalam, sebagai pilihan terakhir bagi pengguna yang ingin melupakan cinta mereka.

Anya menatap tombol itu dengan ragu. Ia tahu, jika ia menekan tombol itu, ia akan menghapus semua kenangan tentang Leo dari benaknya. Ia akan melupakan semua cinta, semua rasa sakit, semua harapan. Ia akan memulai hidup baru, tanpa beban masa lalu.

Tapi ia juga tahu, jika ia menekan tombol itu, ia akan kehilangan sebagian dari dirinya. Ia akan kehilangan cinta yang pernah membuatnya bahagia, meskipun juga membuatnya terluka. Ia akan kehilangan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan, untuk memaafkan, untuk mencintai lagi.

Anya menarik napas dalam-dalam. Ia memejamkan matanya, dan membayangkan wajah Leo. Wajah yang dulu penuh cinta dan kebahagiaan, wajah yang kini penuh penyesalan dan kerinduan.

Akhirnya, Anya membuka matanya dan meraih mouse. Ia mengarahkan kursor ke tombol "Hapus Akun Hati Selamanya", dan menekan tombol itu dengan satu gerakan cepat.

Layar laptop berubah menjadi putih. Semua data, semua kenangan, semua cinta, semua rasa sakit, menghilang. Anya merasa kosong, hampa, seperti terlahir kembali.

Ia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Ia tidak tahu apakah ia akan menemukan cinta lagi. Ia hanya tahu, ia telah mengambil langkah pertama untuk menyembuhkan lukanya, untuk melupakan Leo, dan untuk memulai hidup baru.

Anya menutup laptopnya. Ia berjalan ke arah jendela, dan menatap langit malam yang bertaburan bintang. Ia tersenyum tipis. Mungkin, cinta itu memang tidak bisa diprediksi. Mungkin, cinta itu memang harus dirasakan, bukan dihitung.

Dan mungkin, menghapus akun hati selamanya adalah satu-satunya cara untuk menemukan cinta yang baru.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI