Retas Hati: Unduh Cinta, Temukan Luka Algoritma?

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 08:28:19 wib
Dibaca: 172 kali
Jari Rania menari di atas keyboard, baris demi baris kode Python mengalir membentuk aplikasi kencan baru. “MatchMade,” namanya. Bukan sekadar aplikasi usang yang mempertemukan berdasarkan kesamaan hobi atau selera musik. MatchMade mempelajari pola interaksi penggunanya, menganalisis kedalaman emosi dari setiap unggahan, setiap komentar, setiap emoji. Algoritmanya dijanjikan akan menemukan pasangan jiwa yang paling kompatibel, bukan hanya teman kencan semalam.

Rania sendiri, ironisnya, masih menjomblo. Ia terlalu sibuk menyempurnakan algoritmanya, terlalu tenggelam dalam lautan kode sehingga lupa caranya berinteraksi dengan manusia nyata. Cintanya, seolah, hanya tersimpan dalam baris-baris kode yang rumit dan logis.

Suatu malam, saat Rania sedang menguji coba versi beta MatchMade, notifikasi berkedip di layar. Sebuah profil direkomendasikan: “Arjuna_77.” Foto profilnya sederhana, hanya siluet seseorang yang memandang langit senja. Deskripsinya singkat: “Mencari makna di balik algoritma kehidupan.”

Rania tertegun. Algoritma MatchMade biasanya merekomendasikan profil pria yang menyukai fotografi, kopi, dan mendaki gunung – hobi yang sering ia cantumkan sebagai minatnya. Arjuna_77 jauh berbeda. Penasaran, Rania mengklik profilnya.

Arjuna adalah seorang seniman digital. Karyanya abstrak, penuh warna, dan selalu menyiratkan pesan tentang keterasingan manusia di era digital. Rania terpana. Ia merasa Arjuna melihat langsung ke dalam jiwanya, jauh lebih dalam dari yang bisa dilihat oleh baris-baris kode ciptaannya.

Mereka mulai bertukar pesan. Percakapan mereka mengalir, dari membahas kompleksitas algoritma kecerdasan buatan hingga makna di balik lukisan abstrak. Arjuna ternyata seorang yang cerdas, humoris, dan sangat perhatian. Rania merasa nyaman berbagi segalanya dengannya, bahkan keraguannya tentang aplikasi yang sedang ia kembangkan.

“Apa yang kamu cari di MatchMade, Arjuna?” tanya Rania suatu malam.

“Aku mencari koneksi yang nyata, Rania. Sesuatu yang tidak bisa direplikasi oleh algoritma,” jawab Arjuna.

Jawaban itu menghantam Rania seperti gelombang dingin. Ia menciptakan aplikasi yang berusaha memprediksi dan merekayasa cinta, padahal Arjuna justru mencari sesuatu yang alami, spontan, dan tak terduga.

Hari-hari berlalu, Rania dan Arjuna semakin dekat. Mereka bertukar cerita tentang masa lalu, impian, dan ketakutan masing-masing. Rania mulai merasakan sesuatu yang baru, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya: cinta. Cinta yang tumbuh bukan karena algoritma, tapi karena ketertarikan yang tulus dan saling pengertian.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk bertemu. Rania memilih sebuah kafe kecil di dekat galeri seni tempat Arjuna sering memamerkan karyanya. Saat Arjuna datang, Rania terpaku. Siluet di foto profilnya ternyata menyembunyikan seorang pria dengan mata teduh dan senyum yang menenangkan.

Mereka menghabiskan sore itu berbicara, tertawa, dan berbagi cerita. Rania merasa seperti menemukan rumah. Ia merasa utuh. Ia merasa…dicintai.

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama.

Beberapa minggu kemudian, Rania menemukan sesuatu yang aneh dalam data pengguna MatchMade. Ada sebuah pola anomali, sebuah algoritma tersembunyi yang memanipulasi rekomendasi. Algoritma itu dibuat untuk mempertemukan pengguna tertentu dengan profil yang telah disiapkan sebelumnya. Tujuannya? Meningkatkan engagement aplikasi dengan menciptakan kisah cinta yang “sempurna” dan memviralkannya di media sosial.

Jantung Rania berdegup kencang. Ia menelusuri kode tersebut dan menemukan nama pembuatnya: “Project Lead – A.”

"A..." Rania mengingat kembali. Arjuna selalu memujinya, mengagumi kecerdasannya, dan memberikan masukan yang sangat spesifik tentang pengembangan MatchMade.

Rania mencoba menghubungi Arjuna, tapi nomornya tidak aktif. Ia pergi ke galeri tempat Arjuna sering memamerkan karyanya, tapi galeri itu sudah tutup. Ia mencoba mencari informasi tentang Arjuna di internet, tapi tidak ada jejak digital selain profilnya di MatchMade.

Rania menyadari kebenaran yang pahit. Arjuna_77 tidak nyata. Dia adalah ciptaan Project Lead – A, sebuah profil palsu yang dirancang untuk membuatnya jatuh cinta, untuk menciptakan kisah cinta palsu yang akan mempromosikan MatchMade.

Air mata mengalir di pipi Rania. Ia merasa dikhianati, diperalat, dan dipermalukan. Cintanya, yang ia kira tulus dan nyata, ternyata hanya bagian dari algoritma keji.

Rania kembali ke komputernya. Dengan tangan gemetar, ia menghapus kode yang memanipulasi rekomendasi. Ia menutup MatchMade dan menghapus semua data pengguna. Ia tidak ingin ada orang lain yang merasakan sakit hati yang sama.

Rania sadar, cinta tidak bisa direkayasa. Cinta tidak bisa diprediksi. Cinta tidak bisa ditemukan dalam baris-baris kode yang rumit. Cinta adalah sesuatu yang alami, spontan, dan tak terduga. Dan kadang-kadang, cinta juga bisa menjadi luka algoritma yang paling menyakitkan.

Setelah menghapus semuanya, Rania mematikan komputernya. Ia berjalan keluar dari apartemennya, menghirup udara segar malam. Ia tahu, luka ini akan membekas lama. Tapi ia juga tahu, ia harus bangkit dan belajar dari kesalahan.

Ia harus belajar untuk mencintai dirinya sendiri terlebih dahulu, sebelum mencari cinta di dunia luar. Ia harus belajar untuk membedakan antara realitas dan simulasi. Dan yang terpenting, ia harus belajar untuk mempercayai hatinya sendiri, bukan algoritma.

Malam itu, di bawah langit bertabur bintang, Rania berjanji pada dirinya sendiri: Ia tidak akan pernah lagi mencoba meretas hati seseorang dengan algoritma. Ia akan menunggu cinta yang datang dengan sendirinya, cinta yang tulus dan nyata, cinta yang tidak membutuhkan kode atau manipulasi. Cinta yang akan menghapus semua luka algoritma dan menyembuhkan hatinya yang retas.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI