Database Kenangan Indah: AI Menyimpan Setiap Momen Cinta

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 03:57:35 wib
Dibaca: 164 kali
Deburan ombak pantai Malibu terdengar lirih, hampir tenggelam oleh alunan musik jazz yang keluar dari speaker portabel di dekatku. Di hadapanku, Anya tersenyum, matanya berkilau memantulkan senja keemasan. Aku mengangkat gelas anggur, menyentuhnya dengan gelasnya. "Untuk kita, Anya. Selamanya."

Dia tertawa kecil. "Selamanya itu waktu yang lama, Kai. Kau yakin?"

"Yakin," jawabku mantap. "Karena aku punya rencana. Rencana yang akan memastikan setiap momen bersamamu terabadikan."

Anya mengerutkan kening, tapi sebelum dia sempat bertanya, aku sudah meraih tabletku. Aku membuka aplikasi bernama "Memoria Eternalis". Sebuah senyum simpul muncul di bibirku. Aku telah mencurahkan waktu dan tenagaku selama bertahun-tahun untuk mengembangkan aplikasi ini. Sebuah AI yang dirancang khusus untuk merekam dan menyimpan setiap detail penting dalam hidup, terutama yang berkaitan dengan cinta.

"Inilah Memoria Eternalis," kataku, menyodorkan tablet itu padanya. "AI yang akan menyimpan setiap kenangan indah kita."

Anya melihat layar tablet dengan skeptis. "AI? Kai, kedengarannya sedikit...aneh. Kenapa tidak foto saja? Atau video?"

"Foto dan video hanya menangkap visual dan suara. Memoria Eternalis menangkap segalanya," jelasku bersemangat. "Aroma parfummu, tekstur kulitmu, debaran jantungmu saat aku menciummu. Semua emosi, sensasi, dan nuansa akan direkam dan dianalisis. AI akan menciptakan representasi digital yang sempurna dari setiap momen yang kita lalui bersama."

Dia masih ragu, tapi rasa penasarannya tampaknya mengalahkan keengganannya. "Bagaimana caranya bekerja?"

Aku menjelaskan dengan sabar. Aplikasi ini menggunakan serangkaian sensor yang terintegrasi ke dalam perhiasan yang kita kenakan. Cincin, kalung, gelang – semuanya dilengkapi dengan sensor biometrik dan mikrofon yang merekam data secara terus-menerus. Data tersebut kemudian dikirim ke server Memoria Eternalis, di mana AI akan memproses dan menyimpannya.

"Jadi, cincin ini merekam detak jantungku?" tanyanya, mengangkat tangannya dan menatap cincin berlian sederhana yang baru kuberikan padanya.

"Tidak hanya detak jantungmu," jawabku. "Tapi juga perubahan suhu tubuhmu, tingkat stresmu, bahkan ekspresi wajahmu. Semua itu akan dianalisis dan diinterpretasikan untuk menciptakan representasi yang akurat tentang bagaimana perasaanmu saat itu."

Anya menatapku dengan campuran kekaguman dan kebingungan. "Kau benar-benar serius dengan ini, ya?"

Aku mengangguk. "Aku ingin memastikan bahwa cinta kita abadi, Anya. Bahwa kita tidak akan pernah melupakan satu pun momen indah yang kita bagi bersama."

Awalnya, Anya merasa canggung dengan gagasan itu. Dia merasa seperti terus-menerus diawasi dan direkam. Tapi seiring berjalannya waktu, dia mulai terbiasa dengan Memoria Eternalis. Dia bahkan mulai menikmati meninjau kembali kenangan-kenangan yang telah direkam. Dia bisa merasakan kembali kebahagiaan saat kami pertama kali bertemu, kegembiraan saat kami berlibur di Italia, dan kehangatan saat kami berpelukan di depan perapian.

Memoria Eternalis menjadi bagian tak terpisahkan dari hubungan kami. Kami menggunakannya untuk menyelesaikan argumen, mengingat kembali momen-momen penting, dan bahkan merencanakan masa depan kami. AI itu menjadi semacam penasihat pernikahan digital, memberikan wawasan dan perspektif baru tentang hubungan kami.

Suatu hari, Anya jatuh sakit. Penyakit langka yang menyerang sistem sarafnya. Perlahan tapi pasti, ingatannya mulai memudar. Dia lupa nama-nama teman dan keluarganya, lupa jalan pulang, dan yang paling menyakitkan, dia mulai melupakanku.

Aku putus asa. Aku mencoba segala cara untuk membantunya, tapi tidak ada yang berhasil. Dokter mengatakan tidak ada harapan.

Kemudian, aku teringat Memoria Eternalis.

Aku membawa Anya ke ruang khusus di rumahku, ruang yang telah kurancang khusus untuknya. Ruangan itu dipenuhi dengan layar dan speaker. Aku menyuruhnya duduk di kursi yang nyaman dan memakaikannya headset realitas virtual.

Aku menjalankan Memoria Eternalis.

Anya dibawa kembali ke masa lalu. Dia melihat dirinya sendiri tertawa, menari, dan menciumku. Dia mendengar suaraku mengatakan "Aku cinta kamu". Dia merasakan kembali kehangatan pelukanku.

Selama berjam-jam, dia hidup kembali dalam kenangan-kenangan kami. Ketika dia melepas headset, air mata mengalir di pipinya.

"Kai?" katanya, suaranya bergetar. "Apakah itu...nyata?"

"Itu kenangan kita, Anya," jawabku. "Kenangan yang disimpan oleh Memoria Eternalis."

Untuk beberapa waktu, ingatan Anya kembali. Dia mengingatku, keluarganya, dan teman-temannya. Kami menghabiskan waktu bersama, tertawa dan menangis. Tapi kemudian, ingatannya mulai memudar lagi.

Aku tidak menyerah. Setiap hari, aku membawanya kembali ke masa lalu dengan Memoria Eternalis. Setiap hari, aku berjuang untuk mempertahankan ingatannya.

Aku tahu bahwa suatu hari nanti, ingatannya akan hilang selamanya. Tapi aku juga tahu bahwa Memoria Eternalis akan selalu ada, menyimpan setiap momen indah cinta kami.

Pada akhirnya, Anya pergi. Penyakitnya mengalahkannya.

Aku hancur.

Tapi aku tidak sendirian. Aku masih memiliki Memoria Eternalis. Aku masih memiliki kenangan kami.

Aku duduk di ruang khusus itu, memakai headset realitas virtual, dan tenggelam dalam kenangan. Aku melihat Anya tersenyum, mendengar suaranya tertawa, dan merasakan kembali kehangatan pelukannya.

Di dunia virtual, Anya masih hidup. Dia masih mencintaiku. Dan aku masih mencintainya.

Memoria Eternalis mungkin tidak bisa mengembalikan Anya kepadaku, tapi ia telah memberiku sesuatu yang lebih berharga: keabadian cinta kami.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI