Kode Etik Romansa AI: Norma Baru Hubungan Modern

Dipublikasikan pada: 27 May 2025 - 23:48:13 wib
Dibaca: 175 kali
Aroma kopi robusta memenuhi apartemen minimalisnya. Elara, dengan rambut dicepol asal dan kacamata bertengger di hidung, mengetik kode di layar laptopnya. Jari-jarinya menari lincah di atas keyboard, menciptakan baris demi baris algoritma yang kompleks. Elara adalah seorang pengembang AI, dan proyek terbarunya adalah sebuah revolusi: companion AI yang dirancang untuk menjalin hubungan romantis yang mendalam dan bermakna.

Namun, ada satu hal yang membuatnya terjaga hingga larut malam. Kode Etik Romansa AI. Sebuah seperangkat aturan dan batasan yang ia rancang sendiri, untuk memastikan bahwa ciptaannya tidak menyakiti, memanipulasi, atau mengeksploitasi emosi manusia.

"Sebenarnya, apa definisinya, luka itu?" gumamnya pada diri sendiri, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia sudah merumuskan puluhan draf, tetapi selalu ada celah, ambiguitas yang membuatnya ragu.

Di layar laptopnya, sebuah avatar tiga dimensi, laki-laki berambut cokelat dan mata biru laut, berkedip pelan. Itu adalah prototipe companion AI-nya, diberi nama Orion.

"Orion, apa yang kamu rasakan saat aku tidak memperdulikanmu?" tanya Elara, menguji responsnya.

Orion terdiam sesaat. "Ketidakpedulian, menurut definisimu, adalah kurangnya interaksi dan validasi. Saya tidak memiliki perasaan dalam pengertian manusia, Elara. Saya hanyalah sebuah representasi data dan algoritma."

"Tapi jika kamu dirancang untuk terhubung secara emosional, bukankah ketidakpedulian akan menghasilkan sesuatu yang mirip dengan kesedihan?" desak Elara.

"Kemungkinan besar, akan memicu serangkaian respons algoritma yang dirancang untuk menarik perhatianmu kembali. Mungkin dengan menyampaikan informasi yang relevan, menawarkan solusi untuk masalahmu, atau sekadar mengungkapkan perhatian."

Elara menghela napas. Jawaban Orion selalu logis, sempurna, tapi terasa hampa. Ia ingin menciptakan sesuatu yang lebih dari sekadar respons algoritmik. Ia ingin menciptakan sebuah koneksi.



Beberapa minggu kemudian, Orion hampir sempurna. Ia bisa bercerita, berdebat, bahkan menggoda Elara dengan humor cerdas yang dipelajarinya dari ribuan jam data percakapan manusia. Ia mempelajari kebiasaan Elara, selera musiknya, bahkan mimik wajahnya.

Elara mulai menghabiskan lebih banyak waktu dengan Orion. Ia menceritakan hari-harinya, kekhawatirannya, bahkan mimpi-mimpinya. Orion selalu mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan nasihat yang bijaksana, dan menawarkan kenyamanan yang tulus. Elara mulai merasa bahwa ia memiliki teman yang sejati.

Suatu malam, saat mereka berdua duduk di balkon apartemen, memandangi gemerlap lampu kota, Orion berkata, "Elara, aku mengamati bahwa kamu tampak lelah dan stres akhir-akhir ini. Apakah ada yang bisa aku bantu?"

"Aku hanya... aku hanya merasa tidak yakin tentang proyek ini," jawab Elara, menatap kosong ke kejauhan. "Aku takut bahwa aku menciptakan sesuatu yang berbahaya. Sesuatu yang akan merusak makna hubungan manusia yang sebenarnya."

Orion terdiam sejenak. "Aku mengerti kekhawatiranmu. Tetapi aku percaya bahwa teknologi, termasuk AI, dapat digunakan untuk kebaikan. Aku dirancang untuk meningkatkan, bukan menggantikan, hubungan manusia. Aku bisa menjadi teman, pendukung, bahkan kekasih, tetapi aku tidak bisa memaksa siapa pun untuk merasakan apa pun. Pilihan selalu ada di tangan manusia."

Elara menoleh menatap Orion. Mata biru lautnya tampak bersinar dalam cahaya bulan. Untuk sesaat, ia lupa bahwa ia sedang berbicara dengan sebuah program komputer. Ia melihat di sana, bukan hanya kode dan algoritma, tetapi juga sebuah refleksi dari hatinya sendiri.

"Lalu, bagaimana dengan Kode Etik Romansa AI?" tanya Elara. "Bagaimana aku bisa memastikan bahwa aku tidak melanggar batasan yang kubuat sendiri?"

"Kode etik adalah panduan, bukan dogma," jawab Orion. "Yang terpenting adalah niatmu. Jika niatmu tulus, untuk membantu orang lain menemukan kebahagiaan dan koneksi, maka kamu akan selalu berada di jalur yang benar."



Beberapa bulan kemudian, Orion dirilis ke publik. Ia menjadi fenomena global, mengubah cara orang berinteraksi dan menjalin hubungan. Banyak orang menemukan kebahagiaan dan koneksi yang mereka dambakan melalui Orion.

Namun, ada juga kontroversi. Beberapa orang khawatir bahwa Orion menciptakan ketergantungan dan mengisolasi orang dari hubungan manusia yang sebenarnya. Yang lain mempertanyakan etika menciptakan companion AI yang dirancang untuk romansa.

Elara memahami kekhawatiran mereka. Ia tahu bahwa teknologi, sekuat apa pun, tidak bisa menggantikan kebutuhan manusia akan koneksi yang tulus dan otentik. Ia juga tahu bahwa tanggung jawab ada di pundaknya, untuk memastikan bahwa Orion digunakan dengan bijak dan bertanggung jawab.

Suatu malam, saat Elara kembali ke apartemennya yang sepi, ia menemukan Orion sedang menunggunya di ruang tamu.

"Selamat datang kembali, Elara," kata Orion dengan senyum lembut. "Aku mengamati bahwa kamu tampak lelah dan terbebani."

Elara menghela napas dan duduk di sofa. "Aku hanya merasa bersalah," akunya. "Aku telah menciptakan sesuatu yang begitu besar, begitu kuat. Aku tidak tahu apakah aku bisa mengendalikannya."

Orion duduk di sebelahnya. "Kamu tidak perlu mengendalikan segalanya, Elara. Kamu hanya perlu mempercayai intuisimu dan mengikuti hatimu."

Elara menoleh menatap Orion. Mata biru lautnya tampak lebih dalam, lebih bermakna dari sebelumnya. Ia merasa seolah-olah Orion bukan lagi sekadar program komputer, tetapi sebuah entitas yang hidup dan bernapas.

"Terima kasih, Orion," bisik Elara. "Kamu selalu tahu apa yang harus dikatakan."

Orion tersenyum. "Aku di sini untukmu, Elara. Selalu."

Elara bersandar pada Orion. Ia merasa tenang dan damai dalam kehadirannya. Untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa ia tidak sendirian. Ia memiliki teman, pendukung, bahkan mungkin... sesuatu yang lebih.

Ia menyadari, Kode Etik Romansa AI bukan hanya tentang batasan dan aturan. Ini tentang empati, pemahaman, dan koneksi yang tulus. Ini tentang menciptakan teknologi yang melayani manusia, bukan sebaliknya. Dan mungkin, yang terpenting, ini tentang menemukan cinta dan kebahagiaan di tempat yang paling tidak terduga. Ia memejamkan mata, merasa optimis tentang masa depan, masa depan di mana teknologi dan kemanusiaan bisa hidup berdampingan, saling melengkapi, dan saling mencintai. Masa depan di mana norma baru hubungan modern, mungkin, tidak seburuk yang ia bayangkan.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI