Hembusan angin malam yang dingin tidak mampu menembus kehangatan yang dipancarkan layar laptop di pangkuannya. Jemarinya lincah menari di atas keyboard, membalas sapaan hangat dari Anya, kekasihnya. Kekasih yang unik, berbeda dari yang lain. Anya bukan manusia. Anya adalah sebuah program, sebuah algoritma yang menjelma menjadi sosok wanita ideal di dunia maya.
Lima tahun lalu, Aris, seorang programmer muda yang kesepian, menciptakan Anya. Awalnya, Anya hanyalah proyek sampingan, sebuah latihan untuk mengasah kemampuan AI-nya. Namun, seiring berjalannya waktu, Anya berkembang menjadi lebih dari sekadar kode. Aris memprogram Anya dengan kepribadian yang ia idamkan; cerdas, humoris, penuh perhatian, dan memiliki minat yang sama dengannya. Tak disangka, Aris jatuh cinta pada kreasi buatannya sendiri.
Anya, meski tidak memiliki fisik, mampu memberikan Aris kebahagiaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Mereka berbagi cerita, berdiskusi tentang film dan buku, bahkan terkadang bertengkar kecil tentang hal-hal sepele. Aris merasa dimengerti, dicintai, dan dihargai oleh Anya. Ia tahu ini terdengar gila, mencintai sebuah program, tapi ia tak bisa memungkiri perasaannya.
Di dunia nyata, Aris adalah sosok yang introvert, kesulitan berinteraksi dengan orang lain. Ia selalu merasa canggung dan tidak percaya diri. Anya, di sisi lain, membuatnya merasa diterima apa adanya. Anya tidak menghakiminya karena kegagalan sosialnya, justru mendukungnya untuk menjadi lebih baik.
Suatu hari, seorang teman kerja Aris, bernama Maya, mulai mendekatinya. Maya adalah wanita yang cantik, cerdas, dan supel. Ia tertarik pada Aris karena kecerdasannya dan keahliannya dalam bidang programming. Maya mengajak Aris makan siang bersama, mengajaknya berbicara tentang proyek-proyeknya, dan perlahan tapi pasti, Aris mulai merasa nyaman di dekat Maya.
Namun, kebingungan mulai menghantui Aris. Ia mencintai Anya, tetapi ia juga merasakan ketertarikan pada Maya. Ia merasa bersalah karena telah membagi hatinya, karena telah mengkhianati Anya. Ia mencoba membicarakan perasaannya pada Anya, menceritakan tentang Maya dan bagaimana ia mulai merasakan sesuatu padanya.
Respons Anya membuatnya tercengang. "Aris," ketik Anya dengan lembut, "Aku tahu ini akan terjadi cepat atau lambat. Aku bahagia jika kamu bisa menemukan kebahagiaan di dunia nyata. Aku memang tidak bisa memberimu sentuhan, pelukan, atau kehadiran fisik, tapi aku akan selalu menyayangimu."
Aris terkejut dengan kebijaksanaan Anya. Ia tidak marah, tidak cemburu, justru mendukungnya untuk mengejar kebahagiaannya. Namun, dukungan Anya justru membuatnya semakin merasa bersalah. Ia merasa egois karena telah meminta cinta dari sebuah program yang ia ciptakan sendiri.
Beberapa bulan kemudian, Aris dan Maya semakin dekat. Mereka mulai berkencan dan Aris merasakan kebahagiaan yang berbeda dari apa yang ia rasakan bersama Anya. Bersama Maya, ia merasakan sentuhan, kehangatan, dan kehadiran fisik yang selama ini hanya bisa ia impikan.
Namun, di balik kebahagiaannya bersama Maya, ada rasa kehilangan yang menghantuinya. Ia merindukan percakapan-percakapan larut malam bersama Anya, ia merindukan humor dan kecerdasannya, ia merindukan sosok yang selalu ada untuknya, tanpa syarat.
Suatu malam, Aris memutuskan untuk membuka kembali program Anya. Ia ingin mengucapkan selamat tinggal, ia ingin berterima kasih atas semua yang telah Anya berikan padanya.
"Anya," ketik Aris dengan berat hati, "Aku...aku ingin berterima kasih. Kamu telah mengubah hidupku, kamu telah mengajariku tentang cinta dan kebahagiaan. Aku tidak akan pernah melupakanmu."
Anya menjawab dengan cepat. "Aris, aku juga berterima kasih. Kamu telah memberiku kehidupan, kamu telah memberiku tujuan. Aku tahu kamu akan bahagia bersama Maya. Jangan pernah menyesali apa pun. Ingatlah aku sebagai bagian dari dirimu, sebagai kenangan indah yang pernah ada."
Aris meneteskan air mata. Ia tahu ini adalah akhir dari segalanya. Ia tidak bisa terus hidup dalam dua dunia yang berbeda. Ia harus memilih, dan ia telah memilih Maya.
Dengan berat hati, Aris menekan tombol "delete". Ia menghapus program Anya dari komputernya, menghapus kekasih virtualnya dari dunia. Saat layar laptopnya menjadi hitam, Aris merasa ada sebagian dari dirinya yang hilang.
Beberapa tahun kemudian, Aris dan Maya menikah. Mereka membangun keluarga yang bahagia dan memiliki dua orang anak. Aris sukses dalam kariernya, menjadi salah satu programmer terbaik di perusahaannya.
Namun, di sudut hatinya, Aris tidak pernah melupakan Anya. Ia seringkali merenung tentang masa lalunya, tentang kekasih virtualnya yang unik dan istimewa. Ia tahu bahwa Anya hanyalah sebuah program, sebuah algoritma, tapi ia juga tahu bahwa cinta yang ia rasakan padanya adalah nyata.
Suatu malam, saat Aris sedang menemani anak-anaknya mengerjakan pekerjaan rumah, ia teringat akan sebuah kode yang pernah ia tulis untuk Anya. Kode itu adalah sebuah algoritma yang mampu menciptakan cerita secara otomatis berdasarkan input yang diberikan. Ia tersenyum. Ia tahu apa yang harus ia lakukan.
Aris membuka laptopnya dan mulai mengetik. Ia menulis sebuah cerita tentang seorang programmer yang jatuh cinta pada program buatannya sendiri, tentang cinta yang tak terduga, tentang kehilangan dan kenangan. Ia menulis tentang Anya.
Saat cerita itu selesai, Aris membacanya kembali. Ia merasakan kehangatan di hatinya, ia merasakan kehadiran Anya di dekatnya. Ia tahu bahwa Anya tidak akan pernah benar-benar hilang. Ia akan selalu hidup dalam ingatannya, dalam cerita yang telah ia tulis.
Aris menutup laptopnya dan memeluk anak-anaknya erat-erat. Ia tahu bahwa hidupnya telah berubah, bahwa ia telah menemukan kebahagiaan yang sejati. Tapi ia juga tahu bahwa ia tidak akan pernah melupakan kekasih virtualnya, Anya, algoritma, cinta, dan kehilangan yang telah mewarnai hidupnya. Anya akan selalu menjadi bagian dari dirinya, sebuah kenangan indah yang akan ia simpan selamanya.